Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatCovid-19Lampaui 4 Juta Kasus Positif, WHO Waspadai Gelombang Kedua COVID-19
Covid-19

Lampaui 4 Juta Kasus Positif, WHO Waspadai Gelombang Kedua COVID-19

Krisna Octavianus Dwiputra, 11 Mei 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Kasus positif virus corona sudah lebih dari 4 juta. WHO mewaspadai gelombang kedua COVID-19, terlebih banyak negara sudah mulai melonggarkan karantina.

Lampaui 4 Juta Kasus Positif, WHO Waspadai Gelombang Kedua COVID-19

Sejak kemunculannya akhir tahun lalu, virus corona ini semakin merajalela di seluruh dunia. Sampai saat ini (11/5), sudah 4 juta lebih kasus positif di dunia, dengan kasus meninggal sampai 200 ribu lebih. Terkait ini, WHO mewaspadai gelombang kedua COVID-19.

Kata Peneliti Soal Gelombang Kedua Virus Corona

Melansir Forbes, banyak pihak yang sekarang mulai sependapat dengan WHO. Mereka mengkhawatirkan munculnya gelombang kedua dari COVID-19.

Sebelumnya, Gubernur New York, Andre Cuomo mengatakan bahwa ada kemungkinan virus ini kembali menyerang.

Bukan tanpa alasan ia mengatakan hal itu. Sebab, Lothar Wieler (peneliti dari Robert Koch Institute, Jerman) mengatakan hal yang sama. Wieler menyebut bahwa gelombang kedua kemungkinan terjadi, bersamaan dengan gelombang ketiga.

Tanpa vaksin yang tersedia (dengan perkiraan optimis akan siap pada awal 2021), kemungkinan akan terus bermunculan kasus-kasus baru.

Sementara kekebalan tubuh yang baik dapat membantu mencegah kasus baru, sebuah studi berbasis di London yang dirilis pekan ini menemukan bukti bahwa virus hanya mulai menyebar antar manusia pada akhir 2019.

Hasil penelitian ini mematahkan beberapa pendapat sebelumnya yang menyebutkan bahwa virus telah terjadi jauh sebelum Desember 2019.

Peneliti Inggris memperkirakan bahwa di seluruh dunia, hanya 10% orang yang terpapar virus. Tetapi, Wieler mengatakan bahwa antara 60-70% populasi sudah terinfeksi sebelum virus tidak lagi menjadi ancaman.

Di sisi lain, dr. Devia Irine Putri berpendapat kurang lebih sama, khususnya di Indonesia. Ia mengatakan bahwa di Indonesia juga bisa terjadi karena lalu lintas transportasi sudah mulai dibuka.

"Mungkin saja, sih, terjadi. Contohnya di Indonesia sendiri, sudah sempat flat kurvanya. Tapi bisa naik lagi, mengingat sekarang transportasi umum diperbolehkan. Belum lagi banyak orang yang mulai menganggap santai karena sudah flat kurvanya, jadi tidak pakai masker dan lupa physical distancing," ungkap dr. Devia Irine kepada KlikDokter.

Adanya Kasus Baru di Negara yang Sudah Atasi Virus Corona

Kekhawatiran munculnya gelombang kedua didasari munculnya beberapa kasus baru di negara yang sebelumnya sudah menyatakan bersih dari COVID-19.

Satu keluarga di Tiongkok, klaster kelab malam di Korea Selatan, dan klaster rumah pemotongan hewan di Jerman menjadi contohnya.

Itu adalah kasus-kasus baru yang muncul di beberapa negara yang sebelumnya melonggarkan karantina. Kelompok baru infeksi coronavirus memicu kekhawatiran tentang gelombang kedua.

Bahkan, Tiongkok sudah melaporkan 14 kasus baru pada Minggu (10/5). Ini menjadi kenaikan dua digit pertama dalam 10 hari. 11 dari 12 infeksi virus corona terjadi secara domestik, yakni berada di provinsi timur laut Jilin.

Hal ini kemudian mendorong pihak berwenang untuk meningkatkan kewaspadaan dari pemerintah setempat.

Korea Selatan juga melaporkan 34 kasus lagi karena infeksi baru yang dikaitkan dengan sebuah kelab malam. Ini adalah pertama kalinya infeksi harian Korea Selatan tercatat di atas 30 dalam waktu sebulan terakhir.

Artikel Lainnya: Waspada! WHO Peringatkan Adanya Peredaran Obat Virus Corona Palsu!

Negara-negara Eropa Mulai Longgarkan Karantina

Kemungkinan gelombang kedua sedang menjadi isu besar, beberapa negara Eropa diketahui malah melonggarkan karantina negara mereka. Salah satu yang pertama mengumumkan akan membuka karantina adalah Jerman.

Kanselir Jerman menegaskan akan mulai membuka negaranya bertahap. Ini ditandai dengan swalayan yang akan dibuka dan sekolah juga akan memulai kegiatan belajar-mengajar. Satu yang menarik adalah kembalinya kompetisi sepak bola Jerman!

Selain itu, Belanda juga akan membuka karantina secara bertahap sejak 11 Mei. Perpustakaan, bar dan restoran, layanan transportasi umum, perkemahan, taman hiburan, serta beberapa acara besar akan diizinkan mulai September nanti.

Yunani pun akan membuka karantina bertahap sejak 28 April. Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis mengatakan, gereja akan dibuka sejak 17 Mei, sekolah akan dibuka pada 11 Mei untuk siswa tingkat akhir, swalayan dan pasar juga akan dibuka pada 11 Mei, serta kafe dan restoran akan dibuka pada 1 Juni.

Itu adalah beberapa negara di Eropa yang akan membuka karantina atau “merelaksasi” lockdown. Sayangnya, aturan ini ternyata justru berisiko membuka peluang munculnya gelombang kedua penyebaran COVID-19.

Menurut dr. Devia Irine, hal ini sangat bisa memicu gelombang kedua penyebaran COVID-19.

"Bisa juga terjadi. Kalau sudah dilonggarkan karantina tentunya ada aktivitas di luar orang-orang di negara itu, jadi kemungkinan menularkan COVID-19 masih tetap ada," jelasnya.

Jadi jelas bahwa gelombang kedua penyebaran virus corona masih mungkin terjadi, apalagi setelah negara-negara membuka karantina mereka. Ini bisa menjadi alarm berbahaya, mengingat sudah lebih dari 4 juta orang terinfeksi di dunia.

Cegah penularan COVID-19! Lakukan cek risiko virus corona online yang merupakan bentuk inisiasi KlikDokter bersama Kementerian Kesehatan RI dan BNPB.

Bila ingin konsultasi seputar virus corona, pakai fitur Live Chat 24 jam di aplikasi KlikDokter.

(FR/AYU)

virus corona

Konsultasi Dokter Terkait