HomeInfo SehatCovid-19Kena COVID-19, Anak Presenter TV Wafat Pasca Alami Gejala Mirip Stroke
Covid-19

Kena COVID-19, Anak Presenter TV Wafat Pasca Alami Gejala Mirip Stroke

Ayu Maharani, 30 Apr 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Bukan sesak napas, seorang remaja justru meninggal dunia setelah menunjukkan gejala stroke. Setelah diperiksa, ternyata positif virus corona! Kok, bisa?

Kena COVID-19, Anak Presenter TV Wafat Pasca Alami Gejala Mirip Stroke

Selama ini, kita tahu bahwa orang yang paling berisiko untuk mengalami komplikasi serius lalu meninggal dunia setelah terinfeksi virus corona adalah lansia. Namun, baru-baru ini, masyarakat dikagetkan oleh kasus anak remaja yang meninggal akibat virus tersebut.

Korban adalah anak dari presenter televisi, Farma Dinata, yang bernama Fabyan Devara (16). Kasus ini terbilang “spesial”. Beberapa hari sebelum meninggal dunia, Fabyan sempat mengalami gejala mirip stroke, yaitu kebas dan susah bergerak.

Awalnya, dokter mengira ada permasalahan pada saraf dan otak. Namun, hasil CT scan terakhir menunjukkan bahwa tak ada yang salah di bagian tersebut.

Supaya lebih jelas, berikut di bawah ini akan diterangkan perihal kronologi kasus kematian Fabyan (24/4) dan penjelasan lebih lanjut soal gejala stroke virus corona menurut pandangan dokter.

 

Kronologi Meninggalnya Fabyan Devara Akibat Virus Corona

Dilansir dari Liputan6, awalnya Fabyan tidak langsung didiagnosis COVID-19, melainkan ada gangguan pada sarafnya.

Kejadian ini bermula di minggu terakhir Maret 2020. Kala itu, Fabyan mengeluh tangannya kebas dan lama-kelamaan mati rasa, sehingga sulit untuk menulis dan makan.

Masuk ke April 2020, kebiasaan tidur Fabyan pun tampak aneh. Ia bisa tidur 20-23 jam dalam sehari. Melihat kejanggalan yang ditunjukkan oleh putranya, Farma akhirnya membawa Fabyan ke RS Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Hasil pemeriksaan mengatakan, terdapat gangguan di otak kiri. Di pertengahan April, Fabyan mengalami muntah-muntah dan dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) terdekat di daerah Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Karena harus mendapat perawatan lebih lanjut, Fabyan dirujuk ke RS Pusat Otak Nasional (PON). Di sana, ia mendapatkan diagnosis stroke. Padahal, hasil CT scan terakhir menunjukkan, tidak ada masalah pada otaknya.

Kasus langka ini pun terus diselidiki para dokter. Selama 5 hari dirawat, kondisi Fabyan tak kunjung membaik. Kemudian, gejala virus corona seperti batuk-batuk, demam, dan kejang-kejang muncul.

Artikel Lainnya: Perhatikan, Ini 5 Gejala Virus Corona yang Tidak Biasa

Sungguh tak disangka, ternyata Fabyan positif terinfeksi virus corona. Ia pun akhirnya dirawat di ruang isolasi.

Pada hari ke-4 di ruangan isolasi, Fabyan meninggal dunia (24/4) pukul 04.40 WIB. Dokter menyatakan, kematian Fabyan disebabkan oleh COVID-19. Virus tersebut sudah menyebabkan kerusakan organ yang sangat cepat.

Gejala Stroke Ditemukan pada Pasien Virus Corona Usia Muda

Sementara itu, dikutip dari Independent UK, Rumah Sakit Universitas Thomas Jefferson yang mengoperasikan 14 pusat medis di Philadelphia dan NYU Langone di New York City menemukan 12 pasien virus corona yang mengalami gejala stroke di minggu ketiga.

Empat puluh persen dari mereka berusia di bawah 50 tahun, dan memiliki sedikit atau tidak ada faktor penyakit kronis sama sekali.

Salah satu peneliti di sana mengatakan, orang yang berusia produktif mungkin paru-parunya lebih kuat dibanding lansia. Jadi, umumnya bukan gangguan pernapasan parah yang dialami.

Karena tak punya celah di paru-paru, akhirnya COVID-19 menyerang bagian lain, salah satunya pembuluh darah. Ketika pembuluh darah diserang, akan muncul penyumbatan, penggumpalan, atau pendarahan. Alhasil, gejala stroke virus corona pun muncul.

Artikel Lainnya: Waspada! WHO Peringatkan Adanya Peredaran Obat Virus Corona Palsu!

Virus Corona Bisa Menyerang Pembuluh Darah

Menanggapi kasus gejala stroke pada pasien coronavirus begini penjelasan dr. Nabila Viera Yovita kepada KlikDokter.

Benar adanya bahwa gejala stroke virus corona ini paling sering terjadi pada pasien berusia muda. Gejala pada sistem saraf datang jauh lebih cepat dibandingkan gejala pada sistem pernapasannya.

Nah, dari penelitian yang baru diterbitkan, baru sedikit COVID-19 yang menimbulkan gejala pada sistem saraf. Diperkirakan, terjadi disfungsi di bagian dalam pembuluh darah. Ini merupakan manifestasi dari komplikasi virus corona,” jelas dr. Nabila kepada KlikDokter.

Ahli Bedah Saraf di RS Universitas Thomas Jefferson, Pascal Jabbour mengatakan, kasus yang ditangani memiliki karakteristik yang tidak biasa. Gumpalan biasanya terjadi di pembuluh darah arteri.

Namun, pada pasien virus corona, gumpalan itu justru terjadi di pembuluh darah otak. Sehingga, menimbulkan berbagai gangguan seperti orang stroke. Ini kerap terjadi di usia 50-an, 40-an, dan akhir 30-an.

Ada kemungkinan bahwa COVID-19 tidak berbeda dari jenis virus lain, infeksi, atau penyakit parah lainnya yang dapat menyebabkan pembekuan atau gumpalan di pembuluh darah. Kondisi ini masih harus diteliti lebih lanjut.

Yang jelas, kasus kematian seorang remaja setelah mengalami gejala stroke virus corona bisa kita jadikan pelajaran. Ya, ancaman virus tersebut tidak main-main dan tidak hanya berakibat fatal pada lansia atau mereka yang punya penyakit penyerta!

Tetap lakukan physical distancing, selalu pakai masker saat keluar rumah, dan terapkan pola hidup bersih serta sehat. Dengan begitu, kita bisa menurunkan risiko terinfeksi COVID-19.

Jangan ragu periksa kondisi pribadi. KlikDokter bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI dan BNPB merilis layanan cek risiko virus corona online yang bisa Anda manfaatkan.

Konsultasi gejala virus corona dan kesehatan lebih praktis dengan fitur Live Chat 24 jam di aplikasi KlikDokter!

(FR/AYU)

virus coronaHari Stroke Sedunia

Konsultasi Dokter Terkait