Jantung

Mantan Ketua IDI, Kartono Muhammad Wafat Setelah Alami Stroke

Krisna Octavianus Dwiputra, 29 Apr 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Mantan Ketua IDI, Kartono Muhammad dikabarkan meninggal dunia. Beliau wafat usai bertarung dengan penyakit stroke dalam dua tahun terakhir.

Mantan Ketua IDI, Kartono Muhammad Wafat Setelah Alami Stroke

Berita duka kembali datang dari dunia kesehatan. Kali ini mantan ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang aktif soal kampanye anti tembakau, Kartono Muhammad meninggal dunia. Wafatnya tokoh kesehatan ini diakibatkan oleh stroke yang dideritanya.

Sempat Dikira Meninggal Akibat COVID-19

Kabar duka ini dikabarkan oleh Humas IDI, Halik Malik. Kartono Muhammad meninggal Selasa (28/4) di RS Pondok Indah. Melansir dari Liputan6, menurut penuturan Halik, Kartono meninggal dunia pukul 16.20 WIB.

Sebelumnya ramai diberitakan bahwa Kartono diduga meninggal akibat COVID-19. Sudah dikonfirmasi bahwa beliau meninggal karena sakit stroke yang sudah dua tahun terakhir dideritanya.

Kepastian Kartono meninggal akibat stroke diungkapkan oleh keponakannya, Paramita Muhammad. Melalui cuitan di akun Twitter miliknya, Paramita menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan COVID-19 Kartono negatif.

"Ia telah melakukan tes, dan hasilnya negatif," ujar Paramita dikutip dari akun Twitter-nya, Selasa (28/4).

Setelah Serangan Stroke, Terkadang Ada Komplikasi Kesehatan

Meninggalnya Kartono Muhammad karena stroke membuktikan bahwa penyakit ini memang tidak pandang bulu. Semua orang bisa terkena masalah penyakit tidak menular yang mematikan ini.

Perlu diketahui, setelah orang terkena serangan stroke, itu bisa memunculkan beberapa komplikasi kesehatan lainnya. Menurut dr. Sara Elise Wijono, salah satu komplikasi yang bisa terjadi adalah masalah pada sistem saraf.

"Stroke ditandai dengan kematian jaringan otak, sehingga kerap muncul komplikasi yang berkaitan dengan sistem saraf. Misalnya saja edema otak, yaitu pembengkakan otak yang dapat muncul setelah stroke," ungkap dr. Sara kepada KlikDokter.

Selain itu, komplikasi stroke juga bisa menyebabkan kejang epileptik, yaitu adanya aktivitas listrik abnormal pada otak, yang menyebabkan terjadinya kejang (lebih umum ditemukan pada stroke dengan area besar).

Tak hanya itu, setelah terkena stroke, seseorang dapat kembali terkena serangan stroke berulang.

Orang yang terserang stroke juga rawan terhadap infeksi. Ini terutama terjadi pada saluran pernapasan dan saluran kemih.

Misalnya, pneumonia yang dapat muncul karena keterbatasan gerak penderita stroke, atau permasalahan menelan yang menyebabkan makanan masuk ke saluran pernapasan (pneumonia aspirasi).

"Selain itu, dapat juga ditemukan infeksi saluran kemih (ISK), terutama pada pemakaian kateter kencing akibat tidak dapat mengontrol fungsi berkemih dengan baik pasca stroke," kata dr. Sara.

Ada juga masalah kesehatan lainnya, seperti komplikasi akibat imobilisasi atau mobilisasi yang terhambat sampai kurangnya nutrisi. Terkait kurang nutrisi, dr. Sara mengungkapkan bahwa setelah serangan stroke, dapat timbul kesulitan menelan pada penderita.

"Apalagi, terkadang konsumsi makanan dan minuman lewat mulut tidak aman bagi penderita stroke, hingga diperlukan pemasangan selang makan. Hal inilah yang kemudian dapat menyebabkan munculnya potensi penderita mengalami kekurangan asupan nutrisi," tegas dr. Sara.

Artikel Lainnya: Cara Penanganan Stroke yang Tepat

Perawatan Pasca Stroke yang Harus Dilakukan

Ada beberapa perawatan yang bisa dilakukan pasca serangan stroke. Perawatan untuk stroke dimulai di rumah sakit dengan "perawatan akut".

Langkah pertama ini termasuk membantu pasien bertahan hidup, mencegah stroke lain, dan merawat masalah medis lainnya.

Selain itu, biasanya juga dilakukan fisioterapi. Menurut dr. Dyan Mega Inderawati, fisioterapi menjadi salah satu modal utama dalam pemulihan pasien pasca stroke.

"Terapi ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan dapat dimulai 24-48 jam setelah kondisi pasien stabil," jelas dr. Dyan kepada KlikDokter.

Pendampingan psikis juga diperlukan oleh pasien stroke. Pasalnya, bukan tidak mungkin keterbatasan gerak, penurunan kemampuan wicara, dan berbagai gangguan kesehatan pasca stroke menjadi hambatan yang akan dihadapi sepanjang hayat.

"Kondisi tersebut tentu dapat membuat pasien terpukul, sehingga berpotensi menyebabkan stres hingga depresi. Kondisi ini juga bisa dirasakan orang-orang di sekitarnya yang turut merawatnya," ungkapnya.

Cara agar Tak Kena Serangan Stroke Lagi

Yang tak kalah penting adalah mencegah stroke terjadi berulang. Langkah-langkah pencegahannya meliputi berikut ini.

  • Konsumsi obat yang diberikan dokter secara teratur.
  • Melakukan kontrol secara berkala.
  • Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
  • Berolahraga secara teratur sesuai arahan yang diberikan dokter.
  • Berhenti merokok dan minum alkohol.

"Selain hal-hal tersebut, pasien pasca stroke juga umumnya dilarang untuk berkendara setidaknya selama 1 bulan setelah serangan.

Tak hanya karena adanya keterbatasan gerak, tetapi juga berkaitan dengan adanya penurunan kemampuan konsentrasi, fokus, dan refleks akibat serangan stroke," ungkap dr. Dyan.

Pasien pasca stroke juga mungkin dibatasi dalam hal aktivitas seksual. Hal ini perlu dibicarakan lebih lanjut supaya tahu batasan-batasan apa saja yang mesti dipatuhi sesuai kondisi.

Stroke memang masih menjadi salah satu ancaman, selain penyakit jantung dan diabetes. Bila ingin berkonsultasi seputar stroke lebih lanjut, gunakan fitur LiveChat dengan dokter spesialis di aplikasi KlikDokter.

(FR/AYU)

Stroke

Konsultasi Dokter Terkait