Covid-19

Angka Pasien Virus Corona di Korsel Berhasil Turun Drastis! Kok, Bisa?

Ayu Maharani, 20 Apr 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Tak seperti negara lain yang sedang kelimpungan dengan jumlah kasusnya, jumlah pasien virus corona Korea Selatan justru menurun. Berikut informasinya!

Angka Pasien Virus Corona di Korsel Berhasil Turun Drastis! Kok, Bisa?

Belakangan ini, jumlah pasien virus corona di Korea Selatan terus menurun. Malahan, sempat juga jumlahnya tak sampai 10 orang.

Tentunya ini menjadi kabar baik bagi masyarakat dan pemerintah asal negeri ginseng tersebut setelah berbulan-bulan memerangi COVID-19.

Sementara itu, dilansir dari Associated Press pada 12 April lalu, pasien virus corona yang pulih di Korea Selatan mencapai 70 persen. Sedangkan, yang meninggal hanya 2 persen!

Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun mengakui Korea Selatan sebagai salah satu negara yang punya strategi terbaik dalam menangani pandemi.

Tak melulu soal drakor (drama korea), K-Pop, dan makanan pedasnya, kali ini KlikDokter akan membagikan informasi mengenai kesuksesan Korea Selatan dalam mengatasi wabah virus SARS-CoV-2 ini.

Sempat Jadi Negara di Luar Tiongkok dengan Kasus Tertinggi

Meski kini jadi negara panutan, bukan berarti Korea Selatan tak pernah mengalami krisis di kala pandemi.

Sebelumnya, negara yang dipimpin oleh Presiden Moon Jae-in ini justru menjadi negara di luar Tiongkok dengan kasus pasien positif terbanyak saat ada penyebaran di Kota Daegu.

Penyebaran besar-besaran itu terjadi di sekte “agama” tertentu dan akhirnya menyebar luas. Mengetahui bahwa ini akan jadi bencana bila tak segera ditangani, Presiden Moon langsung melaksanakan pertemuan dengan para ahli beserta menteri-menterinya.

Tak butuh waktu lama, pemerintah langsung menaikkan level siaga ke tingkat tertinggi. Sebagian besar kasus positif COVID-19 di sana memang berkaitan dengan Kelompok Gereja Shincheonji. Alhasil, kelompok tersebut diisolasi agar tak menyebarkan penyakit semakin luas.

Pemerintah Korea Selatan Tetap Waspada

Menurunnya kasus positif di sana tak langsung melonggarkan pembatasan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea mengatakan sudah ada lebih dari 8.000 pasien yang sembuh dan dibebaskan dari karantina.

Sementara, 12.000 lainnya akan menjalani tes untuk menentukan apakah mereka telah tertular virus atau tidak.

"Kita tidak boleh melonggarkan penjagaan sampai pasien positif COVID-19 yang terakhir benar-benar pulih," pesan Presiden Moon Jae-in.

Kasus Korea Selatan telah berkurang dalam beberapa minggu terakhir. Kendati demikian, para pejabat Korea Selatan telah memperingatkan tentang kemungkinan "penyebaran diam-diam" yang lebih luas saat orang-orang melonggarkan jarak sosial mereka.

Moon mendesak warga Korea Selatan untuk mendukung pemerintahnya dalam menyelamatkan pekerjaan dan merevitalisasi perekonomian.

“Upaya pemerintah saja tidak cukup di tengah krisis ekonomi dunia yang parah. Solidaritas dan kerja sama publik juga diperlukan untuk menghidupkan kembali perekonomian kita,” tambahnya.

Enggan Lockdown, Ini Cara yang Dilakukan Korsel!

Total lockdown memang telah dilakukan sejumlah negara untuk mengatasi penyebaran virus corona di negaranya. Namun, Korea Selatan tidak mengambil langkah tersebut.

Para ahli mengatakan ada sejumlah langkah yang diambil Korea Selatan, yakni membangun kapasitas pengujian yang sangat terorganisasi dan besar.

Kemudian, lembaga pemerintahnya secara cepat melacak dan mengisolasi orang-orang yang telah melakukan kontak dengan yang terinfeksi.

Pemerintah mengatur produksi massal alat uji coronavirus lebih awal dibanding negara-negara lain. Pada akhir Maret, negara tersebut memiliki tingkat pengujian per kapita 40 kali lipat lebih banyak dan lebih cepat dari Amerika Serikat!

Mereka juga menunjukkan pengawasan yang luas dan infrastruktur penelusuran kontak.

Artikel Lainnya: Waspada! WHO Peringatkan Adanya Peredaran Obat Virus Corona Palsu!

Masyarakat Dapat Informasi Detail Soal Pasien Positif Virus Corona

Ponsel mereka akan bergetar dengan peringatan darurat setiap kali ditemukan kasus baru di distrik mereka.

Situs dan aplikasi ponsel cerdas merinci jam demi jam, kadang-kadang menit demi menit, terkait jadwal perjalanan orang yang terinfeksi, bus mana yang mereka naiki, kapan dan di mana mereka naik dan turun.

Orang-orang yang percaya bahwa mereka mungkin telah berpapasan dengan seorang pasien didesak untuk melapor ke pusat-pusat pengujian.

Warga Korea Selatan rela menerima hilangnya privasi mereka demi bekerja sama dengan pemerintahnya.

Orang yang melakukan karantina mandiri harus mengunduh aplikasi yang memberitahukan petugas bila mereka mengetahui ada pasien yang keluar. Denda yang diberikan oleh pelanggar pun tak main-main, yakni sebesar $2.500 atau sekitar Rp38 jutaan.

Pemerintah Korea Selatan juga mencoba menghibur masyarakat yang terjebak karantina dengan mengirim paket “kenyamanan” berupa stok makanan dan perlengkapan kebersihan.

Selain itu, Visiting Scholar Seoul National University Asia Center, Nur Aisyah Kotarumalos, PhD menjelaskan kebijakan strategis Korsel dalam menangani wabah virus corona merupakan buah pembelajaran saat menghadapi wabah yang hampir serupa, yakni MERS.

Kecepatan dan ketepatan adalah dua aspek yang mereka dapatkan dari wabah sebelumnya. Tanpa pelayanan yang cepat dan masif, semuanya akan sia-sia.

Adakah yang Dapat Ditiru Indonesia?

Menanggapi kondisi di atas, dr. Devia Irine Putri mengatakan sebenarnya ada beberapa hal yang bisa ditiru oleh Indonesia.

“Akan jauh lebih baik bila pemeriksaan yang dilakukan itu menyeluruh ke semua lapisan. Tapi pemeriksaannya yang swab, ya, bukan yang rapid test,” ujar dr. Devia.

“Lalu, edukasi yang terus-menerus dengan cara yang menarik itu juga perlu. Harus ditekankan pentingnya self isolation dan menjaga kebersihan diri, plus penggunaan masker yang baik dan benar,” tambahnya.

Mungkin masyarakat Korea Selatan, tanpa harus “dicekoki” terus-menerus, sudah memiliki keingintahuan dan kepedulian yang jauh lebih tinggi. Berbeda dengan masyarakat Indonesia yang harus diingatkan terus supaya paham dan mempraktikkan.

Semua usaha pemerintah lagi-lagi akan percuma bila masyarakatnya tidak bisa diajak kerja sama. Sama halnya dengan di Tiongkok, edukasi yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok pada awalnya minim.

Namun, masyarakatnya sangat patuh dan menghargai keputusan serta kebijakan yang diambil pemerintahnya. Oleh karena itulah, masyarakat Indonesia harus bekerja sama membantu pemerintah dalam menangani wabah virus corona ini.

“Intinya, kedua belah pihak harus berkomitmen untuk menjalankan tugasnya sebaik mungkin. Jangan sampai ada kombinasi antara langkah pemerintah yang kendor, serta masyarakat yang tak mau tahu. Itu kombinasi yang bahaya,” dr. Devia menegaskan.

Semoga saja kasus menurunnya pasien virus corona di Korea Selatan bisa memotivasi semua negara, termasuk Indonesia untuk lebih solid lagi dalam mengatasi pandemi ini.

Sebagai informasi tambahan, Anda bisa melakukan periksa mandiri pakai cek risiko virus corona online, yang dirilis oleh KlikDokter bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI dan BNPB.

Tanyakan lebih detail seputar virus corona pada dokter via Tanya Dokter, dan cari tahu informasi penting seputar kesehatan dari KlikDokter.

(FR/AYU)

virus coronaKorea Selatan

Konsultasi Dokter Terkait