HomeInfo SehatCovid-19Yakin Lewat Masa Puncak COVID-19, Presiden AS Segera Buka Negaranya
Covid-19

Yakin Lewat Masa Puncak COVID-19, Presiden AS Segera Buka Negaranya

Tamara Anastasia, 16 Apr 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Klaim sudah melewati puncak pandemi virus corona, Mei mendatang AS akan buka negaranya. Keputusan Trump ini justru ditentang masyarakatnya. Mengapa?

Yakin Lewat Masa Puncak COVID-19, Presiden AS Segera Buka Negaranya

Tidak hanya di Indonesia, persebaran virus corona di berbagai belahan dunia juga semakin meningkat setiap harinya. Terlebih, Amerika Serikat (AS) kini menduduki  peringkat nomor satu negara dalam persebaran virus corona terbanyak.

Menurut data dari JSSE, sampai Kamis pagi, tercatat ada 639.644 kasus positif COVID-19 dengan angka kematian lebih dari 25 ribu jiwa.

Dengan banyaknya jumlah kasus coronavirus itu tidak membuat pemerintahnya melakukan pencegahan lebih ketat lagi. Bahkan sebaliknya, Amerika malah berencana mau mencabut status lockdown!

Baru Lewati Masa Puncak, Donald Trump Mau Buka Kembali AS

Meski menyandang gelar negara dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi di dunia, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tampaknya sudah tidak sabar untuk membuka kembali negaranya pada Mei mendatang.

Melansir BBC, Trump mengatakan bahwa ia dan seluruh warga AS ingin mengembalikan negaranya seperti semula.

Trump mengklaim AS telah melewati puncak pandemi virus corona terburuknya. Karena kondisi inilah dirinya mengumumkan akan membuka kembali negaranya seperti dahulu kala sebelum coronavirus menyebar.

Dibukanya kembali negara tentu bertujuan memperbaiki perekonomian AS yang sekarang sudah sangat menurun. “Isu kesehatan mental semakin melonjak tinggi. Kasus bunuh diri akan semakin tinggi ketika perekonomian ‘beku’ seperti sekarang, ” ujarnya.

Berdasarkan data pemerintah yang dirilis pada hari Rabu kemarin, jutaan orang Amerika kehilangan pekerjaan akibat lockdown di seluruh negeri, bahkan angka pengangguran berada di puncak tertinggi.

Selain itu, penjualan ritel di Amerika Serikat turun 8,7% pada bulan Maret, ini merupakan tingkat penurunan terbesar sejak tahun 1992.

Sementara itu, gubernur Connecticut, Maryland, New York, dan Pennsylvania, masing-masing mengeluarkan perintah atau pedoman bahwa penduduk harus mengenakan masker saat mereka ke luar rumah dalam beberapa minggu mendatang.

Warga AS Memilih untuk Memperpanjang Social Distancing

Dikutip Forbes, pada hari Senin (13/4) lalu, Trump menegaskan bahwa ia memiliki "otoritas total" untuk menentukan kapan negara akan memulai kembali ekonomi mereka.

Hal tersebut berlaku setelah gubernur di beberapa wilayah negara bagian sepakat dan berkoordinasi untuk membuka Amerika Serikat kembali.

Meski pemerintahnya ‘kebelet’ untuk kembali pulih, sebagian besar warga AS malah menentangnya. 

Masyarakat di negeri Paman Sam lebih memilih untuk memperpanjang aksi social distancing ketimbang harus beraktivitas seperti biasa dan mempertaruhkan nyawa mereka pada Mei mendatang.

Social Distancing Penting untuk Dilakukan

Menurut dr. Arina Heidyana, social distancing sangat penting untuk dilakukan meski puncak pandemi virus corona sudah selesai.

“Guna mencegah penyebaran virus corona itu ada lagi, orang-orang memang masih harus melakukan social distancing. Tetap hindari kerumunan ramai atau berkumpul di satu tempat dengan banyak orang. Sekiranya tunggu sampai angka persebaran virus corona stabil dan tidak ada korban jiwa lagi, barulah boleh beraktivitas seperti biasa, ” ujar dr. Arina.

Social distancing menurut Center for Disease Control (CDC), adalah menjauhi perkumpulan, menghindari pertemuan massal, serta menjaga jarak antar manusia. Tujuannya, tentu saja untuk menekan jumlah infeksi dari suatu penyakit.

Dokter Sepriani Timurtini Limbong juga mengatakan hal serupa, menurutnya social distancing sangat penting diterapkan di masa outbreak seperti sekarang ini.

Sebab, ini bisa memperlambat penularan dan menyediakan waktu untuk sistem kesehatan mempersiapkan serta mengobati orang-orang yang sudah lebih dulu terinfeksi.

Artikel Lainnya: Waspada! WHO Peringatkan Adanya Peredaran Obat Virus Corona Palsu!

Perlu Dites Kembali Sebelum Kembali Beraktivitas Seperti Biasa

The Wall Street Journal mengatakan Trump mengadakan panggilan konferensi dengan banyak eksekutif perbankan, keuangan, makanan dan minuman, perhotelan, dan industri ritel untuk membahas masalah kebijakan ini.

Dengan adanya rencana pemerintah untuk mencabut status lockdown, sekelompok pebisnis di AS juga memperingatkan Trump untuk kembali melakukan tes COVID-19 pada masyarakat sebelum mereka kembali beraktivitas.

Apabila mau “kembali bangkit” sebanyak 20 juta lebih orang di Amerika Serikat harus dites ulang setiap harinya, menurut  Paul Romer, seorang dosen ekonomi di New York University.

Sedangkan jumlah warga Amerika yang dites coronavirus setiap hari baru berkisar 120.000 dan 140.000 orang dalam beberapa minggu terakhir, menurut laporan Washington Post.

Menanggapi ini, dr. Arina setuju apabila banyak warga yang harus di cek kembali terkait virus corona. Jika dibiarkan saja dan aktivitas langsung kembali normal, maka persebaran virus corona ini bisa saja terulang dan dalam skala yang lebih besar.

“Jika Amerika atau negara manapun terlalu cepat dalam mengangkat status social distancing terlalu cepat, maka akan banyak sekali dampak yang timbul, salah satunya adalah jumlah persebaran virus corona yang semakin meluas. Tidak hanya menyebar ke negara asal, tapi juga ke negara lainnya, ” kata dr. Arina.

“Jumlah korban meninggal juga bisa kembali meningkat, dan sistem perekonomian akan kembali memburuk karena social distancing maupun kebijakan pemerintah lainnya bisa terulang kembali, ” tambahnya.

Dengan demikian, sebelum melakukan pencabutan status social distancing, ada baiknya jika berbagai pihak bisa memikirkannya kembali secara matang, agar risiko yang ditimbulkan tidak separah yang terdahulu

KlikDokter juga telah bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk menekan angka persebaran virus corona.

Apabila mau tahu lebih lanjut seputar COVID-19 gunakan fitur LiveChat untuk konsultasi langsung dengan dokter. Sedangkan untuk membantu menentukan gejala, Anda bisa mencoba tes coronavirus online di sini.

(OVI/AYU)

virus coronaDonald Trump

Konsultasi Dokter Terkait