Demam Berdarah

Bunda, Kenali Tanda Presyok, Masa Gawat Penyakit DBD

Ayu Maharani, 25 Mar 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Di luar ancaman virus corona, kasus demam berdarah dengue (DBD) tetap tak boleh diabaikan. Sebagai antisipasi, mari kenali tanda presyok, masa gawat DBD.

Bunda, Kenali Tanda Presyok, Masa Gawat Penyakit DBD

Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang bisa berujung pada kematian. Ada beberapa cara untuk mencegahnya, salah satunya adalah dengan mengenali tanda-tanda presyok atau fase kritis DBD.

Diam-Diam, Angka Penderita DBD di Indonesia Bertambah

Di luar kasus penularan penyakit COVID-19 akibat virus corona strain baru, SARS-CoV-2, sangat mengkhawatirkan, tapi tahukah Anda bahwa kasus DBD di Indonesia juga meningkat?

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) per 15 Maret 2020, tercatat 25.693 kasus DBD di Indonesia. Dari jumlah tersebut, dilaporkan setidaknya 164 korban jiwa. Jumlah kematian tertinggi ada di Nusa Tenggara Timur (NTT), yaitu 39 korban dari 3.407 kasus.

Kemenkes menggolongkan NTT sebagai zona merah (termasuk Lampung, Jawa Timur, Jawa Barat, Jambi, Jawa Tengah, Riau, Sumatra Selatan, dan Nusa Tenggara Barat) karena jumlah kasus dan tingkat kematian yang paling tinggi, dengan Kabupaten Sikka yang berstatus memiliki Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD.

Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo, tak menampik bahwa penyebab utama DBD adalah lingkungan yang kotor, termasuk sistem drainase yang bermasalah. Akibatnya, banyak ditemukan sarang nyamuk.

Jawa Timur berada di urutan kedua dengan 21 kematian dari 2.571 kasus, dan di urutan selanjutnya adalah Jawa Tengan dengan 16 korban jiwa dari 1.197 kasus.

Selain faktor lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya, pengetahuan masyarakat akan penyakit DBD juga dapat memengaruhi angka penularan dan komplikasi yang bisa sebabkan kematian.

Nah, sebagai salah satu langkah antisipasi, masyarakat perlu tahu tanda-tanda presyok, yaitu masa gawat DBD. Tujuannya adalah untuk menekan risiko kematian penderita.

Apa Itu Presyok DBD dan Bagaimana Tandanya?

Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, presyok adalah masa-masa rentan saat virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti menggerogoti tubuh penderitanya.

Kondisi tersebut membuat penderita mengalami gangguan sirkulasi darah, sehingga aliran darahnya menjadi tidak normal. Pendarahan di dalam tubuh pun jadi tak terlihat.

Masa kegawatan ini umumnya muncul saat demam tinggi mulai mereda, yakni pada hari ke-3. Oleh karena itu, jangan langsung mengira diri pulih ketika panas sudah turun.

Pada orang tua yang tidak paham akan kondisi tersebut. Misalnya, anak akan dibiarkan beraktivitas. Padahal, pada saat itulah orang tua harus waspada.

Selain demam tinggi yang mengalami penurunan, tanda-tanda lain presyok DBD yang wajib dikenali antara lain:

  1. Berkeringat dingin.
  2. Tangan dan kaki terasa dingin dan tampak pucat.
  3. Muncul bintik-bintik merah.
  4. Feses berwarna cokelat kehitaman.
  5. Lemas dan gelisah.
  6. Jika diperiksa, tekanan darah juga mengalami penurunan.
  7. Jika nadi diraba, akan terasa lemah atau terlalu cepat (tidak stabil).

Artikel lainnya: Gejala Demam Berdarah Bisa Mirip Penyakit Lain

Apa Dampak Presyok DBD?

Fase presyok adalah tahapan demam berdarah yang kritis. Apabila gejala-gejala presyok di atas tidak segera ditangani, penderita DBD berisiko tinggi kehilangan nyawanya.

Penyebabnya adalah, pada fase kritis terjadi peningkatan hematokrit yang memicu penumpukan cairan di rongga perut dan paru-paru. Alhasil, penderita akan mengalami sesak napas, kemudian meninggal dunia.

Ketika tanda presyok DBD sudah muncul (terutama saat tubuh yang semakin dingin dan peningkatan volume kencing), pasien harus dialihkan ke unit perawatan intensif untuk dimonitor secara ketat. Syok yang berkepanjangan tanpa perawatan intensif hanya akan membuka lebar risiko kematian.

Artikel lainnya: Mengapa Tifus Bisa Datang Bersamaan dengan DBD?

 

Cara Penanganan Presyok yang Tepat

Selain membawa pasien ke ruang perawatan intensif, dari KlikDokter, dr. Alvin Nursalim, SpPD, mengatakan, pasien harus diberikan resusitasi cairan atau pemberian cairan yang cukup.

“Pada tahap awal, jenis cairan yang diberikan adalah cairan infus jenis kristaloid. Jika tubuh penderitanya tidak merespons cairan tersebut, maka dapat diberikan cairan infus jenis koloid,” jelas dr. Alvin.

Durasi fase kritis ini sebenarnya tak begitu lama, yakni sekitar 24-48 jam. Bila keadaan masih memungkinkan, akan jauh lebih baik bila penderitanya juga membantu proses ini dengan makan makanan bergizi serta memperbanyak minum air putih.

Namun, bila nafsu makan hilang, biarkan cairan infus yang membantu. Pendamping pasien dilarang memberikan makanan “enak” di luar menu rumah sakit. Karena dalam fase ini, risiko perdarahan di saluran cerna juga tinggi.

Mencegah penyebaran virus corona memang harus, tetapi mencegah penyakit DBD juga wajib. Jadi, yuk, jaga kebersihan diri dan lingkungan dengan lebih baik. Supaya, sarang nyamuk DBD tidak semakin banyak.

Itulah tanda-tanda presyok DBD yang wajib Anda tahu, mengingat beberapa waktu belakangan jumlah kasusnya mengkhawatirkan.

Cegah dengan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, lindungi diri dari gigitan nyamuk, serta jaga daya tahan tubuh. Jika masih ada pertanyaan mengenai DBD bisa langsung klik tanya dokter. Dokter kami segera menjawab pertanyaan Anda.

(RN/AYU)

Demam Berdarah DenguePresyok DBD

Konsultasi Dokter Terkait