Covid-19

Jangan Cuma Fokus Coronavirus, Pasien DBD di Indonesia Mulai Meningkat

Krisna Octavianus Dwiputra, 11 Mar 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sebaiknya Anda jangan cuma fokus dengan virus corona. Pasalnya, pasien demam berdarah dengue (DBD) semakin hari terus meningkat di Indonesia.

Jangan Cuma Fokus Coronavirus, Pasien DBD di Indonesia Mulai Meningkat

Saat ini, pemerintah tengah berusaha meredam penyebaran virus corona di Indonesia. Tapi, sebaiknya jangan cuma fokus pada virus yang biasa disebut juga dengan COVID-19. Pasalnya, pasien DBD makin hari makin meningkat di beberapa daerah.

Selain Virus Corona, Penyakit DBD Juga Mengancam Indonesia

Saat ini, fokus penanganan virus corona yang sudah menjadi wabah dunia seakan membuat orang-orang lupa ada masalah demam berdarah dengue (DBD). Ya, tanpa banyak diliput dan diberitakan oleh media, kasus DBD di Indonesia semakin hari kian banyak.

Dilansir dari Kompas.com, pemerintah dari Kementerian Kesehatan, dibuat kalang kabut oleh kasus DBD. Bagaimana tidak, ambil contoh di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), jumlah penderita demam berdarahnya tertinggi se Indonesia, yakni 1.145 jiwa.

Di sana tercatat sudah sekitar 2.697 orang dirawat dan 13 orang meninggal sampai Senin (9/3) akibat demam berdarah.

Di Provinsi NTT sendiri, total sudah 32 orang dinyatakan meninggal akibat penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti ini. Tak heran, jika Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto sampai mengunjungi Sikka sejak kemarin.

Terkait kasus DBD yang luar biasa di Sikka, sampah diketahui menjadi sumber permasalahan. Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo, menyebut sampah menjadi salah satu penyebab tingginya kasus demam berdarah di kabupaten itu.

"Persoalan kita adalah kebersihan. Kalau lebih ekstrem orang bilang jorok. Kita lihat saja sampah masih berserakan di mana-mana," ungkap Roberto, yang masih dikutip dari Kompas.com.

Roberto menyebut sampah botol plastik dan gelas plastik itu yang jadi salah satu penyebab demam berdarah dengue. Ini karena saat hujan, sampah terisi air sehingga menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

Banyak Juga Kasus DBD di Daerah Lain

Selain Sikka, masih ada daerah lain yang masuk status waspada DBD. Misalnya, Boyolali, Jawa Tengah.

Menurut data Dinas Kesehatan Boyolali, terdapat 426 kasus laporan dugaan DBD. Namuni, sampai saat ini yang dinyatakan positif demam berdarah baru 28 kasus.

Dari data pemerintah di Boyolali, daerah yang paling banyak terkena kasus DBD ada di Kecamatan Nogosari, yakni sebanyak 6 kasus. Kemudian Kecamatan Mojosongo juga 6 kasus, Kecamatan Simo 5 kasus, Kecamatan Gladagsari 3 kasus.

Di sisi lain, daerah lain seperti Banjarmasin, Kalimantan Selatan juga mesti berperang dengan kasus DBD. Sejak Januari 2020, tercatat ada 12 kasus demam berdarah di kota tersebut.

Sementara itu, di Banjar, Jawa Barat, jumlah pasien DBD juga tak kalah banyak. Dari catatan dinas kesehatan setempat, sejak Januari sampai Maret ada 239 kasus. Dari 239 kasus, yang masuk kategori DBD jumlahnya sekitar 42 kasus, dengan tiga kasus demam shock syndrome.

Artikel Lainnya: Pertolongan Pertama Saat Terserang Demam Berdarah

Indonesia Jangan Sepelekan DBD!

Meskipun virus corona sedang mewabah, seharusnya kasus DBD tetap menjadi perhatian pada masa-masa seperti ini. Toh, nyatanya, kasus demam berdarah ternyata lebih banyak dibanding virus corona, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.

Seperti diungkap dr. M. Dejandra Rasnaya dari KlikDokter, DBD banyak menyerang masyarakat karena belakangan ini hujan masih terus mengguyur beberapa wilayah Indonesia.

"Selain itu, faktor banyaknya sampah yang tidak pada tempatnya, seperti gelas minuman plastik, juga dapat menampung air hujan. Genangan air hujan ini tentu tempat yang “nyaman” bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak," ujar dr. Dejandra.

Jika Anda sampai mengalami gejala-gejala seperti demam tinggi, pegal, nyeri otot, mual, dan bahkan muntah, sebaiknya segera periksa ke dokter. Itu adalah tanda umum dari DBD.

Lebih lanjut, dr. Dejandra mengaku bahwa dinding pembuluh darah akan mengalami kerusakan sehingga menyebabkan sebuah fenomena yang disebut plasma leakage (kebocoran plasma). Ini adalah kondisi bocornya darah dari pembuluh darah.

Anda dapat menyamakan situasi ini sebagai pipa paralon yang bocor, sehingga air di dalamnya merembes keluar. Jika hal ini terjadi, maka akan muncul gejala kebocoran plasma, yang ditandai dengan beberapa hal berikut ini.

  • Ruam atau bintik-bintik merah pada lengan atau kaki.
  • Gusi berdarah.
  • Hidung mimisan.

Jika proses ini berlangsung terus-menerus, komplikasi yang ditakutkan adalah dehidrasi atau kekurangan cairan.  Gejala dehidrasi tergantung seberapa parah derajatnya.

Ini bisa ditandai dengan perasaan haus pada dehidrasi ringan hingga lemah, dan tidak sadarkan diri pada dehidrasi berat.

Buat Anda, waspada tak hanya virus corona tapi juga DBD yang sudah sangat mengkhawatirkan.

Cegah sejak awal dengan memperhatikan kebersihan di sekitar Anda. Caranya dengan tidak buang sampah sembarang, menutup genangan air dan bak air terbuka, serta menjaga kebersihan di sekitar rumah. Jika masih ada pertanyaan mengenai DBD bisa langsung klik tanya dokter. Dokter kami segera menjawab pertanyaan Anda.

(OVI/AYU)

virus coronademam berdarah

Konsultasi Dokter Terkait