Covid-19

Menurun di Tiongkok, Angka Virus Corona Jadi Meningkat di Eropa dan AS

Ayu Maharani, 10 Mar 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Negara yang jauh dari Tiongkok, seperti Italia, Prancis, dan Jerman justru memiliki jumlah pasien virus corona hingga ribuan. Berikut informasi selengkapnya.

Menurun di Tiongkok, Angka Virus Corona Jadi Meningkat di Eropa dan AS

Bukan cuma negara tetangga dari Tiongkok saja yang terkena penularan virus corona. Bahkan, negara yang beda benua pun, seperti Eropa dan Amerika Serikat, juga terkena imbasnya!

Ada pun tiga negara di Benua Eropa yang paling banyak memiliki pasien coronavirus, antara lain Italia, Prancis, dan Jerman. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Penularan Virus Corona asal Tiongkok Menyebar Luas Sampai ke Eropa

Dilansir dari laman CNN, Tiongkok dan Korea Selatan, adalah dua negara Asia yang punya jumlah pasien positif terbanyak. Meski demikian, kedua negara tersebut justru melaporkan penurunan infeksi.

Bahkan, pejabat senior Pemerintah Tiongkok bahkan akan mencabut status lockdown terhadap Provinsi Hubei.

Sementara itu,  dari Korea Selatan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di negara tersebut telah mengonfirmasi ada 248 kasus baru di hari Minggu (08/03).

Menurut mereka, angka itu turun dalam empat hari berturut-turut dan merupakan peningkatan kasus yang jumlahnya terendah sejak akhir Februari.

Di sisi belahan dunia lain, Italia memiliki pasien COVID-19 sebanyak 7.375 orang, beda tipis dengan Korea Selatan yang memiliki jumlah 7.382 pasien. Disusul oleh Prancis yang memiliki 1.209 pasien, dan Jerman yang memiliki pasien berjumlah 1.040.

Untuk tahu apa yang terjadi di tiga negara tersebut beserta AS, simak penjelasannya berikut ini.

Mengapa Lonjakan Pasien Virus Corona Terjadi di Eropa?

Sebelum mengetahui mengapa lonjakan pasien terjadi di Benua Eropa, ketahui dulu bahwa sebenarnya, ada rencana dibalik “mengunci” atau mengisolasi sebagian besar wilayah utara Italia.

Tujuannya, tentu saja demi mencegah penularan virus corona yang semakin menjadi-jadi.

Akan tetapi, beberapa jam sebelum tindakan tersebut dilakukan pemerintah, sebagian masyarakat Italia Utara malah pergi ke negara lain (masih dalam benua Eropa) menggunakan kereta api.

Kelalaian pemerintah Italia untuk menghadang masyarakatnya bepergian ke luar menjadi alasan mengapa terjadi peningkatan signifikan di beberapa negara Eropa.

Warga Eropa memang dapat dengan mudah bepergian ke negara lain tanpa paspor asalkan masih di dalam satu benua. Oleh karena itu, pemerintah Italia berpendapat, mereka tidak bisa bekerja sendirian.

Negara-negara lain harus juga memblokade pergerakan warga yang masuk dan keluar supaya penyebaran tidak semakin meluas.

Sampai sekarang, masih belum jelas apakah Italia akan melakukan langkah yang sama seperti Tiongkok yang melakukan lock down pada salah satu kotanya.

Selain membatasi keluar dan masuk ke wilayah tertentu, sekolah dan museum yang ditutup, dan pernikahan yang ditunda, merupakan langkah “kecil-kecilan” yang dapat dilakukan Italia untuk mencegah penyebaran virus corona.

Artikel Lainnya: Waspada, Penderita Virus Corona Bisa Tidak Menunjukkan Gejala!

Restoran dan bar tetap diperbolehkan untuk buka, tetapi dengan jam terbatas dan pengunjungnya juga harus memastikan bahwa mereka harus berinteraksi dengan jarak minimal satu meter.

Lalu, bagaimana dengan Prancis? Prancis disebut-sebut berada di tingkat dua coronavirus. Salah satu pejabat pemerintahannya pun ada yang terkena penyakit infeksi pernapasan mematikan tersebut.

Ada pun lokasi Prancis yang memiliki pasien COVID-19 terbanyak adalah Oise Utara dan timur laut Haut-Rhin. Sekolah dan area perkebunan di wilayah tersebut akan ditutup untuk sementara waktu.

Dilaporkan bahwa pasien virus corona terbanyak di Prancis adalah lansia. Karena itu, pemerintah melarang orang muda (generasi yang dianggap menularkan) untuk mengunjungi para lansia, sekalipun itu adalah keluarga mereka sendiri.

Pasalnya, lansia memiliki daya tahan tubuh yang lemah, sehingga mudah sekali tertular dan dampak yang ditimbulkan juga akan lebih parah.

Di Jerman, Kanselir Jerman Angela Merkel menyarankan perusahan-perusahan di negara tersebut untuk mengurangi jam kerja hingga akhir tahun. Pasalnya, beberapa perusahaan Jerman telah dilanda epidemi, termasuk pembuat mobil Daimler dan grup maskapai Lufthansa.

Sama seperti negara-negara lainnya, acara-acara besar di Jerman juga telah dibatalkan demi meminimalkan penularan virus corona.

Namun, untuk pemilihan Kanselir yang baru di bulan April mendatang, acara tersebut tetap diselenggarakan hanya saja tidak mengundang banyak tamu.

Artikel Lainnya: Tanda-tanda Seseorang Sudah Sembuh dari Virus Corona

Mengapa Lonjakan Penularan Virus Corona Juga Terjadi di Amerika Serikat?

Berpindah ke benua yang lebih jauh lagi, yakni Amerika Serikat, ditemukan memiliki 547 kasus pasien virus corona. Jumlah kasus ini terbilang banyak, tak heran kalau beberapa festival besar seperti South by Southwest Festival di Austin dan The Calle Ocho Music Festival di Miami pun harus dibatalkan.

Tidak diketahui apa faktor pasti yang menyebabkan kenaikan jumlah pasien virus corona di AS. Sebab, sebagian dari mereka tidak memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok.

Ada kemungkinan penyebabnya adalah mereka tertular dari orang-orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri, misalnya yang habis bepergian dengan kapal pesiar.

Tiga negara bagian yang sudah mendeklarasikan status darurat, antara lain Washington DC, New York, dan Oregon. Terakhir, di Washington, pasien yang sudah mendapatkan perawatan akhirnya meninggal dunia pada Minggu (08/03).

Di Indonesia sendiri, sudah ada 19 orang yang terjangkit virus corona. Semoga angkanya tidak melonjak tinggi seperti beberapa negara di atas. Untuk mencegahnya, tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi, tidak stres berlebih, istirahat cukup, dan jangan lupa rajin cuci tangan.

Kenapa cuci tangan? Sebab, dr. Bobtriyan Tanamas dari KlikDokter mengatakan mencuci tangan merupakan cara terbaik untuk memperkuat imunitas kulit, yang pada akhirnya menurunkan risiko penyebaran kuman penyebab penyakit.

“Beberapa penelitian bahkan telah membuktikan bahwa cuci tangan dengan cara yang benar mampu mencegah penyebaran diare dan penyakit pernapasan,” katanya. Oleh sebab itu, jangan pernah lupakan cuci tangan untuk mencegah penularan COVID-19.

Bila Anda masih memiliki pertanyaan seputar virus corona ataupun penularan penyakit lainnya, silakan konsultasikan hal tersebut kepada dokter kami melalui fitur LiveChat yang tersedia di aplikasi KlikDokter.

(OVI/AYU)

virus coronawabahinfeksi virusCovid-19

Konsultasi Dokter Terkait