Kesehatan Bayi

Berat Badan Bayi Susah Naik, Jangan-Jangan Karena Anemia?

dr. Nitish Basant Adnani BMedSc MSc, 28 Feb 2023

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sudah segala cara dilakukan, tetapi berat badan bayi susah naik. Ayah dan Bunda, jangan-jangan si Kecil kena anemia! Ini penjelasan lengkapnya.

Berat Badan Bayi Susah Naik, Jangan-Jangan Karena Anemia?

Berat badan bayi yang susah naik sering jadi momok bagi kebanyakan orang tua. Orang tua pun makin cemas kalau bayi sudah makan sesuai porsinya, tapi beratnya tak juga bertambah. 

Kondisi ini terkadang dikaitkan dengan anemia. Benarkah anemia menjadi penyebab berat badan bayi susah naik?

Anemia adalah kondisi ketika konsentrasi hemoglobin (Hb) di dalam darah berada di bawah nilai normal. Hemoglobin merupakan protein yang berada di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dari paru-paru.

Lalu, benarkah ada hubungan antara berat badan bayi susah naik dengan anemia pada bayi? Simak faktanya berikut ini.

 

Anemia Sebabkan Berat Badan Bayi Susah Naik

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), bayi di bawah 1 tahun dianggap mengalami anemia bila nilai Hb-nya kurang dari 11g/dL.

Jenis anemia yang paling sering terjadi pada anak adalah anemia defisiensi besi. Anemia ini disebabkan oleh kurangnya zat besi yang sangat diperlukan tubuh dalam pembentukan sel darah merah.

Artikel Lainnya: Cek! Menu MPASI untuk Menambah Berat Badan Bayi

Bayi yang mengalami anemia defisiensi besi akan menunjukkan berbagai gejala, seperti:

  • Tampak pucat.
  • Cepat lelah.
  • Nafsu makan menurun.
  • Muncul kebiasaan makan-makanan yang aneh (disebut pika, misalnya ingin makan es batu, debu, cat, dan lainnya).

Selain itu, anemia pada bayi memiliki efek lainnya yang lebih berat, yaitu gangguan pertumbuhan. Kondisi ini ikut berpengaruh terhadap berat dan tinggi badan si Kecil.

Mekanisme tersebut diduga berhubungan dengan gangguan produksi hormon pertumbuhan, yang disebut IGF-1 (insulin-like growth factor -1).

Tidak hanya memengaruhi berat badan, kadar Hb yang terlalu rendah dan anemia berat dalam jangka waktu lama (kronis), akan berdampak pada perkembangan otak dan kognitif si Kecil.

Kondisi ini berhubungan dengan kurangnya zat besi yang kemudian mengubah proses mielinisasi saraf, mengubah metabolisme energi pada sel saraf, dan fungsi bagian-bagian otak.

Zat besi sangat diperlukan pada tubuh. Selain untuk pembentukan sel darah merah, zat besi berperan pada proses metabolik seperti transport oksigen, pembuatan DNA, dan transport elektron.

Mengingat bayi dalam periode kritis pertumbuhan dan perkembangan otak, kekurangan zat besi dapat berakibat sangat buruk.

Artikel Lainnya: Penyebab Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah

Berat Badan Bayi Tidak Normal? Ini Pemeriksaan yang Diperlukan

Apabila berat badan bayi Anda tidak sesuai dengan berat badan bayi pada umumnya, sebaiknya konsultasikan kepada dokter spesialis anak.

Dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu mendiagnosis anemia adalah pemeriksaan hemoglobin melalui darah.

Jika terbukti berat badan bayi susah naik akibat kekurangan zat besi, suplementasi zat besi dapat diberikan mulai usia 6 bulan.

Beberapa bayi yang perlu diskrining karena berisiko tinggi mengalami anemia adalah sebagai berikut:

  • Bayi prematur atau bayi dengan berat lahir rendah.
  • Bayi yang mengonsumsi susu sapi sebelum berusia 1 tahun.
  • Bayi yang mendapatkan ASI tetapi tidak diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang mengandung zat besi mulai usia 6 bulan.
  • Bayi yang memiliki infeksi kronis, seperti tuberkulosis dan cacingan.
  • Bayi kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Bayi yang tidak diberikan makanan yang mengandung zat besi tinggi.

Artikel Lainnya: Berapakah Berat Badan Ideal Anak di Usia 3 tahun?

Cegah Anemia agar Berat Badan Bayi Normal

Apa saja langkah pencegahan yang perlu dilakukan agar si Kecil terhindar dari anemia?

Kuncinya, orang tua mesti mengenali risiko anemia pada bayi. Bila bayi mendapatkan ASI eksklusif, pastikan juga ia diberikan MPASI yang kaya akan zat besi.

Beberapa contoh makanan yang mengandung zat besi, yakni bayam, brokoli, kentang, bit, jamur, daging sapi, dada ayam, hati, telur, tiram, udang, dan ikan.

Selain itu, berikan makanan yang mengandung vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi seperti tomat, pepaya, jambu, jeruk, dan sebagainya.

Artikel Lainnya: Jangan Asal Pilih Suplemen Vitamin C, Ini Risikonya!

Bila perlu, konsultasikan kepada dokter untuk memperoleh suplementasi zat besi. Pasalnya, kandungan zat besi pada ASI sudah tak lagi mencukupi kebutuhan bayi yang usianya di atas 6 bulan.

American Academy of Pediatrics (AAP) dan WHO merekomendasikan skrining rutin anemia pada usia 12 bulan. Dengan begitu, bila memang bayi mengalami anemia, kondisi tersebut bisa terdeteksi sedini mungkin.

AAP merekomendasikan skrining selektif terhadap bayi-bayi yang berisiko tinggi mengalami anemia, seperti:

  • Memiliki masalah makan (makan pilih-pilih atau picky eater).
  • Berat badan susah naik.
  • Pertumbuhan terganggu.
  • Asupan zat besi makanan yang kurang cukup.

Kondisi anemia pada bayi tidak boleh disepelekan. Jadi, bila berat badan bayi susah naik dan ada gejala anemia lainnya, segera periksakan ke dokter spesialis anak.

Anda juga dapat berkonsultasi kepada dokter secara daring menggunakan layanan Live Chat di aplikasi Klikdokter.

[WA]

Berat BadanBayiAnemia

Konsultasi Dokter Terkait