HomePsikologiPsikologi KeluargaSibling Rivalry, Ketika Antar Saudara Kandung Jadi Kompetitif
Psikologi Keluarga

Sibling Rivalry, Ketika Antar Saudara Kandung Jadi Kompetitif

Ayu Maharani, 15 Feb 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Meski terdengar asing, fenomena sibling rivalry sebenarnya sering dialami keluarga mana pun. Seperti apa kondisinya dan bagaimana mencegah hal itu?

Sibling Rivalry, Ketika Antar Saudara Kandung Jadi Kompetitif

Persaingan ternyata tak cuma terjadi di pertandingan olahraga ataupun olimpiade matematika. Di dalam keluarga, kerap pula terjadi persaingan antara kakak beradik dan bisa berlangsung hingga dewasa! Ya, kondisi tersebut dinamakan sibling rivalry.

Apa Penyebab Sibling Rivalry?

Mengutip dari laman Psychology Today, munculnya persaingan antara kakak dan adik itu tak datang tiba-tiba. Butuh proses untuk sampai ke tahap membenci (meski dipendam) sampai akhirnya mereka jadi bersifat kompetitif dalam hal apapun.

Nah, peran orang tua lah yang diyakini berperan memicu kondisi tersebut. Biasanya, orang tua akan meningkatkan rivalitas antara saudara kandung dengan cara melabeli anak-anaknya. Misalnya dengan sebutan sebagai “si baik” dan “si buruk”, “si cerdas” dan “si bodoh”, “si malas” dan “si ambisius”.

Anak yang dianggap baik, cerdas, maupun ambisius umumnya akan lebih banyak sering dikenalkan kepada orang lain. Ia pun akan selalu menjadi patokan keberhasilan seorang manusia.

Sementara yang satunya lagi, akan jarang ikut pergi menghadiri acara bersama orang tua, karena toh orang tuanya akan cuek-cuek saja, karena dianggap “anak bawang”. Orang dewasa yang selalu memperlakukan anak dengan perilaku seperti itu mungkin belum menyadari bahwa perilakunya akan membawa dampak buruk bagi si kakak dan adik.

Sementara itu, sibling rivalry kadang juga bisa terjadi karena faktor eksternal (bukan orang tua), salah satunya, ya, bisa berkaitan dengan cinta-cintaan remaja. Begini, ketika salah satunya sedang jatuh cinta terhadap orang lain, rasa “tidak aman” terhadap saudara sendiri muncul.

Penyebabnya, takut si pujaan hati jatuh ke pelukan si kakak atau adik. Apabila memang sempat terjadi di masa remaja, rasa insecure dan rivalitas pun bisa membekas hingga dewasa. Alhasil, si adik atau si kakak tak pernah mau mengenalkan pujaan hatinya karena takut “diambil” lagi.

Apa Dampak dari Perilaku Orang Tua yang Seperti Itu?

Sebenarnya, efek benci atau dendam yang dirasakan si “anak bawang” akan jauh lebih sedikit jika si anak emas tetap mendukungnya. Ya, setidaknya, walaupun tidak dihargai orang tua sendiri, saudaranya masih peduli dengan usahanya, sehingga tidak timbul rasa rendah diri.

Berbeda halnya ketika si anak emas juga terbuai dengan segala sanjungan orang tua dan tidak memedulikan usaha si anak bawang. Rasa benci satu sama lain akan semakin besar.

Malah, bukan tidak mungkin ketika dewasa (sudah memiliki power yang lebih) nanti, si anak bawang akan cenderung membalas dendam dan tak mau menolong saudaranya jika kondisi kehidupan sedang berbalik (si anak emas sedang jatuh miskin misalnya).

Jika tak sampai ada “acara” balas dendam, biasanya antara saudara kandung terjadi perang dingin alias diem-dieman selama bertahun-tahun.

Intinya, jika ada satu anak lebih disukai daripada yang lain, maka akan timbul rasa iri dan juga kegagalan dan mengembangkan atau menjaga hubungan yang sehat antar saudara.

Artikel lainnya: Seperti Film Frozen, Ini Manfaat Hubungan Dekat dengan Saudara Kandung

Jika Sibling Rivalry Sudah Terjadi, Apa yang Mesti Dilakukan?

Walau yang menyebabkan adanya rival saudara kandung ini adalah karena pola orang tua asuh yang salah, namun yang mesti memperbaikinya adalah anak-anak mereka sendiri.

Masih dilansir dari Psychology Today, seorang Konselor dan Profesor Northern Illinois University, Suzanne Degges-White, Ph.D., menyarankan beberapa cara untuk mengatasi rivalitas yang terlanjur terjadi hingga dewasa, yaitu:

  • Tetaplah Jalin Komunikasi

Mantan pacar atau mantan sahabat itu memang ada, tetapi tidak ada mantan kakak atau mantan adik (tidak ada yang bisa memutus hubungan darah). Jadi, tetaplah jalin komunikasi dan sudahi perang dingin. Hilangkan segala gengsi dan mulai kirim pesan atau telepon lagi.

  • Bicaralah Hati ke Hati

Sampaikan maaf dan katakan yang sejujurnya tentang alasan mengapa Anda sempat sakit hati, baik itu karena perilaku orang tua maupun hal-hal lain yang bikin tak nyaman saat itu. Jika Anda memiliki harapan yang dulu belum sempat dilakukan, katakan saja sekarang.

Setelah pertemuan selesai, tak perlu lagi mengungkit masa-masa lalu. Anda bisa restart hubungan persaudaraan kalian.

Bagaimana jika salah satu tidak mau berdamai? Apabila salah satu pihak berusaha menghubungi, lalu saudara yang lain menolak meski sudah dicoba berkali-kali, tak ada cara lain selain menunggu waktu. Setidaknya, Anda sudah menjadi pihak yang ingin menyudahi perang dingin.

Artikel lainnya: Si Kakak Cemburu pada Adik? Ini Cara Menghadapinya

Cara Mencegah Adanya Sibling Rivalry

Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi, Psikolog dari KlikDokter, sulit sebenarnya mencegah persaingan di antara kedua saudara, apalagi jika jenis kelaminnya sama dan dengan beda usia yang sedikit pula.

Hal yang bisa diubah di sini adalah mengubah kecemburuan menjadi persaingan yang lebih sehat dan harus orang tua yang melakukannya. Adapun beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah persaingan antar saudara, yaitu:

  1. Orang tua harus memahami bahwa tiap anak memiliki karakter yang berbeda dan spesialisasinya masing-masing. Jangan pernah membuat satu patokan saja.
  1. Selalu sertakan semua anak ketika menghadiri acara penting. Jangan hanya mengajak dan memperkenalkan beberapa saja.
  1. Saat memberi hadiah, usahakan semuanya dapat. Misalnya si kakak dapat nilai bagus sehingga dia diberikan boneka. Nah, meski adiknya sedang tak menghasilkan apa pun, setidaknya orang tua harus membelikan hadiah kecil juga buat dia, misalnya cokelat atau permen.
  1. Ketika terjadi pertengkaran di antara kedua anak, orang tua yang melerai tak boleh menyalahkan atau memihak salah satunya saja. Dua-duanya harus dinasihati. Ingat, pertengkaran tidak akan pernah terjadi jika tidak salah satunya diam saja, kan?

Jadi, itu dia penyebab sibling rivalry, cara mengatasi, dan cara mencegahnya. Bila Anda masih memiliki pertanyaan seputar pola asuh anak atau hubungan keluarga lainnya, silakan berkonsultasi kepada psikolog kami melalui fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter.

(OVI/RPA)

Sibling RivalryPola asuh anakpersaingan saudarabertengkar dengan saudara

Konsultasi Dokter Terkait