Diet dan Nutrisi

Makan Kol Goreng Memang Nikmat, Tapi Ada Dampaknya Tidak Ya?

dr. Bobtriyan Tanamas, 11 Feb 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Makan ayam penyet memang sangat nikmat dengan sambal pedasnya, apalagi ditambah dengan kol goreng! Tapi, kol yang digoreng ini tetap sehat atau tidak ya?

Makan Kol Goreng Memang Nikmat, Tapi Ada Dampaknya Tidak Ya?

Kol goreng memang menjadi hidangan pelengkap saat menyantap menu pecel lele hingga ayam penyet. Tanpa ada kol goreng, menyantap makanan tersebut jadi kurang puas, bukan?

Namun sebaiknya kebiasaan ini harus dihentikan, sebab ada bahaya yang mengintai jika Anda terlalu sering konsumsi kol goreng. Namun, tak menutup kemungkinan sayur kol juga punya manfaat baik.

Agar tak telanjur, ketahui dulu bahaya kol goreng dan manfaat serta cara mengolah sayur kol yang baik bagi kesehatan.

Bahaya Mengonsumsi Kol Goreng

Walaupun sayuran ini memiliki banyak sekali manfaat yang menyehatkan, bukan berarti Anda bisa makan kol goreng sepuasnya! Justru hal ini bisa memicu berbagai masalah kesehatan.

Berikut ini beberapa dampak yang perlu Anda ketahui:

  1. Memicu Kanker

Kol yang digoreng terlalu lama dapat menjadi pemicu kanker. Apalagi bila berada dalam suhu yang tinggi dan minyaknya telah dipakai berkali-kali.

Proses menggoreng kol dengan suhu panas dan memakai minyak banyak atau yang digunakan berkali-kali dapat menyebabkan kolatasi oksidasi. Sehingga, kadar radikal bebas yang bersifat karsinogenik (pemicu tumbuhnya sel kanker) akan meningkat.

Bila Anda sering makan kol goreng, maka akan rentan terserang kanker. Selain itu, risiko sakit jantung juga dapat timbul.

Saat digoreng, sayuran ini akan menyerap sebagian besar minyak goreng. Kandungan lemak jenuh dan kolesterol jahat (LDL) dalam minyak goreng dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti serangan jantung.

  1. Rentan terhadap Stroke

Kadar kolesterol jahat yang tinggi dalam kol goreng juga dapat memicu timbulnya penyakit stroke. Hal ini perlu diwaspadai karena stroke juga menjadi salah satu penyebab kematian yang sering terjadi.

  1. Memicu Obesitas

Ternyata, kol goreng bisa menambah berat badan! Kol yang digoreng otomatis akan mengandung lemak jenuh dan kolesterol jahat, karena mengandung lemak tidak sehat dari minyak. Bila Anda mengonsumsinya dalam porsi besar atau sering, akan berisiko mengalami kelebihan berat badan.

Bagaimana Cara Menyantap Kol yang Sehat?

Apabila ingin mengonsumsi kol goreng, sebaiknya buatlah sendiri di rumah dengan minyak yang baru dan suhu yang rendah. Sehingga, dapat mengurangi terbentuknya senyawa karsinogenik.

Untuk menghindari kerugian akibat mengonsumsi kol goreng, maka ubahlah cara masak kol dengan direbus atau dikukus beberapa saat. Makan kol dalam keadaan mentah juga baik, asal telah dicuci bersih terlebih dahulu.

Kalau tetap mau makan kol goreng, sebaiknya tidak terlalu sering dan jangan lupa imbangi dengan kol rebus atau sayuran rebus lainnya agar tubuh tetap mendapat gizi yang sempurna.

Artikel lainnya: 8 Jenis Sayuran untuk Diet yang Bisa Anda Coba

Manfaat Mengonsumsi Sayur Kol

Meski mirip dengan selada, kol sebenarnya masuk ke dalam jenis Brassica genus (jenis yang meliputi brokoli, kembang kol, dan kale). Sayur ini juga memiliki berbagai bentuk dan warna, seperti merah, ungu, putih, dan hijau.

Tak hanya di Indonesia, sayuran ini pun telah banyak dinikmati dalam ragam hidangan di dunia, contohnya sauerkraut, kimchi, dan coleslaw.

Tahukah Anda, ternyata sayur kol juga memiliki kandungan nutrisi yang tidak kalah dari sayuran lainnya? Kol mengandung banyak vitamin dan mineral, contohnya vitamin B, C, A, dan K, serta asam folat.

Hebatnya lagi, kol juga tidak mengandung kolesterol dan lemak jenuh yang berbahaya, serta rendah kalori.

Banyak penelitian menunjukkan, peningkatan konsumsi makanan nabati seperti kol dapat mengurangi risiko diabetes, obesitas, penyakit jantung, dan kematian secara keseluruhan.

Selain kaya akan vitamin dan mineral tadi, ada lagi lho sejumlah keuntungan makan sayur kol yang baik bagi kesehatan tubuh. Beberapa di antaranya yaitu:

Melindungi dari Terapi Radiasi

Di dalam sayuran kol terdapat senyawa 3,3’-Diindolylmethane (DIM). Senyawa ini dipercaya dapat memberikan perlindungan terhadap kanker dan memiliki efek untuk melindungi jaringan yang sehat selama perawatan kanker.

Mencegah Kanker

Senyawa lainnya yang berpotensi menangkal kanker dalam kol adalah sulforaphane. Para peneliti menemukan, sulforaphane memiliki kekuatan untuk menghambat enzim histone deacetylase (HDAC) yang berbahaya dan diketahui berkaitan dengan perkembangan sel kanker.

Karena kemampuan tersebut, makanan yang mengandung sulforaphane atau sulforafana berpotensi dimanfaatkan dalam pengobatan kanker.

Kol merah mengandung antioksidan kuat yaitu antosianin, senyawa yang membuat buah dan sayuran merah dan ungu berwarna cerah.

Antosianin telah terbukti memperlambat proliferasi sel kanker, membunuh sel kanker yang sudah terbentuk, dan menghentikan pembentukan pertumbuhan tumor baru.

Namun, belum diketahui apakah efek ini akan berdampak secara signifikan dalam pencegahan kanker atau pengobatan pada manusia.

Menyehatkan Jantung

Kandungan polifenol yang tinggi dalam kol juga dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Zat tersebut dapat membantu mencegah penumpukan trombosit dan mengurangi tekanan darah.

Pencernaan dan Imunitas Lebih Baik

Menurut WebMD, kandungan serat dan air dalam kol juga membantu mencegah sembelit dan menjaga kesehatan saluran pencernaan. Mengonsumsi serat yang cukup dapat membantu agar BAB teratur dan penting untuk ekskresi racun melalui empedu dan feses.

Bahkan, serat pun berperan penting dalam mengatur sistem kekebalan tubuh dan peradangan. Sehingga, mengurangi risiko kondisi terkait peradangan seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, dan obesitas.

Kini Anda sudah tahu kan bahaya makan kol goreng kalau terlalu banyak? Usahakan selalu perhatikan setiap asupan yang dimakan setiap harinya. Bila ingin berkonsultasi seputar kecukupan gizi harian, bisa gunakan layanan Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter!

(FR/RPA)

Sayurankol gorengKanker

Konsultasi Dokter Terkait