Kesehatan Mental

Body Dysmorphic, Hobi Mengubah Penampilan yang Bikin Mental Tak Sehat

Ayu Maharani, 31 Jan 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Selalu tak puas dengan penampilan fisik? Jika sampai melakukan tindakan pengubahan tubuh berkali-kali, bisa jadi Anda memiliki body dysmorphic disorder!

Body Dysmorphic, Hobi Mengubah Penampilan yang Bikin Mental Tak Sehat

Istilah body dysmorphic disorder mungkin masih jarang Anda dengar. Akan tetapi, meski istilahnya asing, bisa saja kondisi tersebut sebenarnya ada di sekitar Anda. 

Gangguan ini terjadi pada orang yang tidak pernah puas terhadap kondisi tubuhnya. Mereka selalu ingin tampil sempurna dengan melakukan sejumlah perubahan, dalam hal ini melalui operasi. 

Gangguan tersebut sempat dilayangkan kepada salah satu selebritas sensasional Tanah Air, Lucinta Luna. Beberapa waktu lalu, warganet sempat dibuat geleng-geleng kepala akibat ucapan Lucinta Luna tentang cantik harus putih. 

Selebritas ini memang sempat melakukan suntik putih agar kulitnya semakin cerah dan enak dipandang di kamera. Namun, sebelum suntik putih pun, dia telah melakukan operasi plastik di beberapa bagian tubuhnya demi mencapai “kesempurnaan”.

Beda Body Dysmorphic dengan Hobi Gonta-ganti Gaya

Sementara itu, karena pengetahuan soal body dysmorphic masih sedikit, tak sedikit orang yang hobi gonta-ganti gaya dicap mengalami gangguan tersebut.

Padahal, menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi, psikolog dari KlikDokter, gangguan body dysmorphic tak “seringan” itu.

Body dysmorphic bukan berarti orang yang suka gonta-ganti gaya pakaian. Mereka condong tak puas terhadap penampilan fisik, entah dari gigi, rambut, mata kulit, atau bentuk tubuh. Kalau cuma suka ganti warna atau model rambut, pakaian, dan makeup, itu bukan body dysmorphic disorder. Itu cuma ngikutin mood gaya saja,” jelas Ikhsan. 

“Orang yang body dysmorphic itu rela melakukan tindakan berisiko untuk mengubah penampilan, termasuk operasi plastik. Bahkan, mereka cenderung ketagihan. Mungkin menurut dokter, hasil operasi sudah tak ada yang kurang, tapi buat orang itu, dia masih tidak percaya diri,” kata Ikhsan.

Penyebabnya, dia selalu merasa ada yang aneh dan kurang. Upaya untuk mengubah dan memperbaiki bagian yang kurang itu pun terus-menerus dilakukan.

Beberapa gejala body dysmorphic yang bisa diperhatikan, seperti dikutip dari Mayo Clinic, antara lain:

  • Menjadi sangat sibuk dengan kekurangan fisik yang dirasakan, meski bagi orang lain tidak dilihat atau tampak kecil sekali.
  • Punya keyakinan yang kuat bahwa kekurangan pada penampilan akan membuat Anda jelek atau cacat.
  • Mencoba untuk menyembunyikan kekurangan yang dirasakan dengan gaya, tata rias atau pakaian.
  • Terus-menerus membandingkan penampilan diri sendiri dengan orang lain
  • Punya kecenderungan perfeksionis.
  • Menghindari situasi sosial.

Artikel Lainnya: Bangun Percaya Diri dengan Bentuk Tubuh Sendiri

Apa Penyebab Timbulnya Body Dysmorphic?

Hingga saat ini, menurut Ikhsan Bella Persada, belum diketahui pasti penyebab gangguan mental ini. Akan tetapi, ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya body dysmorphic, yaitu:

  • Dari kecil, orang tersebut sering mendapat hinaan mengenai fisiknya. Sebagai contoh, dia selalu dihina gendut, hitam, pesek, pendek, dan juga kaki pincang.

Bertahun-tahun dicemooh seperti itu tentu dapat menurunkan kepercayaan diri. Alhasil, muncul di benaknya bahwa dia adalah seorang buruk rupa yang mesti melakukan suatu cara agar tidak dicela lagi. 

  • Kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Bisa saja seorang dengan body dysmorphic memang memiliki suatu penyakit atau kekurangan sejak kecil. Namun, meski kondisinya seperti itu, keluarganya kurang memperhatikan.

Nah, dengan mengubah penampilan terus-menerus, itu akan mengundang perhatian dari sekitarnya. 

  • Punya gangguan cemas. Seseorang yang memiliki gangguan cemas berisiko lebih tinggi untuk mengkhawatirkan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu terlalu dipikirkan.

Bagi orang lain, mungkin penampilan fisiknya sudah cukup baik, bahkan tergolong rupawan. Namun, karena orang itu punya gangguan cemas, dia selalu merasa ada yang kurang. 

Meski yang punya kecenderungan tidak pernah puas terhadap penampilan fisik itu adalah wanita, bukan berarti para pria bebas dari gangguan body dysmorphic, lho. Para pria biasanya tidak puas dengan tubuhnya yang kecil, kurus, dan tidak berotot.

Untuk mengatasi hal ini dengan instan, bukan jalan olahraga yang dipilih. Para pria penderita body dysmorphic justru memilih suntik steroid dan operasi. 

Bisakah Body Dysmorphic Disembuhkan? 

Dilansir dari Mayo Clinic, gangguan body dysmorphic biasanya tidak membaik dengan sendirinya. Jika dibiarkan tanpa terapi yang tepat, gangguan mental ini bisa memburuk seiring bertambahnya waktu. Hal ini membuat gangguan cemas semakin parah, depresi, bahkan menimbulkan pikiran ingin bunuh diri.

Penderitanya masih bisa sembuh asal segera mendapatkan terapi, seperti terapi perilaku kognitif dan juga pengobatan yang sudah ditentukan.

Selain itu, orang yang sedang mendapatkan terapi juga harus dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya dengan tulus dan tidak mengerjakan suatu hal yang butuh “kesempurnaan” fisik.

Penderita juga sebaiknya menjauhkan diri dari media sosial sementara waktu. Seperti Anda tahu, media sosial dapat memberikan dampak buruk pada psikologis seseorang.

Kampanye love yourself yang marak dilakukan sebenarnya sangat berkaitan dengan body dysmorphic ini. Sebab, kampanye itu mengajarkan kita untuk mencintai diri sendiri apa adanya. Jika Anda sedang mengalami kondisi tersebut, berkonsultasilah kepada psikolog melalui fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter.

[HNS/RPA]

Body dysmorphic disorderPenampilantidak percaya diri

Konsultasi Dokter Terkait