Kesehatan Bayi

Depresi pada Balita Juga Bisa Terjadi, Kenali Gejalanya

dr. Devia Irine Putri, 28 Jan 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Ya, Anda tak salah baca, depresi dapat menyerang siapa pun, tak terkecuali anak-anak usia balita. Orang tua perlu memahami berbagai gejalanya.

Depresi pada Balita Juga Bisa Terjadi, Kenali Gejalanya

Anda tentunya tidak heran kalau orang dewasa mengalami stres atau masalah psikologis. Ternyata, permasalahan kesehatan mental ini juga bisa memengaruhi anak usia balita. Bahkan, depresi bisa terjadi pada usia tersebut. Tentunya, jadi penasaran apa penyebabnya?

Hampir sama dengan orang dewasa. Depresi pada balita dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang dan perlahan bisa berkembang menjadi masalah yang lebih serius.

Penyebab Depresi pada Balita

Depresi pada balita disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi berikut ini. Misalnya, genetik, ketidakseimbangan neurotransmiter di otak, penggunaan obat-obatan tertentu, adanya tindak kekerasan di rumah, hingga pemberian nutrisi yang buruk.

Suasana hati atau mood dari orang tua atau pengasuh juga turut memengaruhi mental si kecil. Jika orang tua atau pengasuh mengalami depresi, maka secara tak langsung anak dapat merasakannya. Tentu, otomatis meningkatkan risikonya untuk mengalaminya juga.

Artikel lainnya: Benarkah Depresi Akibat Kehamilan Bisa Berlangsung Lama?

Apa Saja Gejala Depresi pada Balita?

Banyak tanda dan gejala balita depresi. Hal ini sering kali membuat kondisi tersebut tak terdiagnosis dan si Kecil tidak mendapatkan terapi yang sesuai. Pasalnya, gejala depresi yang muncul tersebut kerap hanya dianggap sebagai perubahan mood atau emosi sesaat semata.

Balita bisa dibilang mengalami depresi apabila setidaknya ia mengalami lima dari tanda dan gejala yang disebutkan di bawah ini. Hal ini dirasakan selama dua minggu berturut-turut. Orang tua perlu mewaspadai beberapa hal ini.

  • Perubahan suasana hati menjadi mudah marah atau mudah menangis.
  • Kehilangan keinginan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti bermain atau menggambar, baik di rumah maupun bersama teman-temannya.
  • Sulit tidur.
  • Nafsu makan menurun.
  • Berat badan tidak menurun atau tidak sesuai dengan grafik.
  • Mudah kelelahan, tampak lemas sepanjang hari.
  • Psychomotor agitation, yakni melakukan gerakan yang tidak sengaja dan berulang, seperti berjalan mondar-mandir atau mengetukkan kaki ke lantai.
  • Sulit berkonsentrasi, misalnya saat diajak berbicara mata anak tidak bisa memandang lawan bicaranya.

Selain tanda dan gejala yang disebutkan di atas, ada pula gejala atipikal, yaitu perubahan mood yang disertai dengan minimal dua dari gejala di bawah ini selama dua minggu terakhir.

  • Meningkatnya nafsu makan atau berat badan meningkat.
  • Sering tidur.
  • Pada balita usia 3-4 tahun, mereka dapat mengeluhkan rasa berat atau sakit pada bagian tubuh tertentu, seperti lengan atau kaki.
  • Menyendiri dan menarik diri dari lingkungan sekitar.

Artikel lainnya: Sindrom Baby Blues Dan Depresi Pasca Persalinan, Apa Bedanya?

Balita Mengalami Depresi, Apa yang Harus Orang Tua Lakukan?

Jika Anda menemukan gejala depresi pada balita dan sudah terjadi setidaknya selama dua minggu berturut-turut, sebaiknya bawa ia ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan.

Ingat, jangan menganggap depresi sebagai perubahan mood sesaat yang bisa hilang dengan sendirinya setelah si Kecil dibelikan mainan. Bila memang balita mengalami depresi, kondisi ini harus ditangani dengan semestinya.

Menurut sebuah studi oleh Washington University, Amerika Serikat, dan diterbitkan dalam dalam jurnal “American Journal of Psychiatry”, anak-anak usia preschool yang mengalami depresi akan 2,5 kali lebih mungkin mengalaminya lagi saat menginjak sekolah dasar atau sekolah menengah.

Nantinya, dokter akan mengevaluasi kesehatan mental si Kecil, termasuk juga orang tua atau pengasuhnya. Dokter spesialis anak akan bekerja sama dengan psikiater untuk menegakkan diagnosis dan mencari penanganan yang paling sesuai.

Bila benar anak yang masih balita terdiagnosis depresi, nantinya akan ditangani dengan psikoterapi dan pengobatan medis. Selama pengobatan berlangsung, sangat penting ia mendapatkan dukungan penuh dari orang tua dan anggota keluarga lainnya agar terapinya optimal.

Meski masih usia balita, tapi bukan berarti ia bebas dari perangkap depresi. Untuk pencegahan dan deteksi dini, orang tua wajib paham apa saja gejala depresi pada balita.

Dukung dan damping si Kecil dalam tiap proses pembelajaran, dan ciptakan lingkungan yang sehat dan menyenangkan agar kesehatan fisik dan mental anak tetap dalam kondisi baik. Jangan ragu bertanya soal depres pada balita dalam fitur LiveChat di aplikasi KlikDokter. Pantau terus si Kecil!

(RN/AYU)

BayiDepresikesehatan mental

Konsultasi Dokter Terkait