Berita Kesehatan

Kemenkes Siap Antisipasi dan Hadapi Virus Corona, Tapi Seberapa Siap?

Ruri Nurulia, 28 Jan 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Dengan setidaknya 16 negara terdampak virus corona, masyarakat kian waswas. Kemenkes sejauh ini tampak tenang, tapi sebetulnya seberapa siap hadapi wabah ini?

Kemenkes Siap Antisipasi dan Hadapi Virus Corona, Tapi Seberapa Siap?

Sri Lanka terkonfirmasi telah terjangkit coronavirus (28/1). Itu artinya, virus ini telah menyebar ke 19 negara. Masyarakat Indonesia pun makin waswas, khususnya tentang seberapa siap Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) dalam menghadapi wabah ini.

Ancaman wabah virus corona (coronavirus atau disebut sebagai 2019-nCoV) tidak main-main. Menurut data terbaru dari China’s National Health Commission (28/1), tercatat 4.474 orang terinfeksi, 107 orang meninggal dunia, 63 orang pulih, 6.973 terduga terinfeksi (suspect), 914 dipulangkan dari rumah sakit karena tak terbukti terinfeksi, dan 44.132 orang masih dalam observasi medis.

Dengan jumlah orang-orang yang positif terinfeksi, suspect, dan korban jiwa yang terus bertambah. Begitu juga temuan kasusnya di negara-negara lain akibat belum diberlakukannya travel banned. Tentu Indonesia yang belum terkonfirmasi terdampak virus corona tetap harus ekstra waspada.

Strategi Pemerintah dalam Mengantisipasi dan Menghindari Virus Corona

Indonesia lewat Kemenkes menyatakan siap. Paling tidak ini disampaikan oleh Sesditjen Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Achmad Yurianto, dalam jumpa pers pada hari Senin (27/1) di kompleks Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat.

Dengan bertambahnya kepanikan akibat banyaknya berbagai berita akan dampak dan penyebaran virus corona, dr. Achmad mengingatkan bahwa wabah ini belum merupakan kedaruratan global.

Artikel Lainnya: Waspada, Penderita Virus Corona Bisa Tidak Menunjukkan Gejala!

“Virus ini perlu mendapatkan perhatian khusus, tetapi belum menjadi ancaman untuk terjadinya emergency yang jadi concern seluruh dunia. Artinya, kasus ini belum menjadi kedaruratan yang global,” ujar dr. Achmad.

Meski begitu, dr. Achmad juga menyadari dua strain virus corona sebelumnya yang berbahaya, yaitu SARS dan MERS, sehingga membuat semua pihak Indonesia harus mewaspadainya.

Sejauh ini, rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang sudah dijalankan oleh Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan negara-negara lainnya adalah seperti berikut ini.

  • Pembatasan ketat bagi wilayah-wilayah di sekitar Wuhan, Tiongkok (tempat endemi coronavirus).
  • Isolasi Wuhan. Masyarakat di kota tersebut tidak diperbolehkan keluar dan daerah tersebut tidak bisa dikunjungi.
  • Mengharuskan pemerintah RRT untuk melakukan skrining ketat akan pergerakan semua orang. Baik warga negara RRT atau warga negara asing yang akan keluar dari RRT. Skrining melalui pemeriksaan kesehatan untuk memastikan tak ada penderita yang keluar dari negara tersebut.
  • Seluruh dunia harus melakukan pengawasan ketat pada pergerakan siapa saja yang berasal dari RRT yang akan memasuki wilayah negara tertentu.

Berdasarkan rekomendasi tersebut, Kemenkes secara garis besar sudah melakukan dua strategi.

“Pertama, menguatkan kembali upaya cegah tangkal bagi masuknya virus ini. Kedua, melaksanakan pemberdayaan masyarakat di dalam negeri agar tidak ada kepanikan dan bisa mengimplementasikan dengan benar apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan agar tidak tertular virus ini,” dr. Achmad memaparkan.

Artikel Lainnya: Hati-hati Virus Corona, Ini Pertolongan Pertama untuk Mengatasinya

Koordinasi dengan Berbagai Pihak dan Langkah Pencegahan Berlapis

Mekanisme yang dilaksanakan adalah berkoordinasi dan bekerja sama dengan otoritas bandara serta seluruh stakeholder, termasuk maskapai.

Dijelaskan oleh dr. Achmad, setelah diadakan rapat dengan pihak maskapai, telah disepakati bahwa mereka akan melakukan desinfeksi.

“Maskapai akan melakukan desinfeksi sendiri di kabin pesawat setelah sampai di negara tujuan setelah menurunkan penumpang,” ungkap dr. Achmad.

Selain itu, sekarang semua maskapai penerbangan dari Tiongkok menuju Indonesia wajib melakukan safety briefing yang dilakukan oleh kru pesawat di dalam pesawat. Kemudian, dilanjutkan dengan pemaparan tentang penyakit kepada seluruh penumpang.

Lalu, saat penerbangan, pilot wajib melaporkan kepada atase negara tujuan manakala di tengah perjalanan ada penumpang yang sakit.

Begitu mendarat, hal yang pertama kali dilakukan oleh pejabat karantina kesehatan adalah mengecek kembali ke pesawat. Menanyakan kepada kru, penumpang apa ada yang sakit atau tidak.

Bila tidak ada yang sakit, maka briefing terhadap penyakit akan diulang dan akan dibagikan kartu kewaspadaan kesehatan (health alert card atau HAC).

“Ini juga standar internasional dan kita memberlakukan ini bukan hanya dari sekarang. Namun, jemaah umrah dan haji setelah perjalanan pulang juga mendapatkan kartu ini,” kata dr. Achmad.

Di dalam kartu disebutkan setelah identitas lengkap, dalam kurun waktu 14 hari keberadaan sejak datang ke Indonesia. Jika sakit atau merasa panas badan atau gejala influenza, mereka diimbau untuk segera ke rumah sakit dan menunjukkan kartunya.

“Itu adalah bagian dari early warning sistem kita, maka rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan yang menerima pasien ini sudah paham betul bagaimana berkomunikasi dengan sistem yang ada di Kemenkes,” jelasnya.

Salah satu hal yang ditakuti dari virus corona adalah orang yang terjangkit bisa saja tidak menunjukkan gejala. Hal ini membuatnya sulit terdeteksi dan tanpa disadari penderita menularkan virus kepada orang lain.

Pihak Kemenkes menyadari betul akan “tantangan” ini.

Artikel Lainnya: Sama-Sama Menyerang Paru, Apa Beda Wuhan Coronavirus dengan Virus Influenza?

“Betul bahwa pemeriksaan sebelum terbang oleh Pemerintah Tiongkok dan pemerintah negara tujuan bisa mendeteksi langsung yang sakit. Untuk yang sedang dalam masa inkubasi (belum menunjukkan gejala), tentu tak bisa terdeteksi. Inilah kenapa early warning system kita dilengkapi dengan HAC,” dr. Achmad menjawab.

“Karena tidak mungkin semua orang sebelum naik atau setelah turun pesawat kita ambil sampel darahnya. Prosesnya  itu makan waktu cukup lama,” tambahnya.

Secara teori memang terdengar menjanjikan. Namun, fakta lapangan bisa berbeda. Sebagai bukti, seperti dilansir di The Jakarta Post, seorang WNI yang menempuh pendidikan di Wuhan baru-baru ini kembali ke Jakarta.

Ia mengatakan, pihak otoritas bandara tidak mengambil langkah-langkah tambahan untuk memeriksa penumpang yang datang dari kota tempat virus mematikan itu terdeteksi pertama kali.

Pelajar tersebut, yang meminta identitasnya dirahasiakan, diberikan HAC yang harus diisi dengan informasi pribadi, riwayat perjalanan, dan keluhan kesehatan. Namun, kartu tersebut tidak diambil lagi oleh petugas Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten.

Sebagai catatan, setelah diisi, kartu akan dibagi dua untuk diberikan kepada pengunjung dan disimpan oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

“Di Tiongkok, kami ditanya tentang sekolah kami, berapa lama berada di Wuhan, dan sudah berapa lama sejak kami meninggalkan Wuhan. Petugas di Tiongkok benar-benar mengobservasi kami sampai mereka yakin untuk membiarkan kami pergi,” katanya kepada The Jakarta Post.

Ketika dikonfirmasi, Anas Ma’ruf selaku kepala kantor kesehatan bandara mengatakan bahwa kemungkinan petugas lapangan tak mengumpulkan HAC karena jumlah penumpang yang membludak.

Namun, pihaknya membela diri, bahwa kantornya menyimpan data manifes penumpang dari maskapai dan semua penumpang telah diberikan HAC, yang mana bisa mereka bawa ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala dalam rentang waktu dua minggu setelah kedatangan.

Artikel Lainnya: Ini Manfaat dan Bahaya Makan Daging Kelelawar

Seberapa Siap Indonesia Menghadapi Wabah Virus Corona?

Dokter Achmad mengatakan kalau melihat perkembangan di Wuhan, angka kematian dibandingkan jenis coronavirus strain lainnya (SARS angka kematiannya hampir 60 persen dan MERS hampir 40 persen) kurang dari 4 persen. Bahkan, beberapa kasus positif ada yang sembuh.

“Kalau melihat situasi yang seperti ini, sebenarnya kesiapan kita sangat siap, melihat angka kematiannya tidak terlalu tinggi dan kondisinya tidak sampai kritis,” ungkap dr. Achmad.

Pada kasus kematian yang terjadi, dilaporkan ada faktor yang mendasari, yang membuat imunitas penderita tidak maksimal. Di antaranya adalah akibat penyakit kronis, seperti gagal ginjal kronis, penyakit jantung kronis, bronkitis kronis, dan sebagainya.

“Dengan adanya infeksi ini, maka akan cepat masuk menuju ke severe, penyakitnya lebih ganas atau buruk, dan menyebabkan kematian.”

Pada kondisi daya tahan tubuh bagus tanpa penyakit, dilaporkan banyak yang bisa membaik atau sembuh.

“Artinya, dilihat dari perjalanan kasus yang seperti ini, sebenarnya kita siap. Karena kapasitas yang dulu kita siapkan untuk antisipasi SARS dan flu burung dengan tingkat kematian yang lebih tinggi,” kata dr. Achmad.

Kunci Penting Pencegahan Penularan Virus Corona

Pemerintah ingin masyarakat sadar betul tentang pola hidup bersih sehat sebagai kunci utama pencegahan penularan virus corona.

“Kita menyadari ini seperti virus influenza yang pintu masuknya adalah hidung dan mulut. Menggunakan masker sebagai salah satu upaya untuk mencegah droplet (percikan ludah) dari orang yang batuk atau bersin ke dalam tubuh orang yang sehat,” tutur dr. Achmad.

Sering kali dianggap bahwa masker adalah satu-satunya solusi, padahal tidak. Droplet orang yang sakit bisa menempel di gagang pintu atau meja, yang kemudian dipegang oleh orang sehat, lalu ia makan tanpa cuci tangan dan akhirnya virus masuk mulut.

“Oleh karena itu, cuci tangan dengan baik menggunakan sabun atau antiseptik bisa efektif mencegah terjadinya penularan. Ini yang harus disampaikan ke masyarakat agar tetap sehat,” pungkas dr. Achmad.

Meski belum ada suspect yang positif terinfeksi virus corona di Indonesia, jangan keburu puas, namun tetaplah waspada. Terapkan pola hidup bersih dan sehat agar daya tahan tubuh terjaga dan berharap pemerintah terus berupaya yang terbaik untuk mengantisipasi dan menghadapi ancaman wabah virus ini.

Untuk informasi seputar virus corona, update di laman Cek Virus Corona Online atau download aplikasinya untuk bisa LiveChat 24 jam dengan dokter.

(AYU/RPA)

virus coronawabahinfeksi virus

Konsultasi Dokter Terkait