Kesehatan Umum

Penyakit Autoimun Bisa Sebabkan Gangguan Pencernaan Bernama Akalasia?

dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid, 05 Sep 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Penyakit autoimun dapat memunculkan berbagai gejala. Salah satunya adalah akalasia yang menyebabkan gangguan pencernaan. Kondisi apa itu?

Penyakit Autoimun Bisa Sebabkan Gangguan Pencernaan Bernama Akalasia?

Banyak yang bilang penyakit autoimun sulit diketahui keberadaannya. Ini karena gejalanya mirip dengan sejumlah penyakit lain. Tentunya, ini membuat para pasien gangguan kesehatan ini telat ditangani. 

Seiring kemajuan teknologi kesehatan dan ilmu kedokteran, saat ini penyakit autoimun lebih mudah terdeteksi dan diobati. Hingga kini, lebih dari 100 penyakit autoimun dengan berbagai jenis gejala autoimun sudah ditemukan. Salah satunya yang berhubungan dengan gangguan pencernaan adalah akalasia.

Akalasia, Apa Itu?

Akalasia adalah gangguan pada kerongkongan atau esofagus yang pada akhirnya memengaruhi sistem pencernaan.

Esofagus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan langit-langit mulut bagian belakang dengan lambung. Dalam keadaan normal, saat seseorang menelan, esofagus akan membentuk gerakan peristaltik supaya makanan dapat diteruskan menuju ke lambung. 

Artikel Lainnya5 Tanda Anda Mengalami Gangguan Pencernaan

Agar makanan dari esofagus dapat masuk ke lambung, bukan hanya gerakan peristaltik yang penting. Bagian dari esofagus bagian bawah yang dinamakan sfingter esofagus, juga berperan penting.

Sfingter esofagus ini merupakan pintu yang menghubungkan antara esofagus dengan lambung. Agar makanan bisa dialirkan dari esofagus ke lambung, otot sfingter esofagus harus dalam keadaan rileks agar pintu tersebut terbuka.

Nah, pada kondisi akalasia, terjadi kelainan saraf di esofagus yang menyebabkan otot sfingter esofagus tak bisa rileks. Inilah yang membuat pintu penghubung esofagus dengan lambung cenderung dalam keadaan tertutup sepanjang waktu. 

Akibatnya, saat seseorang menelan makanan, makanannya terperangkap di esofagus dan tak bisa masuk ke dalam lambung. Tentunya, ini menghambat alur pencernaan Anda.

Kenali Gejala Akalasia

Gejala utama akalasia adalah gangguan menelan. Kebanyakan penderita akalasia mengeluhkan sulit untuk menelan atau adanya sensasi makanan tersangkut di leher atau dada. 

Gangguan menelan yang dialami penderita akalasia tak terjadi secara tiba-tiba, melainkan terjadi perlahan-lahan selama bertahun-tahun. Kesulitan menelan yang terjadi dialami bisa dalam bentuk makanan padat maupun cairan.

Gejala akalasia lainnya adalah nyeri dada. Terutama setelah makan, muntah, sensasi dada seperti terbakar, dan berat badan menurun. Gejala-gejala tersebut sering disalahartikan sebagai gejala mag atau GERD.

Kaitan Antara Akalasia dan Penyakit Autoimun

Akalasia terjadi akibat transmisi saraf di daerah esofagus mengalami gangguan. Penyebab gangguan transmisi saraf tersebut belum dapat dijelaskan sepenuhnya. Namun, berbagai studi genetik yang telah dilakukan menunjukkan bukti bahwa akalasia merupakan bagian dari penyakit autoimun. 

Hal tersebut disimpulkan setelah peneliti menemukan jenis gen pada penderita akalasia ditemukan juga pada penderita penyakit autoimun. Misalnya, lupus, sklerosis multipel, dan diabetes tipe 1.

Artikel Lainnya: Pencernaan Bermasalah Akibat Stres? Lakukan 4 Langkah Ini

Diagnosis dan Penanganan Akalasia

Untuk memastikan adanya penyakit akalasia, dokter umumnya akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:

  • Pemeriksaan Barium Swallow 

Dalam pemeriksaan ini, dokter akan meminta pasien untuk menelan cairan kontras yang mengandung barium. Setelah itu, daerah esofagus akan difoto dengan pemeriksaan rontgen. 

Tujuannya adalah untuk melihat apakah cairan barium tersebut dapat melewati esofagus, termasuk apakah terdapat penyempitan pada sfingter esofagus.

  • Endoskopi

Endoskopi dilakukan dengan memasukkan kamera kecil dari mulut menuju ke esofagus. Tujuannya, untuk melihat secara langsung apakah terdapat gangguan pada sfingter esofagus.

  • Manometri

Dalam pemeriksaan ini, dokter akan memasukkan selang kecil dari mulut ke esofagus untuk menilai kekuatan otot esofagus saat penderita menelan air.

Meski penyebab akalasia belum diketahui dengan jelas hingga detik ini, pengobatan akalasia sudah diketahui dan memiliki keberhasilan yang cukup tinggi. 

Pengobatan klasik yang dilakukan sejak lama adalah dengan operasi miotomi Heller. Pada operasi ini, otot sfingter esofagus yang menjadi sumber permasalahan akan dipotong.

Beberapa kasus akalasia dapat ditangani tanpa operasi. Tindakan yang dilakukan adalah melebarkan sfingter esofagus dengan balon. Dalam tindakan ini, dokter akan memasukkan balon khusus seukuran esofagus untuk melebarkan sfingter esofagus. 

Ini membuat makanan dari esofagus dapat masuk ke lambung. Agar sfingter esofagus dapat melebar dengan optimal. Tindakan dilatasi balon ini biasanya perlu dilakukan beberapa kali.

Meski belum dapat dijelaskan sepenuhnya, akalasia yang berdampak pada gangguan pencernaan memang berhubungan dengan penyakit autoimun. Karena gejalanya mirip dengan mag dan GERD, sebaiknya periksa ke dokter agar bisa diketahui penyebabnya.

(RN/AYU)

Gangguan Pencernaanpenyakit autoimunAkalasia

Konsultasi Dokter Terkait