Kesehatan Mental

Kesehatan Mental Anak Sejak Dini Harus Diperhatikan, Ini Alasannya!

Krisna Octavianus Dwiputra, 08 Des 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Selain kesehatan fisik, kesehatan mental anak ternyata juga memerlukan perhatian ekstra. Belum tahu mengapa? Cek beberapa alasannya dari dokter berikut ini.

Kesehatan Mental Anak Sejak Dini Harus Diperhatikan, Ini Alasannya!

Banyak orang tua yang berpikir anak-anak belum stabil secara mental dan emosional. Bila melakukan kesalahan pola asuh, tak akan memengaruhi kesehatan mentalnya. Ternyata, kesehatan mental anak sama pentingnya dengan orang dewasa, lo. Bahkan, bisa berkaitan dengan kemampuan bersosialisasinya ketika dewasa nanti.

Kesehatan mental menjadi isu serius di kalangan anak remaja. Isu stres, depresi, dan bipolar makin sering terdengar datang dari anak remaja tersebut. Bahkan, tak jarang beberapa remaja menjadi rentan bunuh diri karena orang tua tidak mengenali kesehatan mental tersebut sejak awal.

Itu sebabnya, Anda sebagai orang tua perlu mengenali persoalan kesehatan mental sejak anak masih usia balita. Anda pun harus memperhatikan pola asuh dan memberikan kasih sayang supaya anak bertumbuh dengan mentalitas baik.

"Pola asuhnya juga mesti baik. Ini supaya ketika berkembang anak ini tidak mengalami masalah dalam bersosialisasi. Kalau sejak kecil sudah tidak diperhatikan kesehatan mentalnya, bisa saja besarnya nanti malah mengalami gangguan psikologis. Entah masalah kepribadian atau menjadi rentan depresi," ujar Ikhsan Bella Persada, M.Psi,. Psikolog dari KlikDokter.

"Anda perlu memperhatikan sejumlah faktor yang memengaruhi kesehatan mental anak. Misalnya, faktor pola asuh, lingkungan, perhatian orang tua, dan cara memberikan kasih sayang," sambung dr. Ikhsan.

Alasan anak perlu diperhatikan kesehatan mentalnya

Selain itu, Anda juga perlu memperhatikan kesehatan mental anak sejak dini karena alasan berikut ini.

1. Supaya tak muncul masalah sosialisasi

Tak semua anak bisa mudah bergaul atau memiliki kehidupan sosial yang baik. Terkadang, si Kecil memerlukan waktu lebih lama untuk bersosialisasi. Ini termasuk masalah pertemanan dan percintaan ketika remaja.

Beberapa anak terlalu attached dengan salah satu hubungan, misalnya dengan sahabat ataupun pacar. Ketika ada masalah dalam hubungan tersebut, mereka akan cenderung lebih keras menerimanya. Misalnya, si Kecil putus hubungan dengan temannya. Bisa-bisa dia jadi berubah sikap dan sedih selama berhari-hari.

Menurut Shelli Dry, terapis okupasi dari Enable My Child, Amerika Serikat, terkadang anak-anak merasa dunianya berakhir. Anggapan ini muncul ketika mereka tidak bisa menyelesaikan masalah hubungan tersebut. Inilah yang membuat mereka stres dan mengalami gangguan kecemasan. 

“Mereka terlalu fokus mencari kesalahan dari hubungan yang gagal tersebut. Hal ini membuat mereka lupa mempelajari cara respons soal kegagalan ini terhadap orang lain. Itulah yang membuat anak-anak cenderung menyalahkan dirinya sendiri,” tambah Shelli Dry.

2. Tidak mengalami tekanan untuk jadi sempurna di sekolah

Masalah akademis di sekolah juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan mental bagi anak. Apalagi kalau mereka merasa adanya tekanan untuk menjadi sempurna dan mendapatkan nilai bagus di sekolah. 

Bahkan, sejumlah orang tua memaksakan pilihan studinya ke anak. Mulai dari memilihkan mata pelajaran yang diikuti hingga pemilihan institusi pendidikan yang diikuti. Sebenarnya, pilihan tersebut bagus. Namun, bila anak tidak menyukainya, hanya akan membuatnya stres saja.

Sementara itu, Caroline Clauss-Ehlers, seorang profesor dalam bidang psikologi di The State University of New Jersey mengatakan bahwa siswa SMA khususnya merasakan tekanan ekstra ketika mereka hendak masuk perguruan tinggi.

“Karena biaya kuliah sangat mahal, ada tekanan lain dari keluarga untuk mengatasi masalah biaya tersebut. Orang tua berpikir anak mereka harus mengikuti kelas percepatan untuk bisa mendapatkan beasiswa. Orang tua berharap mendapatkan dukungan finansial dari sekolah. Namun, logika berpikir ini membuat anak-anak tertekan," kata Clauss-Ehlers.

Sebenarnya, tekanan untuk menjadi sempurna ini justru membuat anak stres, tak betah di sekolah, dan sulit bersosialisasi. Bahkan, beberapa anak justru tidak memiliki nilai akademis yang bagus. Setiap menghadapi ujian, kecemasan akan menghantui anak. Tak jarang ini membuatnya menghalalkan segala macam cara untuk menjadi sempurna.

3. Jangan sampai mengalami trauma keluarga

Gangguan kesehatan mental anak bisa juga disebabkan adanya masalah keharmonisan keluarga. Jangan berpikir si Kecil tidak mengerti soal kondisi orang tua. Menurut Clauss-Ehlers, anak-anak dapat mengalami masalah mental berupa kecemasan ketika orang tua bercerai, kehilangan pekerjaan, jatuh sakit, atau meninggal dunia.

“Kecemasan ini muncul pada anak karena ia merasa situasi tersebut membawa ketidakpastian. Anak merasa ada ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa depan," ujar Clauss-Ehlers.

Masalah keluarga ini terkadang membuat anak menjadi lebih tertutup dengan siapa pun. Bahkan, bagi anak korban perceraian cenderung memiliki trauma ketika menghadapi hubungan percintaan. Terutama bila perpisahan orang tua dilakukan secara negatif.

Dalam situasi ini, Clauss-Ehlers mengatakan orang tua dapat membantu mengurangi kecemasan dengan lebih sering berkomunikasi dengan anak. Berdiskusi dengan anak adalah kunci anak terhindar dari masalah mental akibat trauma dalam keluarga.

Itu adalah alasan mengapa kesehatan mental anak perlu dijaga sejak dini. Terutama kalau si Kecil mulai menunjukkan tanda-tanda stres ada gangguan kecemasan. Jika kesehatan mental dijaga, setidaknya anak akan terhindar dari stres dan depresi.

(AYU/RPA)

Psikologi anakkesehatan mental anakDepresikesehatan mental

Konsultasi Dokter Terkait