Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatBerita KesehatanGia Pratama: Dokter Itu Profesi Pengabdi Kemanusiaan
Berita Kesehatan

Gia Pratama: Dokter Itu Profesi Pengabdi Kemanusiaan

HOTNIDA NOVITA SARY, 27 Okt 2019

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Nama dr. Gia Pratama semakin populer semenjak beberapa cuitannya di media sosial viral. Yuk, berkenalan lebih dalam dengan dokter yang satu ini.

Gia Pratama: Dokter Itu Profesi Pengabdi Kemanusiaan

Meski sekarang berhasil menjadi dokter dan dikenal sebagai selebtwit, dr. Gia Pratama mengaku sejak kecil tak pernah bercita-cita menjadi dokter. Bahkan, sampai lulus kuliah kedokteran pun, dia belum 100 persen ingin menjadi dokter.

Ingin menjadi astronot

Kepada KlikDokter, pria bernama lengkap Gia Pratama Putra ini berkisah bahwa dirinya justru bercita-cita menjadi seorang astronot. Namun, semuanya berubah sejak ia masuk koas dan terjun langsung ke rumah sakit di daerah.

“Di sanalah, saya menemukan alasan untuk 100 persen menjalani profesi ini,” tutur dr. Gia.

Salah satunya saat dia menjalani koas di wilayah Garut, tepatnya di RSUD dr. Slamet. Banyak pelajaran yang didapatnya di sana. Bukan hanya soal dunia kesehatan semata, tapi juga soal kesabaran dalam menghadapi banyaknya pasien. 

Kabupaten Garut pada tahun di mana dr. Gia menjalani koas tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah penduduk kurang lebih 2,5 juta orang. 

“Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, rumah sakit pemerintahnya cuma satu. Kebayang kan berapa jumlah pasien yang datang setiap harinya?”

Salah satu pengalaman uniknya saat koas adalah ketika ia berada di stase obygn. Begitu banyaknya pasien dalam satu hari membuatnya pernah harus menangani 25 persalinan dalam waktu 24 jam. 

Tak hanya itu. Ruangan bersalin pun sangat terbatas. Dalam satu ruangan bisa ditempati hingga delapan ibu yang sedang mulas bersamaan dan akan melahirkan.

“Jadi kalau ada satu ibu yang mau melahirkan, ibu-ibu yang lain biasanya menyemangati. ‘Ayo bu, semangat! Ayo bu, ibu bisa!’.” Begitulah isi salah satu cuitannya. 

Suatu hari, dr. Gia bertanya pada salah satu ibu yang akan melahirkan mengenai ini persalinan ke berapa. Namun, jawaban yang didapat sungguh mengagetkan. 

"Anak ke-19,” jawab ibu tersebut.

"Saya ini umur 40 tahun dok, tapi saya nikah dari umur 16. Jadi hampir setahun sekali saya melahirkan. Jadi, sekarang dokter bantuin ibu ini aja (menunjuk perempuan di sebelahnya). Itu anaknya yang pertama."

Terkejut? Tentu saja. Semua pengalamannya selama koas sangat berkesan hingga dia sadar betapa mulianya tugas seorang dokter. 

 “Sejak koas itulah saya memahami bahwa dokter sejatinya adalah profesi pengabdi kemanusiaan,” tutur suami Syafira itu kepada KlikDokter.

Dia meyakini, dalam kondisi dan situasi apa pun, seorang dokter harus siap serta sigap menghadapi pasien yang datang kepadanya. Semuanya atas nama kemanusiaan. Tak hanya terbatas di rumah sakit, melayani situasi kesehatan darurat di luar rumah sakit pun rela dilakoninya.

Jadi kepala UGD

Setelah sekian tahun menjalani dan menghayati profesi dokter, saat ini dr. Gia dipercaya sebagai kepala UGD (unit gawat darurat) sebuah rumah sakit di bilangan Pondok Labu, Jakarta Selatan. 

Sebagai kepala UGD, ia juga sepakat bahwa situasi di ruangan gawat darurat yang dihadapinya sehari-hari tidak jauh berbeda dengan yang digambarkan di serial televisi atau film.

“Memang mirip, tapi dengan tingkat ketegangan yang lebih tinggi dan lebih sedikit dramanya. Dokter dan paramedis berhadapan dengan darah dan air mata setiap harinya,” ujarnya.

Namun begitu, dia enggan menjelaskan lebih rinci pengalaman apa yang paling diingatnya. 

“Banyak sekali pengalaman seru selama di UGD. Tapi itu ada di buku kedua saya, he…he…” kata dia sambil terkekeh. 

Karena tingkat ketegangannya tinggi serta menguras darah dan air mata, dokter dan perawat yang bertugas harus punya kualifikasi khusus. Tidak perlu rumit-rumit, bagi dr. Gia syarat bekerja di UGD hanyalah bekerja fokus dengan 100 persen. 

“Dan jangan lupa, semua harus dibalut kehangatan dan empati yang menenangkan,” kata penulis novel #Berhentidikamu ini.

Harapan untuk dunia kesehatan Indonesia

Dalam rangka Hari Dokter Nasional, dr. Gia juga tak ketinggalan menyampaikan harapannya terkait dunia kesehatan di Indonesia. 

“Harapan saya, Indonesia dan seluruh rakyatnya jauh dari wabah penyakit dan terhindar dari faktor-faktor risiko penyakit berat. Implikasinya, rakyat Indonesia pun bisa jauh lebih produktif dan sejahtera di masa depan.”

Untuk dokter Indonesia, dr. Gia juga menitipkan harapannya. 

“Saya berharap dokter Indonesia dapat meneruskan pengabdian untuk masyarakat dengan empati yang sangat tinggi. Sehingga, kepercayaan publik pun meningkat dan tidak memilih berobat keluar negeri.”

Selain itu, dengan cuitan-cuitan terkait pengalamannya yang dibagikan di akun Twitter pribadinya, @GiaPratamaMD, dia berharap dapat membawa dunia kedokteran lebih membumi.  

“(Dengan twit-twit di media sosial) Saya ingin membawa ilmu kesehatan menjadi hal yang bisa dimengerti oleh semua orang, apa pun tingkat pendidikannya,” ungkap dr. Gia terkait unggahannya di media sosial.

Sekarang, tak hanya dikenal sebagai dokter, dr. Gia Pratama kini semakin dikenal sebagai penulis novel. Sang pengabdi kemanusiaan itu tetap melakoni tugasnya sebagai dokter sambil menunggu kelahiran buku kedua #Perikardia sekitar akhir tahun ini.

(RH)

Hari Dokter Nasionaldr. Gia PratamaDoktek Tampan

Konsultasi Dokter Terkait

Tanya Dokter