Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatJantungWaspadai Komplikasi Tekanan Darah Tinggi lewat Gerakan Peduli Hipertensi
Jantung

Waspadai Komplikasi Tekanan Darah Tinggi lewat Gerakan Peduli Hipertensi

Ayu Maharani, 18 Okt 2019

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Lewat Gerakan Peduli Hipertensi, PT Bayer Indonesia mengajak masyarakat lebih peka terhadap penyakit tekanan darah tinggi dan komplikasinya.

Waspadai Komplikasi Tekanan Darah Tinggi lewat Gerakan Peduli Hipertensi

Selain diabetes, ada lagi satu penyakit yang memberikan dampak buruk pada organ ginjal. Penyakit ini dikenal dengan sebutan hipertensi alias tekanan darah tinggi. Meski efeknya bisa sangat parah dan mematikan, masih sedikit masyarakat belum memberikan perhatian penuh terhadap penyakit ini.

Sedikitnya perhatian masyarakat pada masalah ini memang memprihatinkan. Sebab, prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat sebanyak 34,1 persen pada tahun 2018. Angka ini terbilang tinggi.

Berangkat dari kondisi tersebut, PT Bayer Indonesia bertekad untuk berperan dalam membantu mengatasi permasalahan dengan menyelenggarakan acara edukasi kesehatan publik (17/10) di Madame Delima Resto, Cikini, Jakarta Pusat. 

Acara bertajuk Gerakan Peduli Hipertensi: “Kendalikan Hipertensi Sayangi Ginjalmu” itu dibuka oleh Angel Michael Evangelista selaku Presiden Direktur PT Bayer Indonesia dan dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, selaku Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) sebagai pemberi materi. 

Presdir Bayer mengatakan, hipertensi merupakan masalah kesehatan yang berakibat pada peningkatan angka kesakitan, kematian serta tingginya beban biaya kesehatan di Indonesia.

“Dalam upaya menurunkan prevalensi hipertensi di Indonesia, dibutuhkan komitmen bersama dari semua pihak, baik pemerintah, dokter dan masyarakat itu sendiri,” kata Angel Michael Evangelista yang juga sering disapa Mike. 

Menurut Mike, apabila ketiga pihak tidak saling berkesinambungan, yang terjadi adalah masalah hipertensi semakin tidak terkontrol. Hal ini menjadi penyebab utama gagal ginjal atau faktor risiko dari penyakit ginjal kronik (PGK).

Gagal Ginjal, Komplikasi Tekanan Darah Tinggi

Di kesempatan yang sama, dr. Tunggul mengatakan bahwa tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah ke seluruh tubuh.

Penyakit ini juga bisa membuat pembuluh darah ginjal menjadi tebal dan kaku (aterosklerosis), yang menyebabkan suplai darah ke ginjal menjadi berkurang. Sehingga, kinerja atau fungsi ginjal tidak berjalan dengan maksimal.

“Normalnya, ginjal menyaring darah 1.300 cc (1,3 liter) darah per menit. Darah kotor yang akan disaring berada di arteri, sedangkan darah yang telah disaring atau bersih berada di vena,” jelas dr. Tunggul.

Jika ada hipertensi, lanjut dr. Tunggul, kondisi itu akan merusak bagian penyaringnya (nephron) sehingga kemampuan menyaring dan membuang racun sisa metabolisme akan terganggu.

“Selama ini masyarakat berpikir bahwa salah satu gejala utama dari gagal ginjal adalah sakit pinggang. Itu tidak benar. Tidak berarti jika Anda sakit pinggang, maka Anda sakit ginjal. Hanya jika ada batu di ginjal yang bisa memicu sakit pinggang. Jadi, ini pemikiran yang mesti diubah,” tambahnya. 

Selain itu, ada satu lagi hal yang mesti diingat oleh masyarakat: meski kesadaran akan hipertensi perlu ditingkatkan, diagnosis penyakit ini hanya bisa ditentukan dengan pemeriksaan berulang. Pasalnya, naiknya tekanan darah dapat dipengaruhi oleh banyak hal.

Artikel Lainnya: Tekanan Darah Normal Dewasa

Pengobatan dan Pencegahan Hipertensi

Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Anda positif hipertensi, hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mendapatkan terapi obat dari dokter.

Beberapa jenis obat yang sering diberikan, antara lain: calcium channel blocker, diuretik, beta blocker, alpha blocker, angiotensin converting enzyme inhibitor, angiotensinogen receptor blocker dan aldosterone antagonist

PT Bayer Indonesia memproduksi obat hipertensi dengan golongan calcium channel blocker, dalam hal ini Nifedipine, dengan teknologi OROS atau Osmotic-controlled Release Oral Delivery.

Teknologi tersebut memungkinkan obat bertahan di dalam tubuh selama 24 jam, sehingga bisa meminimalkan efek dari alasan “lupa minum obat”. 

Tak perlu ambil pusing dengan anggapan yang bilang bahwa obat hipertensi bisa merusak ginjal. Sebab, dr. Tunggul menegaskan bahwa efek tersebut hanya dimiliki oleh obat pereda nyeri yang dikonsumsi sembarangan.

Sedangkan, obat hipertensi, obat diabetes, dan beberapa obat lainnya yang memang mesti diminum jangka panjang justru akan melindungi ginjal.

Nah, bagi Anda yang masih sehat dan tidak ingin berakhir mengalami hipertensi atau gangguan ginjal, PT Bayer Indonesia bersama PERHI menyarankan untuk mengurangi asupan garam, menjaga berat badan tetap ideal dengan rutin olahraga, menerapkan pola makan sehat, serta kendalikan stres. Jangan lupa juga untuk periksa ke dokter secara berkala agar kondisi kesehatan Anda senantiasa terpantau dengan saksama.

(NB/ RH)

Gagal GinjalHipertensiPenyakit Ginjal

Konsultasi Dokter Terkait

Tanya Dokter