Relationship

Sindrom Patah Hati dan Kanker, Adakah Hubungannya?

dr. Nabila Viera Yovita, 16 Okt 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sindrom patah hati akibat stres disebut-sebut berhubungan dengan kanker. Didukung oleh fakta medis atau tidak, ketahui selengkapnya di sini.

Sindrom Patah Hati dan Kanker, Adakah Hubungannya?

Menjalani sindrom patah hati yang disebabkan stres sudah sangat berat, tetapi katanya penderitanya juga disebut-sebut juga berisiko mengalami kanker. Ditinjau dari sisi medis, benarkah sindrom patah hati dan kanker berhubungan?

Apa itu sindrom patah hati?

Sindrom patah hati juga dikenal sebagai kardiomiopati akibat stres atau kardiomiopati takotsubo. Pada kondisi ini, terjadi pembesaran otot jantung yang membuatnya jadi kaku.

Kekakuan tersebut dapat memengaruhi kerja jantung dalam memompa darah dan mengedarkannya ke seluruh tubuh. Pada akhirnya, kondisi tersebut juga akan memengaruhi detak dan fungsi jantung secara keseluruhan.  

Penyebab paling sering sindrom patah hati adalah stres berat, misalnya akibat kehilangan pasangan atau anggota keluarga. Gejalanya yang paling umum adalah nyeri dada yang muncul secara tiba-tiba akibat peningkatan hormon stres.

Hubungan antara sindrom patah hati dan kanker

Belum lama ini, ditemukan adanya hubungan antara sindrom patah hati dan kanker. Hal tersebut dinyatakan lewat sebuah studi yang dimuat di “Journal of the American Heart Association”.

Studi menyebut, 1 dari 6 orang dengan sindrom patah hati, ternyata juga mengidap kanker. Setelah terdiagnosis kanker, mereka juga memiliki kemungkinan meninggal 5 tahun lebih cepat dibandingkan dengan penderita kanker lain yang tanpa sindrom patah hati.

Meski demikian, hubungan antara sindrom patah hati dan kanker belum sepenuhnya dieksplorasi. Pada awalnya, studi dilakukan untuk melihat proses dari 1.600 data sukarelawan yang mengidap sindrom patah hati. Hingga saat ini, belum ditemukan penyebab pasti yang dapat menghubungkan sindrom patah hati dan kanker.

Studi ini hanya menunjukkan bahwa seseorang dengan sindrom patah hati mungkin memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mendeteksi risiko kanker. Sebaliknya, adanya riwayat kanker mungkin juga dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom patah hati, sehingga dibutuhkan pencegahan dini.

Hindari kanker dengan mengubah gaya hidup

Agar terhindar dan mengurangi risiko terjadinya kanker, hal lebih penting yang dapat Anda lakukan adalah menerapkan gaya hidup yang lebih sehat seperti:

  1. Hindari merokok

Menggunakan tembakau dalam bentuk apa pun akan meningkatkan risiko kanker. Bahkan, mengunyah tembakau saja bisa berkaitan dengan kanker rongga mulut dan pankreas. Menjadi perokok pasif juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru.

  1. Terapkan diet sehat

Pastikan Anda memperbanyak konsumsi buah dan sayur, serta mengurangi konsumsi daging yang telah diproses seperti sosis, daging kalengan, atau yang dibakar dengan suhu tinggi.

Untuk mencegah obesitas, pilih juga makanan yang berkalori rendah. Jika Anda mengonsumsi alkohol, minumlah secara bijak.

  1. Pertahankan berat badan dan tetap aktif secara fisik

Menjaga berat badan tetap ideal dapat menurunkan risiko berbagai tipe kanker, termasuk kanker payudara, prostat, paru, usus besar, dan ginjal. Sementara itu, aktif secara fisik juga dapat membantu mengurangi risiko kanker payudara dan usus besar.

Dengan melakukan olahraga aerobik intensitas sedang sebanyak 150 menit per minggu, atau 75 menit per minggu untuk olahraga aerobik intensitas tinggi, maka kesehatan secara menyeluruh bisa meningkat.

  1. Lindungi diri dari sinar matahari

    Kanker kulit adalah salah satu jenis kanker yang cukup sering ditemukan, padahal pecegahannya cukup mudah. Untuk mencegahnya, lakukan beberapa tips berikut:

    • Hindari sinar matahari di siang hari, yakni antara pukul 10 pagi hingga 4 sore.
    • Berteduhlah dan gunakan kacamata hitam dan topi dengan pinggiran yang lebar.
    • Tutupi area yang terpapar sinar matahari dengan pakaian longgar, tetapi jahitannya erat. Pilih pakaian berwarna terang atau gelap, yang lebih baik dalam memantulkan sinar matahari dibandingkan warna pastel.
    • Gunakan tabir surya berspektrum luas, dengan SPF 30 atau lebih, bahkan di hari yang tampak berawan. Gunakan setiap 2 jam, atau lebih sering ketika Anda berenang atau banyak berkeringat.
  1. Lakukan vaksinasi

    Kanker juga dapat dicegah dengan perlindungan dari beberapa virus tertentu. Konsultasikan kepada dokter agar Anda dapat melakukan vaksinasi terhadap:

    • Hepatitis B, yang jika dialami secara kronis akan berkembang menjadi kanker hati.
    • Humanpapilloma virus (HPV), yang ditularkan melalui hubungan seksual dan dapat memicu kanker leher rahim atau serviks maupun kanker lainnya pada organ intim, juga kanker sel skuamosa pada kepala dan leher.
  1. Hindari perilaku berisiko

Lakukan hubungan seksual yang aman. Setialah dengan satu pasangan serta menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual seperti HIV dan HPV, yang juga berhubungan dengan kanker serviks dan dapat meningkatkan risiko kanker pada anus, penis, tenggorokan, vulva, dan vagina.

Jika Anda pengguna obat intravena, hindari berbagi jarum suntik. Sebab, dapat meningkatkan risiko tertular HIV serta hepatitis B dan C yang dapat meningkatkan risiko kanker hati.

  1. Lakukan pemeriksaan rutin

Untuk beberapa jenis kanker seperti kulit, usus besar, serviks, dan payudara, pemeriksaan secara rutin dapat meningkatkan kemungkinan untuk mendeteksinya secara dini akan kanker, sehingga kemungkinan berhasilnya pengobatan juga lebih tinggi.

Meski sudah diteliti, tetapi hubungan antara sindrom patah hati dan kanker belum dapat dibuktikan sepenuhnya. Akan tetapi, tidak ada salahnya untuk mengelola stress dengan lebih baik dan menjalani gaya hidup yang lebih sehat, sehingga kedua masalah tersebut dapat Anda hindari.

Itulah penjelasan mengenai kanker yang perlu diwaspadai. Apabila Anda mengalami salah satunya, bisa melakukan konsultasi awal lewat fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter. Jika gejala semakin mengganggu atau parah, segera periksa ke dokter.

[MS/RN]

Patah HatiSindrom patah hatiKardiomiopatiKanker

Konsultasi Dokter Terkait