Kesehatan Anak

Apa Jadinya Jika Anak Kurang Cairan?

dr. Devia Irine Putri, 05 Sep 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Hati-hati, kurang cairan dalam tubuh anak dapat menyebabkan banyak gangguan. Cari tahu apa yang terjadi jika anak mengalami kondisi ini.

Apa Jadinya Jika Anak Kurang Cairan?

Kurang cairan pada anak sering kali kurang disadari oleh orang tua. Padahal, kondisi ini dapat memberikan berbagai macam masalah kesehatan dan bisa berakibat fatal seperti kematian.

Kekurangan cairan atau sering disebut dengan dehidrasi merupakan suatu kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh, baik jumlah air maupun elektrolit.

Kondisi kekurangan cairan pada anak tidak dapat dibiarkan terlalu lama karena cairan berfungsi menjadi pengatur metabolisme organ dalam tubuh. Belum lagi, kebutuhan cairan setiap anak berbeda–beda. Hal ini ditentukan berdasarkan usia, jenis kelamin, berat badan dan aktivitas yang dilakukan.

Berdasarkan IDAI, pada bayi usia 0-12 bulan diperkirakan membutuhkan cairan sekitar 700-800 ml/hari, sedangkan anak usia 1-3 tahun membutuhkan 1300 ml/hari. Pada anak usia 4-8 tahun membutuhkan 1700 ml/hari, kemudian anak usia 9-13 tahun membutuhkan 2100-2400 ml/hari, dan untuk usia 14-18 tahun membutuhkan cairan 2300-3300 ml/hari.

Tubuh bayi dan anak-anak cenderung mudah sekali mengalami kekurangan cairan dibandingkan orang dewasa. Kondisi dehidrasi yang terjadi pada anak paling banyak biasanya disebabkan karena diare (akibat infeksi virus, bakteri maupun parasit), malnutrisi berat (gizi buruk) dan adanya infeksi di sekitar mulut.

Tetapi penyebab lain seperti kurangnya konsumsi air, keringat yang berlebihan akibat suhu yang panas atau aktivitas tertentu, maupun buang air kecil yang terlalu banyak pada anak dengan diabetes tipe 1 dapat juga menjadi sumber pencetus dehidrasi.

Tanda anak kekurangan cairan

Secara garis besar, anak yang mengalami kekurangan cairan akan tampak haus, kondisi kulit dan mukosa mulut tampak kering.

Tetapi, jangan salah, kondisi kurangnya cairan dalam tubuh dapat terbagi menjadi 3 derajat, yaitu derajat ringan, sedang dan berat. Hal yang perlu diperhatikan, setiap derajatnya memberikan tanda dan gejala yang berbeda.

1. Derajat ringan

Pada derajat ringan, tubuh kehilangan cairan sebanyak 5 persen dari berat badan. Pada derajat ini, umumnya anak tampak normal. Tetapi jika diperhatikan lebih lanjut, daerah mulut akan tampak sedikit kering dan anak akan tampak lebih haus dibandingkan biasanya.

2. Derajat sedang

Sedangkan pada derajat sedang, tubuh kehilangan cairan sebanyak 10 persen dari berat badan. Anak-anak yang sudah mengalami dehidrasi derajat sedang biasanya akan tampak lemas, mata dan ubun-ubun cekung, frekuensi buang air kecil berkurang serta ada perubahan warna urine menjadi lebih gelap. Jika tidak ditangani dengan baik, biasanya kondisi anak dapat menjadi lebih parah dan dapat beralih ke derajat berat.

3. Derajat berat

Dehidrasi derajat berat dapat dikatakan menjadi salah satu kegawatdaruratan pada anak yang harus segera diatasi karena sering kali menjadi penyebab kematian. Pada derajat ini, anak sudah mengalami penurunan kesadaran (mengantuk, tidak merespon jika diajak komunikasi), kaki dan tangan teraba dingin, tidak ada cairan yang dikeluarkan, dari tubuh baik air mata maupun urine.

Dampak kekurangan cairan pada anak

Kondisi kekurangan cairan pada anak harus segera diatasi. Jika tidak ditangani dengan baik, maka dapat menyebabkan gangguan ringan hingga berat seperti:

1. Kurang konsentrasi

Apabila tubuh anak mengalami kekurangan cairan, maka dapat memengaruhi konsentrasinya. Akibatnya prestasi anak di sekolah juga jadi terganggu. Hal ini disebabkan karena tidak seimbangnya cairan dan elektrolit yang ada di dalam tubuh, sehingga nutrisi dan oksigen tidak terbawa sepenuhnya ke otak.

2. Kejang

Kejang merupakan salah satu bentuk komplikasi dari tubuh yang kekurangan cairan yang paling sering terjadi. Hal ini disebabkan karena elektrolit seperti natrium dan kalium dalam tubuh tidak seimbang. Komplikasi ini lebih rentan dialami oleh bayi dibandingkan anak–anak, karena pada bayi hampir 60 persen tubuhnya tersusun atas cairan.

3. Masalah sistem perkemihan

Kurangnya cairan dalam tubuh dapat menyebabkan masalah pada sistem perkemihan. Beberapa kondisi yang dapat terjadi seperti infeksi saluran kemih, terbentuknya batu ginjal dan yang lebih parah dapat terjadi kerusakan organ ginjal yang berujung pada gagal ginjal.

4. Heat stroke

Komplikasi berikutnya apabila seorang anak kekurangan cairan adalah meningkatnya risiko terjadinya heat stroke, yakni kondisi yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh lebih dari 40 derajat celsius (hipertermia) yang dapat mengganggu sistem saraf pusat dan organ lainnya.

Kondisi heat stroke mudah sekali terjadi pada anak-anak yang sering beraktivitas di luar ruangan atau di bawah sinar matahari dalam jangka waktu lama.

Berkurangnya cairan di dalam tubuh yang tidak disadari ini dapat menyebabkan gangguan dalam pengaturan suhu tubuh, akibatnya tubuh tidak bisa menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.

5. Syok hipovolemik

Kekurangan cairan yang terus menerus dapat menyebabkan kondisi syok hipovolemik. Kondisi ini ditandai dengan penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, serta melambatnya elastisitas atau turgor kulit.

6. Kematian

Akibat paling fatal dari kondisi kekurangan cairan tubuh adalah kematian. Tidak tercukupinya cairan untuk metabolisme tubuh menyebabkan kerusakan organ–organ vital seperti otak, jantung, dan ginjal.

Kurang cairan pada anak dapat menunjukkan tanda yang bervariasi dan berbagai macam komplikasi. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk senantiasa membiasakan dan mengingatkan anak untuk selalu mencukupi kebutuhan cairan sehari–hari. Jangan anggap remeh masalah kekurangan cairan pada tubuh anak, lebih baik segera konsultasikan kepada dokter Anda apabila menemukan tanda dan gejalanya.

[NP/ RVS]

Anakkurang cairanDehidrasiKejangkurang cairan pada anaksaraf pusatHeat stroke

Konsultasi Dokter Terkait