HomeInfo SehatKankerBenarkah Konsumsi Makanan Ultra-Proses Memicu Kanker?
Kanker

Benarkah Konsumsi Makanan Ultra-Proses Memicu Kanker?

dr. Fiona Amelia MPH, 07 Agu 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Anda sering konsumsi makanan ultra-proses? Hati-hati, makanan ultra-proses bisa picu kanker! Simak penjelasannya di sini.

Benarkah Konsumsi Makanan Ultra-Proses Memicu Kanker?

Waspadalah, menurut studi yang dilakukan di Perancis, mengonsumsi makanan ultra-proses bisa memicu kanker. Sekarang, coba cek persediaan makanan di kulkas Anda. Berapa banyak makanan ultra-proses di sana? 

Saat ini makanan ultra-proses makin populer dan digemari, terutama oleh anak dan remaja. Pada 2016, didapati bahwa 60 persen dari total kalori harian rata-rata orang Amerika Serikat berasal dari makanan ultra-proses. Pada 2017, makanan ini membentuk 50 persen diet orang Kanada dan lebih dari 50 persen diet orang Inggris. Kini, semakin banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, yang mulai mengadopsi pola makan seperti ini.

Meski makin digemari, makanan ultra-proses juga selalu mendapat sorotan tajam karena efeknya pada kesehatan, termasuk dinilai bisa memicu kanker. Lalu bagaimana sebenarnya jenis makanan ini berdampak pada tubuh?

Sekilas tentang makanan ultra-proses

Dalam industri pangan, dikenal sistem penggolongan makanan NOVA food groups yang diperkenalkan oleh Carlos Monteiro, seorang ahli gizi dari Brasil. Melalui sistem ini, ada empat grup makanan yang digolongkan sesuai dengan tingkat pemrosesan atau pengolahannya.

Pada dasarnya, sebagian besar makanan mengalami pemrosesan atau tingkat pengolahan tertentu, yaitu dibekukan, dipasteurisasi atau diberi antioksidan. Beberapa metode tersebut dilakukan agar makanan tidak terkontaminasi kuman, demi mempertahankan keasliannya, atau agar tidak cepat basi. 

Namun makanan ultra-proses, sesuai namanya, melalui proses pengolahan tingkat tinggi yang sepenuhnya menggunakan mesin. Karena itulah, makanan ini hanya sedikit sekali – atau bahkan tidak lagi – mengandung bahan makanan asli. 

Makanan dalam kelompok ini umumnya tinggi kalori, tinggi gula, garam, dan lemak. Rasanya sangat gurih dan lezat, serta mengandung zat-zat kimia yang umumnya tak ada di dapur Anda. Zat-zat ini dapat berupa pemanis buatan, pewarna, penstabil warna, perisa, penguat rasa, pengemulsi, dan pengawet. 

Contohnya dapat dengan mudah Anda temukan dalam kehidupan sehari-hari, yakni roti putih, cokelat, es krim, roti-roti manis, makanan siap saji, sosis, serealia dengan pemanis tambahan, minuman bersoda, sup bubuk, keripik, camilan dalam kemasan, serta makanan beku yang telah dimasak sebelumnya (pre-cooked food).

Benarkah memicu kanker?

Hasil studi telah menunjukkan bahwa individu yang kerap mengonsumsi makanan ultra-proses cenderung memiliki berat badan berlebih. Dengan demikian, mereka juga lebih berpeluang mengalami gangguan jantung, pembuluh darah, atau diabetes. 

Namun, efek negatif konsumsi makanan ultra-proses ternyata lebih dari itu. Sebuah studi terkini dari Perancis menyebutkan bahwa semakin tinggi proporsi makanan ultra-proses di dalam pola makan sehari-hari maka semakin tinggi pula risiko seseorang untuk mengalami kanker. Peningkatan risiko kanker ini diklaim mencapai 10% untuk setiap penambahan 10% proporsi makanan ultra-proses ke dalam pola makan sehari-hari!

Hasil studi dianggap valid sebab dilakukan pada hampir 105.000 orang Perancis berusia 18 tahun ke atas, yang rata-rata berusia 43 tahun. Pola makan dan kejadian kanker pada tiap partisipan diikuti selama 9 tahun, yakni tahun 2009-2017. 

Setiap hari, partisipan diminta untuk mencatat pola makan harian dalam sebuah daftar yang mengandung 3.300 jenis makanan. Jenis-jenis makanan ini dikelompokkan berdasarkan derajat pemrosesannya sesuai dengan penggolongan NOVA

Meski demikian, hasil studi ini tak berarti bahwa Anda akan serta merta mengalami kanker bila mengonsumsi makanan ultra-proses. Studi ini lebih menggambarkan pola diet yang berisiko memicu kanker, ketimbang kandungan tertentu di dalam suatu makanan. Contohnya, mereka yang kerap mengonsumsi makanan ultra-proses umumnya lebih sedikit mengonsumsi makanan sehat, yang bisa saja menangkal kanker. 

Dari studi ini, belum bisa diketahui secara persis apa yang sesungguhnya meningkatkan risiko kanker. Oleh sebab itu, para pakar berikutnya ditantang untuk mencari jenis makanan atau kandungan makanan tertentu yang betul-betul memiliki efek memicu kanker.

Beberapa zat aditif yang ditambahkan ke dalam makanan utra-proses memiliki efek karsinogenik atau memicu kanker pada binatang percobaan. Meski demikian, masih perlu diteliti apakah zat-zat ini memiliki efek yang sama pada manusia.

Meski makanan ultra-proses dinilai bisa memicu kanker namun jenis makanan ini memiliki banyak penggemar. Sejumlah penelitian memang menunjukkan adanya efek negatif makanan ini pada kesehatan. Selain karena kadar zat aditif, gula, garam, atau lemaknya, perubahan fisik atau kimia akibat proses pengolahan makanan juga bisa menjadi penyebabnya. Anda memang tak mungkin menghindari makanan ini 100 persen. Namun, batasilah konsumsinya agar Anda dan keluarga terhindar dari kanker dan berbagai gangguan kesehatan.

[HNS/ RVS]

pemicu kankerPola MakanMakanan Olahanmakananmakanan pemicu kankerKankerMakanan Ultra-prosesHari Pangan Nasional

Konsultasi Dokter Terkait