Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatKesehatan UmumIni yang Terjadi pada Otak Saat Anda Bosan
Kesehatan Umum

Ini yang Terjadi pada Otak Saat Anda Bosan

Ayu Maharani, 18 Jul 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Saat berpikir keras untuk bekerja atau ujian, otak akan bekerja optimal. Lalu, bagaimana saat bosan? Apakah berhenti bekerja?

Ini yang Terjadi pada Otak Saat Anda Bosan

Anda pasti pernah mengalami kebosanan. Tapi pernahkah terlintas pada pikiran Anda, apa yang terjadi pada otak saat Anda merasa bosan?

Ya, bosan bisa datang kapan saja tanpa mengenal waktu dan suasana. Jika sebelumnya Anda lebih fokus mengamati kondisi fisik Anda ketika bosan, kali ini Anda perlu mencerna apa yang terjadi pada otak Anda saat berada dalam situasi tersebut.

Kondisi otak saat Anda bosan

Dilansir Medical News Today, rata-rata orang dewasa di Amerika Serikat mengalami kebosanan selama 131 hari per tahun. Dalam setahun ada 365 hari, jadi waktu 131 hari itu bukanlah durasi yang sebentar.

Meski begitu, yang penting di sini adalah bukan berapa banyak waktu yang dihabiskan seseorang untuk merasa bosan. Tetapi, bagaimana otak bereaksi saat kebosanan datang.

Selama ini rasa bosan selalu dianggap buruk karena dipercaya mampu mengganggu dan menurunkan produktivitas. Tapi, beberapa penelitian membantah hal tersebut. Para pakar percaya bahwa rasa bosan dapat memberikan nilai positif, karena dapat membangkitkan kreativitas. 

Menurut Asisten Profesor di Washington State University di Pullman, Sammy Perone, semua orang bahkan hewan pasti mengalami kebosanan. Hanya saja, sebagian orang sering mengalami kebosanan yang “tidak sehat”.

Penelitian yang dilakukan olehnya diterbitkan dalam jurnal Psychophysiology dan membahas tentang bagaimana kondisi kebosanan tidak sampai memengaruhi kesehatan mental. Tim peneliti percaya bahwa reaksi terhadap rasa bosan berbanding lurus dengan kondisi otak seseorang.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal tersebut, penelitian dilakukan dengan menggunakan alat electroencephalogram (EEG) untuk mengukur aktivitas otak peserta studi.

Saat tes EEG dilakukan, peneliti menugaskan para peserta yang merasa bosan untuk mengubah delapan kubus virtual di layar komputer masing-masing. Kegiatan tersebut berlangsung 10 menit dan peserta masih menggunakan “topi” EEG untuk diukur aktivitas otaknya saat melakukan tugas yang membosankan.

Kondisi otak tergantung respons individu terhadap kebosanan

Uji coba tersebut menghasilkan sebuah “peta” gelombang otak yang melukiskan adanya aktivitas di area frontal kanan dan frontal kiri otak saat merasa bosan. Untuk diketahui, dr. Nadia Octavia dari KlikDokter mengatakan bahwa otak bagian frontal berperan penting untuk ingatan, menyelesaikan masalah, kemampuan berbahasa, kemampuan bersosialisasi, serta spontanitas.

Mereka yang merespons tugas membosankan dengan sikap positif membuat bagian frontal kiri lebih aktif. Sebaliknya, peserta studi yang mengalami emosi negatif saat melakukan tugas membosankan membuat bagian frontal kanan lebih aktif.

Dengan kata lain, orang-orang yang mudah bosan dan langsung patah semangat ataupun cenderung marah-marah saat kebosanan melanda lebih menunjukkan aktivitas di area otak kanan. Sedangkan, mereka yang baik-baik saja terhadap rasa bosan dan bisa mengatasinya lebih mengaktifkan bagian otak sebelah kiri. 

Kesimpulannya, yang terjadi pada otak saat bosan sangat bergantung dengan bagaimana Anda merespons situasi tersebut. Jika Anda menanggapinya dengan baik, maka otak frontal kiri yang lebih aktif. Sedangkan, bila Anda menanggapinya dengan emosi negatif, maka otak frontal kanan yang lebih aktif.

Bagaimanapun cobalah untuk menyikapi perasaan bosan dengan cara-cara yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Lakukan kegiatan positif yang menyenangkan agar rasa bosan bisa segera teratasi. Bila perlu, pergilah ke tempat dengan suasana yang berbeda agar perasaan bosan bisa berubah menjadi hal yang memicu kreativitas.

(NB/ RVS)

bosanOtakkreativitasKebosanan kesehatan mental

Konsultasi Dokter Terkait