Diet dan Nutrisi

Mengenal Makanan Ultra-Proses dan Bahayanya pada Kesehatan

dr. Fiona Amelia MPH, 30 Jun 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Studi menemukan bahwa konsumsi makanan ultra-proses meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan angka kematian.

Mengenal Makanan Ultra-Proses dan Bahayanya pada Kesehatan

Dua studi terkini yang dimuat dalam British Medical Journal edisi Mei 2019 menemukan bahaya di balik konsumsi makanan ultra-proses. Disebutkan bahwa diet yang tinggi kandungan makanan ultra-proses akan meningkatkan risiko kematian prematur hingga 60 persen.

Studi pertama dilakukan para pakar dari Universitas Paris-Sorbonne. Mereka menelusuri pola diet dan kematian pada hampir 45.000 orang Prancis berusia paruh-baya. Ditemukan, setiap peningkatan 10 persen konsumsi makanan ultra-proses berhubungan dengan meningkatnya kejadian penyakit jantung dan stroke, serta naiknya risiko kematian hingga 14 persen dalam waktu 8 tahun.

Pada studi kedua yang dilakukan di Spanyol, peneliti menemukan risiko kematian lebih tinggi 62 persen pada individu yang mengonsumsi lebih dari empat porsi ketimbang dua porsi makanan ultra-proses per harinya.

Dua studi ini memberi gambaran bahwa konsumsi makanan ultra-proses berbahaya bagi kesehatan. Akan tetapi, tahukah Anda apa itu makanan ultra-proses?

Mengenal makanan ultra-proses

Istilah makanan ultra-proses sesungguhnya relatif baru. Pada 2016, Carlos Monteiro, seorang ahli gizi dari Brasil, membuat sistem penggolongan makanan sesuai tingkat pengolahannya yang disebut NOVA food groups. Kini, sistem NOVA food groups banyak digunakan dalam industri makanan.

Menurut penggolongan NOVA, ada empat grup makanan, yakni:

Grup 1

Yang termasuk ke dalam grup ini adalah makanan yang tidak atau hanya diproses secara minimal, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, daging, susu, dan telur. Tidak diproses artinya dapat dimakan apa adanya, seperti bagian biji, buah, daun, batang atau akar dari tanaman, atau susu dan telur dari hewan.

Adapun diproses secara minimal berarti telah dihilangkan bagian-bagian yang tak bisa dimakan atau tak diinginkan. Prosesnya dapat berupa pembekuan, pendidihan, pengalengan, pengemasan vakum, dan pasteurisasi. Namun, tidak dilakukan penambahan zat aditif ke dalam makanan-makanan ini.

Grup 2

Semua bahan yang diproses menjadi produk untuk memasak atau memberi bumbu pada masakan termasuk ke dalam grup ini. Contohnya, minyak, mentega, gula, dan garam. Sebagian besar dari bahan-bahan ini tidak mengandung zat aditif, kecuali zat-zat yang digunakan untuk menjaga sifat bahan aslinya.

Selanjutnya

Grup 3

Grup ini terdiri dari buah dan sayuran yang diawetkan, seperti ikan asin, ikan kalengan, keju dan roti. Umumnya, makanan dalam grup ini terbuat dari dua atau tiga bahan, yang berasal dari kombinasi makanan dalam grup 1 dan 2.

Dalam grup ini, pengolahan makanan maupun penambahan zat aditif ditujukan untuk menjaga kualitas bahan makanan asli, mencegah kontaminasi kuman, memodifikasi, atau membuatnya menjadi lezat.

Grup 4

Di sinilah makanan ultra-proses berada. Contohnya cokelat, es krim, minuman bersoda, makanan siap saji, sup bubuk, camilan dalam kemasan, daging yang dilarutkan, dan makanan beku yang telah dimasak sebelumnya. Makanan dari grup 1 dan 3, yang mengandung zat aditif yang bersifat kosmetik atau penguat rasa seperti yoghurt dengan pemanis buatan, juga termasuk ke dalam grup ini.

Secara umum, makanan dalam grup ini hanya sedikit sekali atau bahkan tidak mengandung bahan makanan dari kelompok 1. Ciri lainnya adalah tinggi gula, garam, dan lemak, serta mengandung pemanis buatan, pewarna, penstabil warna, perisa, penguat rasa, pengemulsi, dan pengawet. Proses pembuatannya pun sepenuhnya menggunakan mesin.

Dalam hal rasa, makanan ultra-proses terasa sangat lezat dan gurih. Kemasannya pun unik dan menarik, serta dipasarkan secara agresif kepada anak dan remaja.

Mengapa berbahaya bagi kesehatan?

Yang membuat makanan ultra-proses tidak sehat bukan hanya kandungan zat gizi yang dianggap berisiko. Namun, terkait dengan perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat proses pengolahan tingkat tinggi.

Para pakar menyebutkan bahwa ini merupakan faktor risiko tersendiri di luar tingginya kadar gula, garam dan lemak di dalam makanan ultra-proses. Ini artinya, beberapa jenis makanan—karena sangat diproses—tidak akan menjadi lebih baik, meski kandungan gizinya telah dimodifikasi menjadi lebih sehat.

Dengan kata lain, mengurangi gula, garam, dan lemak atau menambahkan serat serta zat gizi lain ke dalam makanan ultra-proses tidak akan cukup untuk membuatnya menjadi makanan sehat.

Cara mengenali makanan ultra-proses

Membaca fakta nutrisi pada kemasan merupakan cara paling sederhana untuk menemukan makanan ultra-proses. Sebagian besar makanan ini memang disajikan dalam bentuk kemasan. Coba perhatikan, apakah komposisinya bisa ditemukan di dapur Anda.

Bila daftar komposisi makanan sangat panjang, dengan banyak istilah kimia, hampir pasti itu adalah makanan ultra-proses. Kandungan seperti kasein, laktosa, whey, dan gluten umumnya hanya ditemukan dalam makanan ultra-proses. Selain itu, ada bahan yang berasal dari pemroresan lanjut, seperti minyak terhidrogenasi, protein terhidrolisis, isolat protein kedelai, maltodekstrin, dan sirup jagung (high-fructose corn syrup/HFCS).

Selain itu, makanan ultra-proses dirancang untuk memiliki masa kedaluwarsa yang panjang serta harganya terjangkau dan praktis.

Dengan mengetahui ciri dan bahaya makanan ultra-proses, diharapkan Anda mulai waspada. Bukan hanya karena kadar gula, garam, dan lemaknya yang tinggi, tapi juga cara makanan tersebut diproses. Memang tak mungkin sama sekali menghindari konsumsi makanan ultra-proses, tapi membatasinya akan membantu Anda hidup lebih sehat.

[HNS/ RVS]

pola dietMakanan OlahanmakananStrokeMakanan Ultra-prosesGolongan MakananPenyakit Jantung

Konsultasi Dokter Terkait