Kesehatan Anak

Solusi Saat Anak Sakit Usai Mudik Lebaran

Krisna Octavianus Dwiputra, 09 Jun 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Anak-anak sangat mungkin sakit usai mudik lebaran karena berbagai faktor. Coba ikuti solusi berikut ini ketika anak sakit.

Solusi Saat Anak Sakit Usai Mudik Lebaran

Membawa anak ikut serta mudik Lebaran bisa menyenangkan sekaligus bikin khawatir. Pasalnya, perjalanan mudik biasanya panjang dan memakan waktu. Ditambah lagi dengan rutinitas yang berubah, seperti pola makanan tidak teratur, kurang tidur, serta asupan nutrisi seadanya. Belum lagi jika ia berhadapan dengan paparan kuman. Ini bisa membuat anak rentan sakit usai mudik Lebaran. Jika ini sampai terjadi, apa solusinya?

Selain faktor kelelahan, ada beberapa penyakit yang rentan menyerang anak sehingga ia bisa jatuh sakit usai mudik Lebaran. Waspadai kondisi di bawah ini.

1. Demam

Jika anak demam, tak perlu buru-buru membawanya ke dokter atau diberi obat penurun panas.

“Kalau hanya demam ringan dan ia masih terlihat aktif dan mau minum air dengan cukup, penanganan demam cukup dilakukan di rumah. Salah satunya adalah dengan memberikan kenyamanan yang dibutuhkan anak,” jelas dr. Resthie Rachmanta Putri, M.Epid, dari KlikDokter.

Menurutnya lagi, lebih dari 70 persen kejadian demam pada anak disebabkan oleh infeksi virus yang kebanyakan akan sembuh dengan sendiri dalam waktu 3-7 hari tanpa penanganan khusus. Selain itu, demam bukanlah hal yang buruk, bahkan perannya penting dalam mengatasi infeksi.

Cara lain untuk menangani demam anak di rumah adalah dengan memastikannya minum banyak cairan, banyak beristirahat, serta konsumsi makanan sehat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya.

2. Diare

Penyebab diare pada anak beragam, seperti infeksi virus, bakteri, parasit, jamur, alergi makanan, intoleransi makanan, obat, peradangan saluran cerna, atau penyakit lainnya. Terkadang, diare pada anak juga bisa merupakan gejala infeksi lainnya, seperti demam berdarah dengue, demam tifoid, infeksi saluran kemih, dan masih banyak lagi.

Meski demikian, dr. Reza Fahlevi mengatakan kepada KlikDokter, bahwa sebagian besar kasus diare akut pada anak disebabkan oleh virus, yaitu rotavirus. “Virus ini berhubungan dengan tingkat kebersihan tangan, makanan, air, dan tempat tinggal,” katanya.

Umumnya, ada dua jenis diare: akut dan berkelanjutan (kronis). Diare akut terjadi dalam jangka waktu kurang dari 14 hari, sementara diare kronis terjadi lebih dari itu. Berdasarkan panduan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), ada lima pilar tata laksana diare akut pada anak, yaitu:

  • Rehidrasi, yaitu pemberian cairan yang cukup serta mengatasi dehidrasi.
  • Seng (zink), untuk memperbaiki vili usus anak yang rusak.
  • Nutrisi, yang harus tetap dijaga selama anak diare.
  • Penggunaan antibiotik secara selektif pada kasus tertentu.
  • Edukasi orang tua mengenai tanda dehidrasi dan menjaga kebersihan.

Jika anak mengalami diare kronis, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut oleh dokter untuk mencari tahu apa penyebabnya, sehingga bisa ditangani secara tepat.

3. Radang tenggorokan

Dikatakan oleh dr. Reza, virus adalah penyebab paling sering radang tenggorokan pada anak, sehingga tak butuh antibiotik.

“Beberapa virus yang sebabkan radang tenggorokan adalah adenovirus, virus influenza, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks, dan virus HIV,” tuturnya.

Untuk radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri, penyebabnya antara lain streptokokus beta-hemolitikus grup A, mikoplasma, dan klaimidia pneumonia. Selain bakteri, infeksi jamur dan parasit juga dapat menimbulkan infeksi pada tenggorokan.Di luar infeksi, asap rokok, polusi kendaraan, serta udara yang terlalu dingin dan kering juga dapat mengakibatkan radang tenggorokan. Penanganan umum radang tenggorokan pada anak adalah:

  • Pemberian parasetamol untuk menurunkan demam dan mengatasi nyeri.
  • Menjaga kecukupan asupan cairan.
  • Pemberian obat batuk jika gejala batuk dominan dan mengganggu aktivitas anak.
  • Pemberian obat antimuntah jika anak mengalami mual atau muntah dan kesulitan makan.
  • Suplementasi vitamin bila perlu.

“Jika dokter mencurigai infeksi bakteri, maka anak akan diberikan terapi antibiotik. Bila peradangan mencapai pita suara yang ditandai oleh suara serak dan batuk seperti menggonggong, maka dokter akan memberikan steroid untuk mencegah pembengkakan pita suara yang dapat mengganggu jalan napas,” ujar dr. Reza.

4. Sembelit

Sembelit atau konstipasi adalah ketidakmampuan mengeluarkan tinja secara sempurna, yang terlihat dari berkurangnya frekuensi buang air besar dari biasanya, tinja lebih keras, lebih besar, dan lebih nyeri dibanding sebelumnya. Selain itu, perut teraba keras akibat penumpukan massa tinja. Keluhan ini biasanya terjadi lebih dari 2 minggu.

Menurut dr. Theresia Rina Yunita dari KlikDokter, penyebab sembelit pada anak di antaranya adalah menahan buang air besar, kurang serat, kurang cairan, efek samping beberapa obat, serta bisa juga terjadi apabila anak sedang dalam kondisi sakit. Ini semua hanya bersifat sementara.

Cara mengatasinya adalah dengan:

  • Diet tinggi serat dengan perbanyak sayur dan buah. “Anda juga bisa memberikan sereal yang tinggi serat dan roti gandum,” tambah dr. Theresia.
  • Berikan makanan yang mengandung probiotik seperti yoghurt.
  • Perbanyak asupan cairan.
  • Banyak bergerak untuk membantu pergerakan usus mengeluarkan tinja.
  • Ajarkan anak untuk rutin buang air besar.
  • Penggunaan obat pelunak tinja dengan pengawasan dokter.

5. Ruam popok

Saat perjalanan mudik, biasanya anak akan memakai popok sekali pakai yang bisa seharian. Kondisi lembap seperti itu bisa memudahkan jamur dan bakteri tumbuh, sehingga terjadilah ruam popok.

Jika bayi atau balita Anda mengalaminya, dr. Sepriani Timurtini Limbong, juga dari KlikDokter, punya solusinya.

  • Cuci tangan sebelum mengganti popoknya dengan sabun dan air mengalir. Kata dr. Sepriani, di telapak tangan Anda mungkin ada banyak kuman yang berpotensi menimbulkan infeksi pada kulit bayi.
  • Bersihkan area popok dengan kapas dan air bersih hangat. Jangan menggunakan tisu basah berbahan alkohol karena akan memperburuk iritasi.
  • Keringkan dengan menepuk lembut pantat bayi agar tidak tambah iritasi. Gunakan handuk lembut dan tepuk pantatnya hingga benar-benar kering.
  • Oleskan krim atau salep yang mengandung kandungan zinc oxide, oleskan pada bagian yang mengalami ruam.

Jika setelah 3-4 hari ruam tak berkurang, bahkan bertambah, segera konsultasikan dengan dokter kulit.

6. Asma

Kalau anak mengidap asma, perjalanan mudik dengan anak harus dipersiapkan secara matang. Namun, jika asma anak kadung kambuh, dr. Astrid Wulan Kusumoastuti menyarankan Anda untuk:

  • Segera gunakan obat-obatan asma sesuai instruksi dokter.
  • Posisikan anak duduk, jangan berbaring untuk memudahkan pernapasannya.
  • Tenangkan anak untuk memperlambat pernapasannya, sehingga ia tidak kelelahan.
  • Tunggu 5-10 menit, jika gejala menghilang maka anak bisa kembali beraktivitas, Jika tidak, segera bawa anak ke layanan kesehatan terdekat.
  • Tetap gunakan obat pereda asma setiap beberapa menit sesuai instruksi sampai bantuan datang atau anak telah ditangani tenaga medis.

Meski persiapan sudah sebaik mungkin, tetap ada kemungkinan anak sakit usai mudik Lebaran karena satu dan lain hal. Sebagai orang tua, jangan langsung panik ketika ia sakit.

Lakukan tips di atas untuk mengatasinya. Jika anak tak sembuh-sembuh atau gejala memburuk, sebaiknya segera membawanya menemui dokter agar bisa segera ditangani. Anda juga bisa chat dokter melalui fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter.

(RN/ RVS)

MudikAnakMudik Lebarananak sakitAnak demamSembelitLebaranDiareAsmaRuam PopokkonstipasiRadang Tenggorokan

Konsultasi Dokter Terkait