HomeGaya hidupDiet dan NutrisiIni Akibatnya Bila Kebanyakan Minum Protein Bubuk
Diet dan Nutrisi

Ini Akibatnya Bila Kebanyakan Minum Protein Bubuk

Ayu Maharani, 08 Mei 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Konsumsi protein bubuk boleh saja untuk membentuk massa otot. Namun, jangan sampai kebanyakan, karena ada risikonya bagi kesehatan!

Ini Akibatnya Bila Kebanyakan Minum Protein Bubuk

Jika Anda rajin berlatih di gym untuk membentuk massa otot, pasti tak asing lagi dengan protein bubuk (bahan untuk protein shakes). Tambahan protein tersebut memang diperlukan agar otot lebih cepat terbangun.

Menurut dr. Atika dari KlikDokter, protein bubuk dapat dikatakan sebagai cara yang mudah untuk memperoleh sumber protein yang komplet serta berkualitas tinggi.

“Bisa dibilang, protein bubuk juga merupakan cara paling sederhana untuk membangun otot dengan cepat,” kata dr. Atika.

Sayangnya sering ada salah kaprah bahwa  makin banyak bubuk protein yang dikonsumsi, makin cepat pula otot menggelembung. Jika pemakaiannya tidak dibatasi, justru bisa timbulkan risiko bagi kesehatan.

Ada risiko di balik protein bubuk

Protein bubuk mengandung tiga asam amino esensial, yaitu leusin, valin, dan isoleusin. Dilansir dari Medical News Today, Anda tidak boleh mengonsumsinya terlalu banyak, apalagi jika dilakukan dalam jangka panjang.

Berdasarkan sebuah penelitian dari Universitas Sydney, Australia, terlalu banyak menggunakan protein bubuk bisa mengganggu mood hingga menimbulkan kecemasan. Lebih parahnya lagi, jika sampai kecanduan, dikatakan usia bisa memendek.

Efek sampingnya tak hanya sampai di situ. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal “Nature Metabolism” yang ditulis oleh Samantha Solon-Biet, Ph.D, juga mengatakan bahwa minuman berasam amino rantai panjang itu dapat memengaruhi produksi hormon kesuburan. Menurutnya, selama ini diet tinggi protein dari beragam makanan alami dan rendah karbohidrat memang dapat membantu meningkatkan fungsi reproduksi.

Meski demikian, jika sumber utama protein Anda hanya berasal dari protein bubuk, maka bisa membuat ketidakseimbangan kadar asam amino rantai panjang di dalam tubuh.

Variasi makanan bisa jadi solusi

Jika Anda ingin menghalau ancaman masalah kesehatan – terutama kesuburan – akibat  protein bubuk, konsumsilah protein dari beragam sumber alami. Bisa dari telur, kacang-kacangan, daging merah (lean) tanpa lemak, daging unggas, ikan, jamur, produk olahan susu, makanan laut, serta jenis protein nabati lainnya.

Jika sumber protein Anda itu-itu saja, maka akan terjadi ketidakseimbangan dan “persaingan” antara asam amino rantai panjang dengan asam amino triptofan (yang perannya penting untuk memperbaiki suasana hati dan pola tidur). Akibatnya bisa menyebabkan kadar serotonin di dalam otak lebih rendah.

Ketika serotonin terlalu sedikit, maka tubuh akan kehilangan kontrol untuk meredam nafsu makan. Kalau sudah begitu, Anda cenderung makan berlebihan hingga mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas. Dari situ, risiko Anda mengalami penyakit seperti serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes pun ikut naik.

Menurut dr. Atika, tidak semua protein bubuk yang terdiri atas whey, kedelai, dan protein kasein itu cocok bagi setiap orang. Whey misalnya, adalah bagian cair yang terpisah dari dadih saat proses pembuatan keju. Bagi Anda yang tidak cocok dengan susu sapi atau punya intoleransi laktosa, protein bubuk berbahan dasar harus dibuang jauh-jauh. Jenis protein ini juga punya efek samping jika kebanyakan, yaitu memicu mual, kembung, kram perut, serta sakit kepala.

Itulah berbagai akibat bila kebanyakan minum protein bubuk, mulai dari memperburuk suasana hati, memicu nafsu makan berlebih, hingga menyebabkan obesitas, mengganggu hormon kesuburan dan risiko penyakit lainnya. Sebetulnya, membangun tubuh berotot tak harus melibatkan protein bubuk. Yang terpenting tetap penuhi nutrisi dari makanan sehari-hari dalam jumlah yang disarankan, dan rutin berlatih.

(RN/ RVS)

Nafsu MakanproteinBerat BadanMembentuk ototasam aminoProtein BubukwheyAsam Amino Rantai Panjang

Konsultasi Dokter Terkait