Diet dan Nutrisi

Nasi dan Obesitas, Adakah Hubungannya?

Krisna Octavianus Dwiputra, 07 Mei 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Nasi dipercaya menjadi salah satu pemicu obesitas. Lalu, bagaimana fakta sebenarnya, apakah ada hubungannya?

Nasi dan Obesitas, Adakah Hubungannya?

Sebagai orang Indonesia, nasi adalah makanan pokok. Tetapi, banyak yang percaya bahwa nasi, terutama nasi putih bisa menyebabkan obesitas. Apakah kedua hal tersebut memang ada hubungannya secara langsung?

Pasalnya, sebuah studi yang menggunakan data dari lebih 130 negara menyimpulkan bahwa makan lebih banyak nasi dapat melindungi dari obesitas. Setelah mengendalikan berbagai faktor, tim menemukan bahwa hasilnya tetap signifikan.

Meningkatnya angka obesitas

Obesitas di dunia Barat dan sekitarnya terus meningkat. Akan tetapi, beberapa negara tidak menghadapi tantangan yang sama. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 39,8% orang di Amerika Serikat sekarang memiliki obesitas. Namun berbeda di Jepang, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angkanya hanya 4,3%.

Para peneliti dari Doshisha Women's College of Liberal Arts di Kyoto, Jepang coba melakukan penelitian soal ini. Untuk menyelidiki, para ilmuwan mengambil data dari 136 negara. Mereka menemukan bahwa negara-negara, di mana masyarakatnya setidaknya rata-rata makan 150 gram beras per hari memiliki tingkat obesitas yang secara signifikan lebih rendah daripada negara-negara, di mana orang makan kurang dari jumlah rata-rata global beras, sekitar 14 gram per hari.

Para peneliti berusaha untuk memperhitungkan sebanyak mungkin variabel perancu, antara lain tingkat pendidikan rata-rata, tingkat merokok, total kalori yang dikonsumsi, hingga pengeluaran untuk perawatan kesehatan.

Semua variabel ini secara signifikan lebih rendah di negara-negara yang penduduknya paling banyak makan nasi. Akan tetapi, bahkan setelah memperhitungkan hal ini dalam analisis mereka, para peneliti menemukan bahwa pengaruh positif beras terhadap obesitas tetap ada.

Dari data tersebut, mereka memperkirakan bahwa peningkatan hanya seperempat cangkir beras per hari (50 gram per orang) dapat mengurangi obesitas global sebesar 1%. Itu sama dengan perubahan dari 650 juta menjadi 643,5 juta orang dewasa.

"Asosiasi yang diamati menunjukkan bahwa tingkat obesitas rendah di negara-negara yang makan nasi sebagai makanan pokok. Oleh karena itu, makanan Jepang atau makanan gaya Asia berbahan dasar beras dapat membantu mencegah obesitas," kata ketua peneliti, Profesor Tomoko Imai.

Ketika mempertimbangkan dengan tepat mengapa nasi dapat melindungi dari obesitas, Prof. Imai mengatakan: "Makan nasi sepertinya melindungi dari kenaikan berat badan. Mungkin saja serat, nutrisi, dan senyawa tanaman yang ditemukan dalam biji-bijian utuh dapat meningkatkan perasaan kenyang dan mencegah makan berlebihan."

Ini tentu membingungkan bagi kebanyakan orang. Jadi apakah nasi berhubungan atau tidak dengan obesitas. Soal ini, dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter turut menjelaskan dan mungkin makin membuka mata Anda.

"Sebenarnya (nasi) tidak ada hubungannya langsung dengan obesitas, cuma kalau kebanyakan konsumsi nasi putih, karbohidrat simpleks yang banyak itu bisa menyebabkan diabetes mellitus. Biasanya orang diabetes mellitus berhubungan dengan sindrom metabolik lainnya, terutama obesitas," ujar dr. Sepriani ketika dikonfirmasi.

Membutuhkan penelitian tambahan

Soal hasil penelitian di atas, peneliti mengaku butuh penelitian lain. Ini karena ada keterbatasan yang signifikan terkait penelitian yang dilakukan di atas.

Selain itu, masalah potensial lainnya adalah bahwa analisis tim peneliti tidak memperhitungkan jenis beras yang cenderung dikonsumsi oleh suatu populasi, yang mungkin penting. Misalnya, nasi putih jauh lebih rendah serat daripada jenis yang kurang diproses, atau berapa banyak serat yang dikonsumsi seseorang dapat berperan dalam risiko obesitas.

Juga, sebuah meta-analisis yang diterbitkan di BMJ pada 2012 melihat hubungan antara nasi putih dan risiko diabetes tipe 2. Penulisnya menyimpulkan bahwa:

"Konsumsi beras putih yang lebih tinggi ada hubungannya dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2 yang signifikan, terutama pada populasi Asia (Tiongkok dan Jepang)."

Studi lain yang melibatkan lebih dari 10.000 orang dewasa Korea menemukan bahwa diet yang berpusat pada nasi putih ada hubungannya dengan obesitas.

Lalu, bagaimana konsumsi nasi saat sedang puasa?

Saat ini, umat muslim sedang menjalankan ibadah puasa. Dengan berbagai kondisi, nasi putih yang biasa mereka konsumsi sehari-hari jadi berkurang. Secara medis, tentu itu sangat bagus.

Lalu, pertanyaannya adalah bagaimana sebenarnya asupan nasi bagi orang yang puasa? Secara khusus, memang tidak ada penelitian yang menyebut bahwa orang berpuasa diharuskan makan nasi atau tidak.

Jika berkaca pada aktivitas berbuka puasa, nasi sebenarnya tidak masalah jika ingin Anda konsumsi. Hanya saja, dr. Sepriani menyarankan agar bertahap.

"Kalau berbuka harus bertahap dulu. Maksudnya, perut kan kosong selama lebih dari 12 jam. Jadi, kalau buka puasa pertama itu harus fokus dengan cairan dulu, baru sehabis itu makanan padatnya secara bertahap. Sebenarnya nasi memang meningkatkan energi dengan cepat, tapi jangan langsung banyak. Bisa dikombinasikan dengan nasi putih dan nasi merah, atau dengan sayuran," ungkap dr. Sepriani.

Jadi, hubungan nasi dengan obesitas masih terus diteliti. Khusus di Indonesia, nasi putih memang menjadi makanan pokok. Meski tidak secara langsung berhubungan dengan obesitas, tapi jangan mengonsumsinya berlebihan.

[MS/ RVS]

nasi putihmakan nasipuasaNasiDiabetesObesitasSindrom Metabolik

Konsultasi Dokter Terkait