Otot dan Sendi

Benarkah Asam Urat Menurun dalam Keluarga?

dr. Fiona Amelia MPH, 07 Mei 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Penyakit asam urat tinggi tak semata-mata karena pola diet yang tak sehat. Faktanya, kondisi ini diturunkan secara genetik dalam keluarga.

Benarkah Asam Urat Menurun dalam Keluarga?

Di masyarakat luas, beredar pemahaman bahwa kondisi asam urat tinggi dan penyakit yang menyertainya disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat. Faktanya, hasil studi ilmiah menemukan bahwa faktor genetik atau keturunan lebih menentukan.

Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah diketahui meningkatkan risiko peradangan sendi yang disebut artritis gout atau penyakit pirai. Ciri khas penyakit ini adalah nyeri yang muncul tiba-tiba, disertai kemerahan dan bengkak pada sendi. Sendi yang paling sering terdampak adalah sendi ibu jari kaki, tetapi juga bisa muncul di sendi jari-jari tangan, pergelangan tangan dan kaki, serta siku dan lutut.

Asal asam urat dalam tubuh

Selain menyebabkan gangguan pada sendi, kondisi asam urat tinggi juga diketahui berhubungan dengan gangguan metabolik seperti diabetes, penyakit jantung koroner, stroke, dan batu ginjal.

Di dalam tubuh, asam urat terbentuk secara alami sebagai hasil samping dari proses metabolisme purin. Semakin banyak jumlah purin yang ada, maka akan semakin tinggi pula jumlah asam urat yang dihasilkan.

Kurang lebih dua per tiga jumlah total asam urat berasal dari dalam tubuh sendiri, yaitu yang diproduksi saat sel-sel tubuh manusia menua dan mati. Sepertiganya lagi didapat dari penguraian purin yang berasal dari berbagai jenis makanan dan minuman seperti daging merah, kerang, minuman beralkohol (khususnya bir), dan minuman berpemanis.

Faktor genetik dan kadar asam urat

Melihat fakta bahwa sebagian besar asam urat dihasilkan oleh tubuh sendiri, para peneliti mencoba mengonfirmasi apakah memang ada peran faktor genetik yang membuat seseorang cenderung memiliki kadar asam urat tinggi.

Studi ini, yang dimuat dalam The British Medical Journal edisi Oktober 2018 mencoba membandingkan pengaruh faktor genetik dan berbagai macam makanan terhadap kadar asam urat di dalam darah. Sebanyak 8.414 pria dan 8.346 wanita keturunan Eropa di Amerika Serikat dilibatkan. Syaratnya mereka belum pernah mengalami artritis gout, tidak memiliki gangguan ginjal, serta tidak menggunakan obat penurun asam urat dan diuretik.

Semua subjek diminta untuk mengisi survei tentang makanan sehari-hari. Mereka juga menjalani pengukuran kadar asam urat darah dan pemeriksaan genetik.

Setelah membandingkan jawaban pada survei dengan kadar asam urat darah, peneliti menemukan tujuh jenis makanan dan minuman yang berhubungan dengan peningkatkan kadar asam urat, yaitu bir, liquor, wine, minuman bersoda, kentang, daging unggas, dan daging merah. Ditemukan pula delapan makanan yang berhubungan dengan penurunan kadar asam urat, yaitu telur, kacang-kacangan, serealia dingin, susu skim, keju, roti coklat, margarin, dan buah selain jeruk.

Analisis lebih lanjut menemukan bahwa pada semua subjek, pengaruh setiap jenis makanan terhadap kadar asam urat sangat kecil, yakni kurang dari 1 persen (0,06-0,99 persen). Jika seluruh jenis makanan digabung, pengaruhnya terhadap kadar asam urat mencapai 3,28 persen.

Selanjutnya, peneliti memeriksa 30 variasi genetik yang diketahui berhubungan dengan kadar asam urat pada individu keturunan Eropa. Ditemukan bahwa variasi genetik yang diwariskan dalam DNA tiap subjek ini dapat memengaruhi kadar asam urat hingga 23,9 persen.

Dari hasil studi ini, bisa disimpulkan bahwa dibandingkan dengan faktor genetik, pola makan sangat sedikit pengaruhnya terhadap kadar asam urat di dalam darah.

Asam urat tinggi menurun dalam keluarga

Sebelumnya, para peneliti telah lebih dulu mempelajari pola pewarisan penyakit akibat asam urat tinggi. Di tahun 2013, dilakukan studi pada seluruh populasi Taiwan yang berjumlah 23 juta penduduk, di mana kejadian artritis gout paling banyak ditemukan di dunia.

Studi yang telah dimuat dalam jurnal Annals of the Rheumatic Diseases ini memeriksa 4,2 juta keluarga. Ditemukan bukti yang meyakinkan bahwa penyakit asam urat tinggi bersifat keturunan di dalam satu keluarga besar.

Secara umum, risiko seseorang mengalami artritis gout menjadi lebih tinggi apabila kerabat sedarah derajat pertama (first-degree relatives) yaitu anak, saudara kandung, dan orang tua, serta derajat kedua (second-degree relatives) yaitu paman, bibi, keponakan, kakek dan nenek, cucu, dan saudara tiri ada yang menderita penyakit tersebut.

Risiko ini meningkat dua kali lipat jika memiliki orang tua atau anak dengan artritis gout dan bahkan hingga 8 kali lipat jika memiliki saudara kembar dengan artritis gout.

Dari sini, bisa disimpulkan bahwa asam urat tinggi dan penyakit yang menyertainya lebih dipengaruhi oleh faktor genetik. Jadi, tak perlu panik bila Anda sudah menjaga makan sedemikian rupa namun kadar asam urat tetap tinggi. Selama tidak muncul keluhan-keluhan tertentu dan gaya hidup secara umum sehat, Anda pun bisa terhindar dari artritis gout.

[MS/ RVS]

Faktor Genetikpenyakit genetikPenyakit PiraiArtritis GoutHari Keluarga InternasionalAsam Urat

Konsultasi Dokter Terkait