Kesehatan Umum

Fakta Kesehatan di Balik Deodoran

dr. Valda Garcia, 16 Apr 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Meski selalu digunakan setiap hari, tak banyak orang tahu kandungan dalam deodoran yang sudah berjasa untuk mereka. Intip, yuk!

Fakta Kesehatan di Balik Deodoran

Deodoran sudah menjadi hal wajib yang harus digunakan setiap hari oleh mayoritas orang. Banyak yang memakai deodoran untuk menghindari bau badan hingga mencerahkan warna ketiak. Namun, sudah sejauh mana Anda mengenal benda ini?

Dalam sejarah kehidupan manusia, untuk menghilangkan bau badan pada mulanya dilakukan dengan mandi lebih sering atau menggunakan minyak wangi. Namun, cara tersebut hanya dapat membantu menutupi bau badan, hingga pada 100 tahun yang lalu ditemukan deodoran yang dapat mengatasi produksi keringat berlebih yang dapat menimbulkan bau badan.

Sebelum membahasnya lebih lanjut, mari lihat bersama anatomi dari ketiak. Ketiak memiliki mikroba yang merupakan normal flora serta struktur pendukung seperti rambut, kelenjar minyak, dan keringat. Sebanyak dua hingga empat juta kelenjar keringat di tubuh mengeluarkan keringat setiap harinya.

Lalu, bagaimanakah cara deodoran dapat mengatasi persoalan mengenai keringat? Jawabannya, terdapat pada komponen-komponen di balik deodoran itu sendiri. Berikut ini delapan kandungan dalam deodoran dan cara kerjanya dalam mengatasi permasalahan keringat.

  • Alumunium

Zat ini berperan untuk menutup kelenjar keringat sehingga dapat menghentikan aliran keringat secara sementara. Kelenjar keringat akan terbuka kembali ketika produk deodoran telah dibersihkan, seperti pada saat mandi.

  • Paraben

Paraben merupakan salah satu jenis pengawet yang berperan untuk menjaga produk kosmetik dari pertumbuhan bakteri. Begitu juga pada produk deodoran, dengan adanya kandungan paraben, diharapkan dapat menjaga kulit tetap bersih dan terhindar dari bau dengan mencegah pertumbuhan bakteri.

  • Pewangi

Pewangi digunakan untuk menutupi bau badan dan menimbulkan rasa bersih pada penggunanya. Namun bagi yang memiliki kulit sensitif, sebaiknya menghindari deodoran yang menggunakan pewangi karena sering kali zat pewangi justru menimbulkan iritasi pada orang dengan kulit sensitif.

  • Emollient oil

Dengan menggunakan emollient oil, deodoran akan lebih mudah digunakan saat dioleskan ke kulit. Emollient oil juga menghindari timbulnya kerak pada ketiak yang merupakan sisa produk saat sudah kering.

  • Alkohol

Seluruh komponen dari deodoran akan dilarutkan dengan alkohol karena lebih cepat kering dan menimbulkan rasa dingin saat menyentuh kulit. Alkohol juga memberi efek segar bagi para penggunanya.

  • Polyethylene glycol (PEG)

Zat ini membantu fungsi emulsifikasi. Sehingga saat membilas, produk akan lebih mudah dalam dibersihkan.

  • Butylated hydroxytoluene (BHT)

BHT berperan untuk mencegah atau memperlambat perubahan zat yang terkandung di dalam deodoran ketika terpapar oksigen. Alhasil, mereka membuat setiap komponen deodoran dapat tetap bekerja secara optimal.

  • Bedak talk

Bedak berperan untuk menyerap minyak dan kelembapan, serta melindungi kulit dengan membantu menjaga kulit ketiak tetap kering.

Meski berbagai komponen tersebut berperan dalam mengurangi produksi keringat dan mencegah bau badan, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa deodoran dapat mengubah mikroba yang merupakan normal flora pada ketiak.

Normal flora berperan sebagai barier yang dapat melindungi kulit. Dengan menggunakan deodoran, produksi keringat yang merupakan sumber makanan mikroba akan berkurang. Hal ini berujung pada menurunnya jumlah mikroba pada daerah tersebut.

Ada juga beberapa penelitian yang mengatakan bahwa penggunaan deodoran tidak terlalu berpengaruh pada fungsi normal flora di ketiak. Namun, perlu diketahui bahwa setiap produk yang digunakan di kulit, baik berupa sabun mandi maupun losion pasti akan mengubah kondisi normal flora pada kulit.

[RS/ RVS]

Bau BadanDeodorankeringatkulitKesehatanKetiakFakta Kesehatan

Konsultasi Dokter Terkait