Pernapasan

Batuk Rejan Tanda Tuberkulosis?

dr. Fiona Amelia MPH, 26 Mar 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Mungkin Anda bertanya-tanya apakah batuk rejan merupakan salah satu tanda dari tuberkulosis. Baca ulasan lengkapnya berikut ini.

Batuk Rejan Tanda Tuberkulosis?

Dua penyebab batuk kronis yang masih kerap ditemukan di Indonesia yakni batuk rejan dan tuberkulosis. Meski sama-sama bergejala batuk, keduanya memiliki ciri dan perjalanan penyakit yang berbeda. Jadi batuk rejan bukanlah tanda tuberkulosis, karena keduanya adalah penyakit yang berbeda. Karenanya, sangat penting untuk mengetahui ciri-cirinya.

Siapa yang tidak pernah mengalami batuk? Sepertinya semua orang – mulai anak-anak hingga orang dewasa – pasti pernah mengalaminya.

Batuk memang bisa mengganggu, tapi tak selalu negatif. Justru, batuk menandakan tubuh Anda sedang berusaha mengeluarkan benda asing atau kuman yang mengiritasi saluran napas. Meski demikian, Anda perlu waspada bila batuk tak kunjung sembuh atau memiliki ciri tertentu.

Batuk Akut vs Batuk Kronis

Batuk paling sering muncul akibat infeksi. Infeksi bisa bersifat akut, yang berlangsung singkat atau kurang dari 2 minggu, atau kronis, yang berlangsung lebih lama atau lebih dari 2 minggu.

Batuk yang bersifat akut umumnya disebabkan oleh infeksi virus pada saluran napas. Sifatnya self-limiting atau mampu sembuh sendiri, sehingga tidak memerlukan pengobatan khusus. Kunci pemulihannya adalah istirahat, makan dan minum yang bergizi, serta konsumsi suplemen tambahan seperti vitamin C dan zink umumnya  sudah cukup untuk mengatasi infeksi tersebut.

Beda dengan batuk akut, batuk kronis sering kali disebabkan oleh infeksi bakteri pada saluran napas yang membutuhkan pengobatan spesifik. Misalnya dengan pemberian antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebab. Di antara berbagai penyebab, yang masih banyak ditemukan di Indonesia adalah batuk rejan dan tuberkulosis paru.

Batuk Rejan

Batuk rejan (whooping cough) disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis, sehingga disebut juga sebagai penyakit pertusis. Karena durasi batuk yang lama, penyakit ini juga dinamakan batuk seratus hari. Penyakit ini bisa dialami oleh individu dari berbagai rentang usia, tetapi paling banyak menyerang anak balita.

Infeksi kuman pertusis pada saluran napas memicu peradangan paru yang berbahaya dan mengancam nyawa. Faktanya, pada abad ke-20, pertusis merupakan penyakit infeksi pada anak yang paling banyak menimbulkan kematian.

Sebelum vaksin pertusis tersedia tahun 1940-an, terjadi lebih dari 200.000 kasus pertusis per tahunnya. Angka ini turun hingga lebih dari 80 persen sejak adanya vaksin pertusis. Meski demikian, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), pertusis masih menjadi masalah kesehatan utama pada anak-anak di negara berkembang, dengan total 195.000 kematian di sepanjang tahun 2008.

Pada tahap awal, batuk rejan menimbulkan keluhan-keluhan ringan mirip flu, seperti batuk dan pilek. Seiring berjalannya waktu, batuk yang dialami semakin memberat dan menunjukkan ciri khasnya. Saat serangan, penderitanya akan mengalami batuk terus-menerus tanpa jeda, karena berusaha mengeluarkan lendir kental dari dalam saluran napas.

Di antara serangan, penderita umumnya tidak tampak sakit. Sedangkan selama serangan, penderita bisa tampak membiru akibat sulit menarik napas. Setelah serangan, penderita bisa tampak sangat sakit dan lemas.

Batuk Pada Tuberkulosis

Berbeda dengan pertusis, batuk pada tuberkulosis cenderung berdahak dan bisa bercampur darah pada orang dewasa. Selain itu, penderita umumnya merasakan keluhan penyerta seperti nyeri dada, sesak napas, keringat pada malam hari, demam yang hilang timbul, hingga penurunan nafsu yang membuat berat badan menyusut.

Batuk pada tuberkulosis bisa sering muncul dalam sehari, tetapi tidak sampai membuat seseorang kesulitan menarik napas seperti pertusis saat episode batuk terjadi. Sebaliknya, ada pula penderita tuberkulosis yang jarang mengalami batuk, tetapi mengalami keluhan lain yang lebih dominan seperti keringat pada malam hari atau penurunan berat badan.

Berdasarkan penjelasan di atas, batuk rejan bukanlah tanda tuberkulosis karena keduanya merupakan penyakit yang berbeda. Keduanya pun memiliki ciri yang berbeda. Walaupun begitu, tak menutup kemungkinan infeksi pertusis dan tuberkulosis terjadi bersamaan pada satu individu. Karenanya, apa pun penyebabnya, bila Anda batuk selama lebih dari 2 minggu, memiliki ciri yang tidak biasa atau timbul keluhan-keluhan penyerta lain, segera periksakan diri ke dokter. Semakin dini terdiagnosis, maka semakin besar kemungkinan untuk sembuh.

(RN/ RVS)

BatukInfeksi bakteriTBCDahakPertusisBatuk RejanTuberkulosis

Konsultasi Dokter Terkait