HomeInfo SehatKesehatan UmumSulit Bangun Tidur, Apa Penyebabnya?
Kesehatan Umum

Sulit Bangun Tidur, Apa Penyebabnya?

Krisna Octavianus Dwiputra, 20 Mar 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Anda pernah sulit bangun tidur? Wajar jika itu karena kurang tidur, tapi ada gangguan sulit bangun tidur yang disebut inersia tidur.

Sulit Bangun Tidur, Apa Penyebabnya?

Bagi sebagian orang, bangun tidur saat pagi adalah perjuangan berat. Hanya saja, ini bukan karena cuaca mendukung untuk tidur lagi atau karena itu adalah hari libur. Sulit bangun tidur dalam konteks ini adalah keadaan dimana Anda benar-benar susah bangun. Kondisi ini dinamakan sleep inertia atau inersia tidur.

Menurut dr. Astrid Wulan Kusumoastuti dari KlikDokter, sulit bangun tidur juga bisa disebabkan oleh tidur yang kurang berkualitas sehingga tubuh masih membutuhkan istirahat lebih untuk mencapai kondisi yang segar. Pasalnya, normalnya tubuh memerlukan tidur antara 6-8 jam dalam sehari.

Namun, ada orang-orang yang ternyata sulit bangun tidur karena mengalami inersia tidur tersebut. Biasanya, sesaat setelah bangun orang yang mengalami inersia tidur akan merasa pusing. Bagi mereka memilih untuk tetap di kasur adalah pilihan aman.

Apa penyebab inersia tidur?

Melansir dari Verywell Health, inersia tidur mengacu pada konsep dalam fisika bahwa suatu objek secara alami menolak perubahan dalam keadaan geraknya. Ketika konsep inersia diterapkan pada tidur, saat tubuh Anda ingin bangun dari tempat tidur, otak Anda seakan tetap mengajak Anda untuk tidur.

Fenomena ini menyebabkan kantuk, gangguan kognitif, dan psikomotor yang dapat terjadi segera setelah bangun. Kondisi ini akan menyebabkan Anda kesulitan untuk melakukan kegiatan yang kompleks, seperti mengoperasikan mesin berat atau mengendarai mobil.

Kurang tidur juga dapat membuat Anda sulit untuk bangun. Kondisi tersebut dapat bertahan selama beberapa menit hingga 1 jam atau lebih setelah bangun. Meskipun tidak sepenuhnya dipahami, satu teori menunjukkan bahwa inersia tidur disebabkan oleh penumpukan neurotransmitter yang disebut adenosin dalam otak selama tidur, yang menimbulkan perasaan kantuk.

Kondisi ini akan memburuk pada gangguan tidur seperti sleep apnea. Jika Anda mengalami sleep apnea bisa kualitas dan durasi tidur bisa berkurang akibat mekanisme pernapasan yang terganggu.  Hal ini sering dikaitkan dengan kebiasaan mendengkur, megap-megap atau tersedak, sering buang air kecil di malam hari, menggemeretakkan gigi, insomnia, dan gejala lainnya.

Menyelesaikan masalah sulit bangun tidur

Mengoptimalkan durasi tidur, dalam arti memperoleh jam tidur yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tidur Anda, amatlah penting. Selain itu Anda juga perlu memperbaiki kualitas tidur. Pada umumnya, orang dewasa membutuhkan 7 hingga 9 jam tidur setiap malam.

Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas tidur adalah dengan mengatasi atau mengobati setiap gangguan tidur yang Anda alami. Perawatan ini akan meningkatkan kualitas tidur Anda. Jika kualitas tidur Anda terjaga secara optimal, maka cara ini diharapkan bisa mengurangi kantuk di pagi hari dan sulit bangun tidur (sleep inertia).

Untuk memudahkan Anda bangun tidur, Anda juga bisa menggunakan alarm. Suara alarm akan "memaksa" Anda bangun pada waktu tertentu ketika tidur nyenyak. Selain itu paparan sinar matahari pagi juga bisa menjadi metode yang efektif untuk membangunkan perasaan lebih segar pada diri Anda. Sebagai upaya terakhir, kafein dan intervensi lain, seperti obat yang diresepkan oleh dokter,  dapat membantu meningkatkan kesadaran di pagi hari.

Jadi jika Anda mengalami sulit bangun tidur bisa saja hal ini dipicu oleh kurang berkualitasnya tidur Anda atau juga dapat diakibatkan oleh inersia tidur atau sleep inertia. Apabila Anda sering mengalami kondisi ini, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

[RVS]

Kualitas TidurtidurSulit Bangun TidurInersia TidurSleep Apneamendengkur

Konsultasi Dokter Terkait