Pernapasan

Membedakan Sesak Napas Akibat Asma dan PPOK

dr. Nabila Viera Yovita, 19 Mar 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Walau sama-sama menimbulkan gejala sesak napas, asma maupun PPOK merupakan dua kondisi yang tidak sama. Berikut ini adalah perbedaannya.

Membedakan Sesak Napas Akibat Asma dan PPOK

Asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) merupakan penyakit yang menyerang organ bagian paru-paru. Keduanya menyebabkan penyempitan pada saluran pernapasan, sehingga menimbulkan gejala sesak napas. Meski terkesan sama, keduanya memiliki perbedaan yang perlu Anda ketahui.

Sesak napas pada asma dan PPOK

Pada penderita asma, penyempitan saluran napas sering kali dipicu oleh sesuatu yang menyebabkan kambuhnya alergi seperti serbuk sari, lumut, maupun aktivitas fisik. Sedangkan, sesak napas pada PPOK berkaitan dengan penyakit paru yang terdiri dari emfisema dan bronkitis kronis.

Emfisema terjadi ketika kumpulan kantung kecil dalam paru-paru yang disebut alveoli rusak. Sedangkan, bronkitis kronis terjadi ketika saluran yang membawa udara ke paru-paru mengalami peradangan. Keduanya bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok.

Meski antara asma dan PPOK tidak sama, seseorang dapat mengalaminya pada waktu yang bersamaan. Kondisi ini disebut asthma-COPD overlap syndrome.

Siapa yang berisiko terkena asma atau PPOK?

Individu yang merokok atau kerap terpapar gas iritatif yang terdapat pada asap rokok atau bahan bakar amat rentan mengalami PPOK. Misalnya saja pada pekerja pabrik yang terpapar zat tersebut dalam jangka panjang.

Polusi bisa juga diakibatkan oleh paparan asap dari bahan bakar yang digunakan untuk memasak dan menghangatkan tubuh di rumah-rumah berventilasi kurang baik. Sebagian besar orang mungkin tak menyadarinya. Sebab, PPOK baru dirasakan di usia paruh baya atau lanjut.

Untuk penyakit asma, pada umumnya bisa disebabkan oleh perubahan gen yang diturunkan dalam keluarga. Jika salah satu orang tua memiliki asma, maka anak akan memiliki risiko lebih besar untuk memiliki keluhan yang sama. Gejala asma ini biasa muncul sejak penderita masih berusia anak-anak.

Selain dari faktor gentik atau keturunan, beberapa hal lain yang dapat meningkatkan risiko asma yaitu:

  • Alergi
  • Infeksi paru
  • Merokok
  • Terpapar zat kimiawi maupun iritan lainnya di udara
  • Bulu binatang
  • Udara dingin
  • Stres
  • Konsumsi beberapa obat-obatan seperti golongan penyekat beta dan aspirin
  • Pengawet dalam makanan dan minuman, serta
  • GERD (gastroesophageal reflux disease).

Bila Anda atau keluarga ada yang menderita asma, sebisa mungkin hindari lingkungan yang terpapar hal-hal tersebut dan jaga asupan dengan konsumsi makanan yang lebih sehat.

Membedakan asma dan PPOK

Karena asma maupun PPOK sama-sama dapat menyebabkan saluran pernapasan menyempit, maka keduanya dapat menyebabkan gejala:

  • Sesak napas
  • Batuk
  • Timbul suara mengi

Meski memiliki gejala yang mirip, satu perbedaan besar antara keduanya adalah asma pada umumnya menyebabkan episode mengi dan rasa yang mengikat pada dada. Sedangkan, gejala PPOK biasanya terjadi secara konstan, dan berupa batuk yang disertai dahak.

Setelah melakukan pemeriksaan fisik, biasanya dokter akan melakukan rontgen dada dan pemeriksaan spirometri untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi paru-paru serta kemampuan Anda dalam bernapas.

Selain itu mungkin juga dilakukan pemeriksaan tes analisis gas darah, yang mengukur kadar oksigen dalam darah Anda. Pada PPOK, kadarnya akan menurun akibat rendahnya oksigen yang disalurkan.

Pengobatan asma maupun PPOK

Pada asma, gejalanya akan hilang dan timbul tergantung adanya pemicu atau tidak. Terdapat dua tipe pengobatan asma, yakni untuk melegakan dan mencegah serangan. Keduanya digunakan dalam jangka panjang untuk mengontrol gejala asma Anda.

Sedangkan, pada PPOK, gejala harian yang semakin berat seiring berjalannya waktu terkadang mengharuskan penderitanya mengonsumsi obat untuk memperlambat perkembangan PPOK. Beberapa obat-obatan untuk PPOK sama dengan obat asma, namun beberapa tidak sama.

Selain konsumsi obat, rehabilitasi terhadap paru-paru juga dapat dilakukan melalui fisioterapi dada dan perubahan gaya hidup. Jika kerusakan paru sudah terlampau berat, Anda mungkin butuh bernapas dengan bantuan oksigen dari tabung maupun mesin.

Bila terdapat bagian paru yang sudah terlampau rusak, biasanya dokter akan menyarankan tindakan operasi agar kondisi tidak semakin parah.

Mencegah kondisi asma dan PPOK semakin parah

Kondisi manapun yang Anda alami, penting untuk berhenti merokok agar asma atau PPOK tidak semakin parah. Selain rokok, hindari juga beberapa hal yang dapat mengiritasi paru-paru, seperti:

  • Penggunaan semprotan kimiawi seperti pada produk pembersih rumah dan pembunuh serangga.
  • Paparan alergen seperti debu, lumut, dan serbuk sari.
  • Penggunaan parfum dan wewangian lainnya yang menyebabkan gejala Anda kambuh.
  • Paparan asap rokok dari orang yang merokok di sekitar Anda.

Perlu diingat bahwa fungsi paru hanya dapat kembali seperti semula hanya pada penderita penyakit asma. Itulah sebabnya ada anak-anak berpenyakit asma yang hampir tidak mengalami gejala lagi saat sudah dewasa. Meski demikian sewaktu-waktu bisa kambuh.

Hal ini berbeda dengan penyakit PPOK. Fungsi paru pada penderitanya masih lebih rendah dari asma, tidak bisa sembuh secara total. Meski telah diobati, saluran pernapasan penderita PPOK tidak bisa mengembang secara sempurna seperti pada penderita asma.

Demikian perbedaan antara sesak napas akibat asma dan PPOK. Dengan mengetahui perbedaannya, semoga Anda dapat mengenalinya saat merasakan gejala antara keduanya. Bila menemukan orang yang mengalami sesak napas, segera bawa ke dokter terdekat untuk mendapatkan penanganan dan terapi yang tepat untuk kondisinya.

[NP/ RVS]

penyakit paruPPOKsesak napasParu-parupernapasanHari Asma SeduniaAsmaHari PPOK SeduniaBronkitis

Konsultasi Dokter Terkait