Kesehatan Umum

Benarkah Cegah Penyakit Autoimun Bisa dengan Cek Kesehatan?

Ayu Maharani, 03 Agt 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Penyebab terjadinya penyakit autoimun hingga kini belum diketahui secara pasti. Apakah cek kesehatan bisa cegah penyakit ini?

Benarkah Cegah Penyakit Autoimun Bisa dengan Cek Kesehatan?

Dua hari yang lalu (3/3), ibunda aktris dan penyanyi Mikha Tambayong, Deva Sheila Malaihollo, meninggal dunia akibat penyakit autoimun Sjorgen syndrome, yang dideritanya selama setahun belakangan. Diketahui bisa mengancam nyawa, tapi hingga kini, timbulnya penyakit autoimun belum diketahui secara pasti. Apakah dengan cek kesehatan bisa membantu mencegah dan mendeteksi penyakit ini?

Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong, mendeteksi penyakit imun pada diri seseorang bisa sangat sulit, apalagi sejak awal gejala penyakit tidak spesifik, sehingga bisa menyerupai penyakit lain.

“Perlu diketahui juga bahwa perjalanan untuk diagnosis penyakit autoimun itu sangat panjang. Bila gejala tampak jelas dan spesifik, tentu diagnosisnya jauh lebih mudah. Ini juga berlaku sebaliknya,” jelas dr. Sepriani.

Secara general, penderita penyakit autoimun akan mengalami kerontokan rambut terus-menerus, nyeri sendi, mudah terserang infeksi, mudah sakit dan kelelahan, serta terdapat gangguan kulit. Namun, pada penyakit autoimun seperti systemic lupus eryrhematosus (SLE) dan penyakit Graves, ada beberapa tanda khusus.

Sebagai contoh, penderita lupus biasanya memiliki ruam berwarna merah atau keunguan berbentuk mirip kupu-kupu yang terdapat pada hidung dan pipi mereka. Sedangkan pada penderita penyakit Graves, meski tidak selalu ditemui pada semua kasus, mata menonjol (eksoftalmus) bisa menjadi ciri khasnya. Kondisi tersebut membuat mata sulit ditutup sehingga rentan mengalami iritasi.

Beberapa penyakit autoimun yang sering ditemui antara lain: diabetes mellitus tipe 1, penyakit celiac, inflammatory bowel disease, artritis reumatoid, sklerosis kompleks (multiple sclerosis), penyakit Addison, psoriasis, dan masih banyak lagi.

Penyebab autoimun masih terus diselidiki para ahli. Namun, beberapa pihak menduga bahwa pola makan, riwayat infeksi, dan ekspos terhadap zat kimia tertentu dapat berperan dalam terjadinya penyakit.

Selain itu, juga diketahui terdapat kelompok yang punya kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami penyakit autoimun. Misalnya sebagian penyakit autoimun lebih sering terjadi pada wanita atau ras tertentu. Selain itu, penyakit seperti sklerosis kompleks dan lupus juga bisa dipengaruhi faktor genetik.

Deteksi Penyakit Autoimun Berbeda dengan Cek Kesehatan Biasa

Masih mengenai deteksi penyakit autoimun, dr. Sepriani juga mengatakan bahwa deteksinya berbeda dengan medical check-up biasanya. Inilah yang menjadikan penyakit autoimun masuk dalam kategori penyakit yang cukup kompleks untuk dideteksi.

Kepada KlikDokter, dr. Kartika Mayasari juga menambahkan, apabila penyakit autoimun terdiagnosis, waktu pengobatannya pun terbilang lama. Ini karena penyakit autoimun tidak benar-benar bisa disembuhkan. Pengobatan hanya dapat mengendalikan respons imun yang terlalu aktif dan menurunkan peradangan yang terjadi. Obat yang digunakan untuk mengobati kondisi ini antara lain obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen dan naproxen, obat penekan kekebalan, dan perawatan tertentu untuk menghilangkan gejala bengkak, kelelahan, serta ruam di kulit.

“Bila penderitanya mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan olahraga secara teratur, itu bisa membuatnya merasa lebih baik,” dr. Kartika menambahkan.

Artikel Lainnya: Penyakit Autoimun Ini Langka tapi Nyata

Cek kesehatan Reguler Tetap Penting

Meski medical check-up biasa tak bisa mendeteksi penyakit autoimun, tapi tetap saja cek kesehatan ini penting untuk dilakukan secara rutin. Rekomendasi dari dr. Sepriani, orang yang sudah berusia di atas 30 tahun sebaiknya melakukan cek kesehatan reguler setidaknya setahun sekali.

“Cek kesehatan reguler bisa mendeteksi penyakit-penyakit berbahaya lainnya. Jadi, setidaknya dengan melakukannya secara berkala, Anda bisa mengurangi risiko fatal dari penyakit yang (misalnya) sudah ada,” tegas dr. Sepriani. Selain tes kesehatan fisik, dr. Sepriani juga menyarankan Anda untuk melakukan tes darah dan skrining pap smear (khusus wanita).

Kesimpulannya, penyakit autoimun memang tidak bisa dicegah dengan hanya melakukan cek kesehatan biasa. Seperti yang disebut sebelumnya, penyakit ini hanya bisa dideteksi setelah penderitanya mengalami gejala yang khas selama beberapa waktu, itu pun dengan proses diagnosis yang cukup panjang. Meski demikian, Anda tetap disarankan melakukan cek kesehatan secara rutin untuk membantu mendeteksi kemungkinan adanya penyakit berbahaya lainnya.

(RN/RVS)

Mikha TambayongKesehatanCek KesehatanAutoimunSjorgen Syndromepenyakit autoimun

Konsultasi Dokter Terkait