Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatBerita KesehatanLedakan di Senayan Saat Nobar Debat Capres Telan Korban
Berita Kesehatan

Ledakan di Senayan Saat Nobar Debat Capres Telan Korban

Krisna Octavianus Dwiputra, 18 Feb 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Ledakan di tempat nobar debat capres cukup menghebohkan. Dua orang harus dirawat di rumah sakit akibat ledakan di senayan tersebut.

Ledakan di Senayan Saat Nobar Debat Capres Telan Korban

Ledakan terjadi di arena nonton bareng (nobar) debat calon presiden (capres) di Parkir Timur Senayan, Jakarta, pada Minggu (17/2) malam WIB. Ledakan di Senayan akibat petasan itu menyebabkan setidaknya dua orang harus dirawat inap karena terluka. Sampai saat ini, Polda Metro Jaya masih memburu pelaku ledakan saat nobar debat capres itu.

Dilansir dari Liputan6.com, sampai dini hari tadi, keduanya masih dirawat di Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Mintohardjo. "Ada dua pasien di sini yang harus dirawat inap karena mengalami trauma pasca-ledakan," kata Kolonel Laut (K) dr. Wiweka saat ditemui di RSAL Mintohardjo di Jakarta, Senin (18/2) dini hari WIB seperti dikutip dari Liputan6.com.

Dua korban mengalami permasalahan berbeda-beda. Menurut dr. Wiweka, salah satu korban mengalami cedera di telinga akibat getaran ledakan yang terjadi. Sementara itu, seorang lagi mengalami trauma psikis akibat ledakan tersebut. Di sisi lain, dr. Wiweka menambahkan, hal ini juga terjadi karena korban memiliki riwayat penyakit kencing manis.

"Trauma psikis karena akibat ledakan mengalami pusing, muntah dan pingsan, satu akibat getaran suara," ujar Wiweka.

Kedua korban ledakan petasan itu tidak memerlukan tindakan operasi. Hanya saja, keduanya masih perlu diobservasi hingga 24 jam ke depan untuk memantau kondisi korban.

Korban ledakan rentan alami stres pasca trauma

Jatuhnya korban membuat kejadian ini mendapat perhatian serius. Pasalnya, dua korban di atas rentan mengalami stres pasca trauma. Dalam dunia medis, kondisi itu disebut dengan Post-traumatic Stress Disorder (PTSD).

Menurut dr. Alvin Nursalim SpPD, dari KlikDokter, “Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD adalah gangguan mental yang dapat terjadi setelah seseorang mengalami kejadian yang traumatis. Misalnya, pelecehan seksual, perang, serangan terorisme, ataupun kecelakaan berat, atau kejadian apapun yang menyebabkan trauma mendalam.”

Ditambahkan oleh dr. Nadia Octavia dari KlikDokter, orang dengan PTSD memiliki pengalaman atau menyaksikan kejadian yang mengancam jiwa atau fisiknya, dihadapkan pada situasi tertekan, menakutkan, atau situasi yang mengancam keselamatan jiwanya.

Tak hanya korban, orang-orang di sekitar korban, termasuk keluarga juga bisa mengalami PTSD. Orang dengan PTSD akan mengalami kesulitan tidur, gangguan emosi (sering kaget atau emosi yang meledak-ledak), dan sulit berkonsentrasi.

"Orang yang terkena PTSD juga cenderung akan menghindari kejadian, orang-orang, benda, atau aktivitas apa pun yang bisa mengingatkan akan ‘luka’ yang dimilikinya. Gejala-gejala ini biasanya dialami sejak kejadian hingga tiga bulan atau bahkan setelah bertahun-tahun lamanya," ujar dr. Nadia.

Menurut dr. Alvin, kondisi PTSD memiliki prevalensi seumur hidup (antara 8–10 persen), dan diikuti dengan ketidakmampuan berfungsi dalam sosial. Dalam situasi perang, prevalensi individu yang mengalami PTSD meningkat hingga 30 persen. Selain itu, perempuan berisiko lebih tinggi mengalami PTSD dibandingkan laki-laki. Salah satunya karena pelecehan seksual lebih banyak dialami oleh wanita.

Kasus trauma psikis atau PTSD ringan dapat bisa sembuh sendiri seiring waktu berjalan. Akan tetapi, pada kasus berat, orang dengan PTSD perlu penanganan medis berupa obat antidepresi dan psikoterapi. Pengobatan juga PTSD dapat dilakukan dengan terapi kognitif dan perilaku. Pengobatan ini akan membantu penderita PTSD untuk menghadapi situasi yang lebih menyeramkan dari yang pernah dialami dengan perlahan.

Memburu orang yang bertanggung jawab atas ledakan di Senayan saat nobar debat capres semalam memang penting. Namun, di sisi lain, perawatan terhadap para korban – baik fisik maupun psikis - juga harus dilakukan semaksimal mungkin. Bagi korban trauma psikis, pendampingan dari profesional harus dilakukan agar tidak menimbulkan trauma mendalam dan berkepanjangan pada korban maupun orang di sekitarnya.

[HNS/ RVS]

traumaledakan petasanLedakantelingaStrescederaDebat CapresPTSD

Konsultasi Dokter Terkait