HomePsikologiKesehatan MentalPerlukah Remaja yang Mudah Emosi Minum Obat Penenang?
Kesehatan Mental

Perlukah Remaja yang Mudah Emosi Minum Obat Penenang?

dr. Dyah Novita Anggraini, 12 Feb 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Remaja yang masih labil bisa jadi mudah emosi. Namun, apakah konsumsi obat penenang memang dibutuhkan untuk mengatasinya?

Perlukah Remaja yang Mudah Emosi Minum Obat Penenang?

Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam siklus tumbuh kembang seseorang. Pada kurun usia ini remaja rentan mengalami gejolak, terutama pada sisi emosi. Tak heran, remaja terkadang mudah emosi bila merespon sesuatu yang tak disukainya. Bila emosi tak terkendali, terkadang obat penenang pun sering dianggap sebagai solusi.

Seputar remaja dan emosi

Belum lama ini media sosial dikejutkan dengan video viral tentang remaja pria yang merusak motor kekasihnya karena ditilang setelah melakukan pelanggaran lalu lintas. Dalam video tersebut terlihat remaja pria tak kuasa menahan emosi hingga mencopot satu demi satu bagian-bagian pelindung badan motor.

Bila dikaitkan dengan fenomena tersebut, jelas bahwa remaja pria tersebut tak dapat menahan amarahnya, hingga melakukan perbuatan yang dinilai cukup brutal. Dari segi usia, seorang remaja belum dapat dikatakan dewasa dan juga sudah tidak bisa dikatakan sebagai anak kecil lagi.

Kondisi transisi ini sering kali memicu terjadinya konflik baik yang berasal dari diri sendiri atau dari lingkungan sekitarnya. Hal ini perlu diatasi sejak dini. Karena jika konflik terjadi secara berkepanjangan, maka akan memberikan dampak negatif bagi perkembangan remaja di masa yang datang.

Jenis emosi pada remaja dan penyebabnya

Emosi adalah suatu masalah kejiwaan yang mewarnai tingkah laku seseorang. Pada remaja, karakteristik munculnya emosi berbeda bila dibandingkan dengan masa anak-anak maupun dewasa.

Ciri emosi remaja khas dengan gejala meluap-luap dan lebih mudah muncul emosi negatif. Menurut seorang psikolog bernama Luella Cole lewat bukunya yang berjudul Psychology of Adolescence, terdapat tiga jenis emosi yang sering muncul pada remaja, yaitu:

  1. Emosi marah
  2. Emosi takut
  3. Emosi cinta

Dari ketiga jenis emosi di atas, yang kerap sulit dikendalikan adalah emosi marah. Penyebabnya bisa bermacam-macam, berikut ini adalah diantaranya:

  1. Orang tua atau guru yang memperlakukan mereka seperti anak kecil.
  2. Orang tua membatasi diri mereka dengan lawan jenisnya.
  3. Anak merasa sering mendapatkan larangan daripada dukungan.
  4. Merasa orang tua tidak adil terhadap dirinya.
  5. Merasa kebutuhan tidak dipenuhi oleh orang tua, padahal orang tua mampu.
  6. Merasa sering dicela dan dihina oleh lingkungan sekitarnya.

Memang tidak semua remaja kesulitan untuk mengendalikan emosinya. Meski demikian, remaja yang berusia sama bisa jadi memiliki tingkat kematangan emosi yang sama. Remaja yang belum memiliki kematangan emosi akan bersikap sebagai berikut:

  • Mudah bersikap impulsif, yaitu tidak dapat mengendalikan emosi (mudah marah).
  • Cenderung melihat sisi negatif orang lain.
  • Kurang mampu menerima orang lain apa adanya.
  • Selalu minta dipahami namun tidak mampu memahami orang lain.
  • Tidak mau mengakui kesalahan yang dibuat dan lebih memilih untuk bertahan atas pendiriannya.

Meski perilaku di atas kerap terjadi pada remaja, bukan berarti hal tersebut menjadi hal yang wajar. Atasi dengan langkah yang tepat agar perilaku remaja yang negatif tidak mengganggu lingkungan di sekitarnya.

Mengatasi remaja yang mudah emosi serta upaya pencegahannya

Jika Anda mengenal remaja yang mudah emosi, sebaiknya jangan ditinggalkan. Karena dengan pendekatan yang baik, emosi positif pada diri mereka justru dapat berkembang baik.

Penanganan awal pada remaja yang mengalami gangguan emosional juga sebaiknya tidak langsung diberikan obat penenang. Karena pemberian obat penenang yang terlalu dini dapat memicu ketergantungan. Disamping itu, ada beberapa cara yang dapat Anda coba untuk mengatasinya:

  • Dekati mereka tanpa menghakimi agar mau terbuka pada Anda.
  • Saat remaja mengalami kegagalan, segera berikan dorongan semangat agar kepercayaan dirinya muncul kembali.
  • Beri contoh bagaimana mengatasi emosi negatif agar tidak muncul secara meluap-luap dan berikan juga contoh teladan yang baik dalam menjalankan nilai-nilai agama.
  • Tanyakan kepada anak apa yang menjadi penyebab munculnya emosi dan diskusikan bersama.

Selain beberapa langkah di atas, Anda juga dapat melakukan pencegahan dengan cara berikut:

  • Sebagai orang tua, tanamkan pola asuh yang baik sejak masa kehamilan dan masa balita, hingga ia beranjak dewasa.
  • Bekali anak dengan pendidikan moral dan agama yang baik sejak kecil.
  • Bangun komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.
  • Memeriksakan anak sejak dini untuk dapat mendeteksi apakah terdapat masalah emosional dan perilaku di dokter spesialis anak dengan melalukan Pediatric Symptom Checklist (PSC). Terdapat 2 versi, yaitu PSC-17 yang diisi oleh orang tua untuk anak usia 4-16 tahun dan PSC-35 yang diisi sendiri oleh remaja (Youth-PSC) untuk remaja usia > 11 tahun.

Masa remaja bisa dibilang sebagai masa pencarian jati diri. Itulah sebabnya di masa tersebut remaja menjadi mudah emosi. Meski demikian, hal tersebut bisa berubah menjadi lebih baik jika terus didampingi serta didukung oleh orang tua dan orang di sekitarnya. Jadi, daripada memberikan obat penenang, lakukan kiat-kiat di atas untuk mengatasi remaja yang kesulitan menahan emosinya.

[NP/ RVS]

MarahOrang TuaEmosiRemajapola asuhObat penenanggangguan emosional

Konsultasi Dokter Terkait