HomeIbu Dan anakKesehatan AnakPerlukah Anak Obesitas Tetap Minum Susu?
Kesehatan Anak

Perlukah Anak Obesitas Tetap Minum Susu?

dr. Fiona Amelia MPH, 25 Jan 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Benarkah anak obesitas harus menghindari susu? Atau justru tetap perlu minum susu? Ini fakta medis selengkapnya.

Perlukah Anak Obesitas Tetap Minum Susu?


Ketika melihat anak obesitas atau yang sudah kelebihan berat badan, orang tua mungkin akan langsung membatasi asupan susu padanya. Hal ini karena susu dianggap bisa semakin meningkatkan berat badan si Kecil.

Jika dipikirkan secara sepintas, susu memang bisa berperan dalam meningkatkan berat badan karena mengandung sejumlah lemak. Namun sayangnya, pemikiran seperti itu ternyata tidak sejalan dengan studi yang telah dilakukan oleh para pakar kesehatan.

Minum Susu Tidak Berhubungan dengan Obesitas

Minum Susu: Kawan atau Lawan?

Di tahun 2018, para peneliti dari University of Texas Health Science Center at Houston, Amerika Serikat, menemukan bahwa konsumsi susu sapi tidak berhubungan dengan terjadinya obesitas pada anak. Minum susu bahkan dikatakan tidak memperburuk obesitas yang sudah terjadi.

Para peneliti justru mengatakan sebaliknya, bahwa rutin mengonsumsi susu sapi dalam jumlah tertentu memberikan efek positif bagi anak yang obesitas, khususnya dalam mengurangi risiko diabetes dan sindrom metabolik kala dewasa nanti.

Artikel lainnya: Cegah Obesitas, Ini Susu Cair Rendah Gula untuk Anak

Dalam studi tersebut, peneliti melakukan evaluasi terhadap hubungan antara konsumsi susu harian dengan kadar insulin puasa pada anak dan remaja yang obesitas. Hormon insulin itu sendiri adalah hormon yang berfungsi menstabilkan kadar gula darah, dan merupakan penanda dari ada atau tidak adanya resistensi insulin atau prediabetes serta sindrom metabolik.

Studi yang sudah dipresentasikan dalam European Congress on Obesity di Wina, Austria itu menemukan bahwa anak-anak obesitas yang mengonsumsi paling sedikit dua cangkir susu (500 mililiter) per hari memiliki rata-rata kadar insulin puasa yang lebih rendah ketimbang mereka yang mengonsumsi kurang dari satu cangkir susu per hari.

Temuan tersebut memberi kesimpulan bahwa konsumsi susu memberikan efek positif, yakni kadar insulin puasa tetap teraga rendah pada anak-anak yang obesitas. Ini artinya, anak obesitas yang minum dua cangkir susu (500 mililiter) per hari memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengalami sindrom metabolik dan penyakit diabetes mellitus tipe 2. Temuan ini sekaligus menguatkan temuan studi-studi sebelumnya, yang menunjukkan bahwa konsumsi susu dapat mencegah sindrom metabolik dan diabetes pada orang dewasa.

Jadi, anak Obesitas Tetap Perlu Minum Susu?

Turunkan Berat Badan Anak Obesitas dengan Vitamin D (Kwanchai Chai Udom/123rf)

Berdasarkan studi ini, anak obesitas yang cenderung lebih rentan mengalami resistensi insulin, sindrom metabolik dan diabetes, tetap dianjurkan untuk minum susu. Namun, jumlah susu dibatasi maksimum dua gelas atau 500 mL per hari. Jika berat badan terlalu berlebih dan anak sudah berusia di atas 2 tahun, bisa gunakan susu yang rendah lemak atau hanya mengandung 1–2 persen lemak.

Selain memperhatikan konsumsi susu, anak yang obesitas juga perlu memperbaiki pola makan. Untuk memudahkan, ikuti panduan yang disebut sebagai traffic light eating atau metode lampu lalu lintas sebagai berikut:

  • Green (hijau) artinya “go” sehingga makanan yang tergolong green light foods boleh dikonsumsi sebanyak mungkin oleh anak. Makanan-makanan yang termasuk golongan ini ialah yang tumbuh dari alam dan tidak melalui proses olahan apa pun. Contohnya, semua jenis buah dan sayur.
  • Yellow (kuning) artinya “slow down” atau hati-hati. Makanan yang tergolong yellow light foods boleh dikonsumsi setiap hari dalam jumlah yang wajar. Contohnya, nasi, pasta, mi, telur, daging merah tanpa lemak, ayam, ikan, yoghurt rendah lemak, susu rendah lemak, keju rendah lemak, kacang-kacangan, serealia, produk olahan kedelai, dan minyak sayur.

Artikel lainnya: Apa yang Terjadi Jika Terlalu Banyak Minum Susu?

  • Red (merah) artinya “stop”. Sebaiknya pikir ulang sebelum mengonsumsi makanan yang tergolong dalam red light foods. Makanan-makanan dalam golongan ini adalah semua yang tinggi kalori, tinggi gula, tinggi lemak, tapi miskin zat gizi. Oleh karena itu, makanan kategori ini hanya boleh dikonsumsi satu kali per minggu dan dalam porsi yang kecil. Contohnya, butter, kue-kue kering, roti-rotian, permen, frozen yoghurt, daging berlemak, daging olahan tinggi lemak, gorengan, keripik, minuman manis, dan cokelat.

Jangan lupa untuk memberikan dorongan pada anak Anda supaya termotivasi untuk meningkatkan aktivitas fisiknya hingga 90–120 menit per hari, serta membatasi waktu penggunaan konsol gim, menonton televisi atau gawai, maupun aktivitas lain yang cenderung pasif.

Nah, kini Anda tak perlu ragu jika ingin memberikan susu pada anak yang obesitas. Selama Anda memperhatikan pola makannya, aktivitas fisiknya, porsi dan jenis susunya, maka berat badan anak dapat diusahakan untuk kembali ke rentang normal. Jangan ragu untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter spesialis anak, khususnya jika berat badan si Kecil sudah sangat berlebih hingga mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

[NB/ RVS]

Artikel lainnya: Tips untuk Ibu agar Anak Tidak Obesitas

Anak Obesitassusupola asuhBerat Badansusu formulaAnakDiabetesObesitasSindrom MetabolikResistensi insulin

Konsultasi Dokter Terkait