Kesehatan Umum

Rambut Rontok Berlebihan, Benarkah Tanda Penyakit Stroke?

dr. Rio Aditya, 19 Mei 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Kerontokan rambut biasanya terjadi akibat gangguan hormon. Namun, jika terjadi rambut rontok berlebihan, kondisi ini dihubungkan dengan tanda-tanda stroke. Benarkah?

Rambut Rontok Berlebihan, Benarkah Tanda Penyakit Stroke?

Rambut rontok merupakan keluhan yang umumnya hanya dihubungkan dengan kesehatan kulit kepala yang buruk. Tidak ada yang salah dengan anggapan itu. Namun, Anda juga mesti tahu bahwa kerontokan rambut juga berhubungan dengan adanya penyakit berbahaya.

Fakta menyebutkan bahwa kerontokan pada rambut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya adanya penyakit anemia atau kurang darah, gangguan hormonal, dan efek samping obat-obatan tertentu.

Tidak hanya itu, pada kasus rambut rontok berlebihan, kondisi ini bahkan sering dikatakan sebagai tanda dari adanya penyakit stroke.

Hubungan antara Kerontokan Rambut dan Stroke

Perlu diketahui bahwa kerontokan rambut faktor yang mendasari terjadinya kerontokan rambut terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

  • Alopecia Androgenetica

Ini adalah kerontokan yang disertai dengan penipisan rambut. Pada pria, kondisi ini biasanya mulai dirasakan pada akhir usia 20 atau awal 30 tahun. Sementara itu, pada wanita, kondisi kerontokan rambut akibat alopesia androgenetik biasanya terjadi setelah menopause.

  • Alopecia Areata

Ini adalah kondisi autoimun, yang bermula dari kerontokan rambut di satu tempat hingga akhirnya meluas dan merata (alopesia totalis). Pada kasus ini, rambut bisa saja tumbuh kembali. Awalnya berwarna putih dan lama-kelamaan akan kembali ke warna normal.

Di antara dua kondisi tersebut, kerontokan rambut yang berhubungan paling erat dengan kondisi stroke adalah alopecia areata.

Artikel Lainnya: Rambut Rontok Terus? Jangan-jangan Anemia!

Alopecia Areata, Kerontokan Rambut Penyebab Stroke

Alopecia areata sangat berbeda dari pola kerontokan rambut pada umumnya. Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan, orang yang mengalami alopecia areata memiliki risiko stroke dua kali lebih besar ketimbang orang-orang yang mengalami kerontokan rambut pada umumnya.

Alopecia areata biasanya muncul di usia dua puluhan dan menghasilkan kebotakan  yang terjadi secara tiba-tiba. Apabila penderitanya mengalami stres berat, kerontokan rambut pun akan semakin parah.

Alopecia areata dapat pula disebabkan oleh penyakit autoimun atau gangguan tiroid. Saat sistem kekebalan menyerang tubuh sendiri, hal ini dapat bermanifestasi dalam sejumlah cara, yakni menyerang folikel rambut (menyebabkan rambut pecah-pecah) dan menyebabkan permasalahan pada pembuluh darah.

Pada penderita autoimun, dilaporkan bahwa kondisi ini dapat mempercepat proses pembentukan plak pada pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Hal inilah yang dapat memicu terjadinya stroke.

Artikel Lainnya: 8 Penyebab Rambut Rontok pada Wanita

Pada orang dengan alopecia areata yang berisiko tinggi terkena serangan stroke, mereka biasanya juga akan mengalami gejala-gejala penyerta sebagai berikut:

  • Kelemahan pada Satu Sisi Tubuh

Penderita stroke bisa mengalami kelemahan pada satu sisi tubuh, bicara pelo, mati rasa pada bagian tertentu, dan mata sulit terbuka.

  • Kehilangan Koordinasi dan Sensasi Tubuh

Penderita stroke biasanya kehilangan kemampuan sensoris, seperti melihat, merasakan, bergerak, dan memahami percakapan.

  • Sering Kehilangan Kesadaran

Adanya gangguan penyaluran oksigen ke otak bisa membuat kesadaran penderita stroke menurun bahkan hilang.

  • Sering Mual dan Muntah

Pada stroke, peningkatan tekanan dalam kepala juga bisa merangsang perasaan mual dan muntah.

  • Sering Sakit Kepala Tiba-tiba

Karena rongga tengkorak harus menerima volume darah tambahan sehingga tekanan di kepala meningkat, hal ini bisa membuat penderita stroke mengalami sakit kepala mendadak.

Terbukti bahwa kerontokan rambut dan stroke adalah dua kondisi yang bisa saja saling berhubungan. Tenang, kondisi ini bukanlah alasan untuk khawatir secara berlebihan. Malah, kondisi ini bisa dijadikan sebagai peringatan awal yang membuat Anda lebih waspada terhadap tanda-tanda stroke di kemudian hari.

Pastikan untuk melakukan medical check-up secara berkala untuk memeriksa tekanan darah, kondisi jantung, dan kadar kolesterol Anda. Kemudian, cek juga apakah Anda berpotensi terserang penyakit autoimun atau tidak.

Bila terbukti ada kelainan dari kondisi fisik setelah melakukan pemeriksaan medis dan tes darah, tenang saja, ada perawatan yang bisa membantu mengatasi permasalahan Anda. Makin dini terdeteksi, makin tinggi pula kesempatan Anda untuk sembuh.

Tetap waspada, tetap jaga kesehatan Anda. Jika merasa mengalami rambut rontok berlebihan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Hal ini wajib dilakukan, khususnya jika sebelumnya Anda telah memiliki faktor risiko stroke, seperti obesitas, penyakit darah tinggi, atau diabetes.

Jika Anda ingin tahu lebih lanjut seputar kerontokan rambut atau faktor risiko stroke, jangan sungkan untuk bertanya pada dokter melalui Live Chat 24 jam di aplikasi KlikDokter. Tidak dipungut biaya, lho!

(NB/ RH)

RambutRambut RontokStrokeKebotakan

Konsultasi Dokter Terkait