Saraf

Dampak Polusi Udara pada Peningkatan Risiko Stroke

Krisna Octavianus Dwiputra, 15 Jan 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Penelitian terbaru menyebut, tingkat polusi udara yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko stroke. Apakah Anda menyadari ancaman ini?

Dampak Polusi Udara pada Peningkatan Risiko Stroke

Belum lama ini publik dikejutkan dengan kabar meninggalanya pakar pemasaran digital dan media sosial, Nukman Luthfie. Beliau dikabarkan tutup usia pada Sabtu (12/1) lalu akibat  penyakit stroke. Namun benarkah penyakit ini juga berhubungan dengan polusi udara?

Stroke merupakan penyakit tidak menular yang hingga saat ini masih menduduki peringkat atas sebagai pembunuh di Indonesia. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan menyebut, tingkat kejadian stroke naik cukup signifikan, dari 7 persen menjadi 10,9 persen.

Anda tentu tahu bahwa stroke berhubungan erat dengan gaya hidup, seperti pola makan, aktivitas fisik, dan kebiasaan-kebiasaan lain yang dilakukan setiap hari. Di luar itu, ternyata ada pula hal lain yang turut berperan pada terjadinya stroke, yaitu polusi udara!

Polusi udara dan stroke

Polusi dan kontaminasi udara telah lama diketahui dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada kesehatan pernapasan. Namun, melansir Verywell Health, partikel berbahaya di udara yang Anda hirup ternyata juga terbukti berkontribusi terhadap peningkatan risiko stroke.

Para pakar kesehatan dari berbagai negara di dunia telah meneliti dampak polusi udara terhadap stroke dan hasilnya mengejutkan. Sebuah artikel ilmiah baru-baru ini yang diterbitkan dalam edisi September 2014 di Sao Paulo Medical Journal melaporkan adanya hubungan antara stroke dan polusi udara di São Paulo. Menariknya, São Paulo adalah sebuah kota di Brasil dengan polusi udara yang rendah.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa paparan partikel dan polutan udara sulfur dioksida meningkatkan risiko kematian akibat stroke sebesar 7 hingga 10 persen. Temuan ini diperkuat dengan sebuah investigasi yang dilakukan di Taiwan yang menyebut bahwa tingkat partikel halus yang tinggi di udara berhubungan dengan peningkatan jumlah rawat inap untuk stroke perdarahan (hemoragik). Ini adalah kondisi ketika pembuluh darah ke otak pecah, sehingga aliran darah ke sel-sel di dalam otak berkurang secara mendadak.

Lebih lanjut, sebuah analisis yang dilakukan di London berusaha untuk membedakan jenis stroke spesifik yang terkait dengan paparan oksida nitrat dan partikel yang ada di polusi udara. Studi ini mendapatkan hasil bahwa jenis stroke yang lebih mungkin terjadi akibat polusi udara adalah tingkat rendah hingga menengah.

Sementara itu, studi lain di Brasil secara khusus mengidentifikasi paparan ozon, partikel, dan sulfur dioksida sebagai risiko stroke yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Meta-analisis yang menguji total 34 studi terpisah tentang hal ini dan kemudian diterbitkan dalam International Journal of Cardiology Agustus 2014 silam mengonfirmasi bahwa paparan polusi udara bisa menyebabkan stroke dalam waktu yang cepat.

Kabar baiknya, Meta-analisis secara khusus mencatat bahwa polusi hanya memiliki efek sementara (jangka pendek) pada risiko stroke. Ini memiliki arti bahwa risiko stroke terkait dengan polusi udara dapat diminimalkan dengan membuat diri Anda menghirup udara segar.

Jadi, mulai saat ini, waspadalah dengan polusi udara yang ada di sekitar Anda. Selalu terapkan gaya hidup aktif dan sehat setiap saat. Jangan lupa untuk sering-sering berkunjung ke tempat yang memiliki udara segar dan bebas polusi, supaya Anda tidak mengalami stroke di kemudian hari.

[NB/ RVS]

Polusi Udaraudara)Nukman LuthfieStrokeStroke Hemoragik

Konsultasi Dokter Terkait