Diet dan Nutrisi

5 Alasan Non Diet Penyebab Berat Badan Anda Melonjak

Bobby Agung Prasetyo, 12 Jan 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sudah diet tapi berat badan justru melonjak, bisa jadi penyebabnya adalah hal-hal di luar diet yang kamu lakukan.

5 Alasan Non Diet Penyebab Berat Badan Anda Melonjak

Sudah disiplin diet selama sebulan, tapi ketika menimbang berat badan justru menunjukkan kenaikan hingga 2 kg! Faktanya, kadang naiknya berat badan bukan akibat dari pola makan atau seberapa sering kamu berolahraga. Nyatanya, ada beberapa alasan non diet penyebab berat badan kamu melonjak.

Di bawah ini adalah 5 faktor yang tidak berhubungan dengan diet yang bisa menggagalkan program dietmu, sekaligus melonjakkan berat badan:

Kurang tidur atau terlalu lama tidur

Selain olahraga dan asupan nutrisi yang seimbang, cukup tidur memang merupakan aspek penting dalam mempertahankan berat badan yang ideal. Durasi tidur yang memiliki risiko menimbulkan kenaikan berat badan hingga bisa akibatkan kegemukan atau obesitas adalah durasi pendek, yaitu 5-6 jam. Akan tetapi, durasi tidur yang panjang, 9-10 jam atau lebih juga meningkatkan risiko seseorang menjadi gemuk.

Besar risiko terjadinya obesitas pada seseorang yang tidur dengan durasi pendek adalah sebesar 27%, sedangkan untuk yang tidur dengan durasi panjang adalah sebesar 21% (Chaput et al, 2007). Jadi, sebenarnya risiko kegemukan meningkat baik dengan jam tidur yang kurang maupun dengan jam tidur yang lebih panjang dari anjuran.

Dilansir dari Prevention, Isabel Maples, RD, dari Academy of Nutrition and Dietetics mengatakan bahwa ketika seseorang kurang tidur, hormon berubah dan tubuh pun akan mengeluarkan hormon yang dapat membuat kamu lebih lapar (ghrelin) dan berkurangnya hormon yang membuatmu merasa kenyang (leptin).

Ketika kamu lelah, seperti kerja lembur, kamu mungkin akan mencari makanan manis dan berlemak untuk membuatmu tetap terjaga. Ini dapat meningkatkan asupan kalori keseluruhan.

Stres

Mampu mengelola stres dengan baik adalah salah satu kunci tubuh sehat. “Karena saat stres, tubuh akan mengeluarkan hormon kortisol. Hormon kortisol dalam kadar yang tinggi dapat membuat kamu mudah lapar,” kata dr. Dyah Novita Anggraini dari KlikDokter. Peningkatan hormon kortisol bisa bermanfaat untuk periode waktu tertentu. Namun, jika stres yang dialami kronis, berat badan bisa melonjak.

Sebuah studi tahun 2018 yang diterbitkan di jurnal “Cell Metabolism” menemukan kaitan antara tingginya kadar kortisol dan massa lemak. Studi tersebut menemukan bahwa kortisol dapat memengaruhi ritme sirkadian seseorang. Jika naik turunnya kortisol secara alami terganggu, maka ini bisa berujung pada kenaikan berat badan.

Selanjutnya

Depresi

Dikatakan Robert J. Hedaya MD, professor psikiatri klinis di Georgetown University Medical Center, Amerika Serikat (AS), banyak antidepresan yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Pernyataannya tersebut didukung oleh sebuah studi tahun 2015 dari General Hospital Psychiatry. Pada 362 pasien yang mengonsumsi antidepresan, lebih dari 55 persen mengalami kenaikan berat badan selama periode 6-36 bulan.

Jika penderita depresi tak mengonsumsi antidepresan, berat badan juga tetap bisa naik. Menurut studi tahun 2010 yang diterbitkan di “American Journal of Public Health” menemukan bahwa orang-orang yang merasa sedih dan kesepian lebih cepat mengalami kenaikan berat badan dibandingkan orang-orang melaporkan lebih sedikit gejala depresi.

“Ada kecenderungan mereka lebih banyak konsumsi comfort food yang tinggi lemak dan kalori,” kata Belinda Needham, PhD, asisten profesor epidemiologi dan salah satu direktur Center for Social Epidemiolgy and Population Health di Universitas Michigan, AS. “Atau bisa juga karena mereka memangkas gerak fisiknya,” tambahnya.

Tubuh kehilangan nutrisi tertentu

Kekurangan magnesium, besi, atau vitamin D bisa memengaruhi sistem imunitas tubuh, mengurangi tingkat energi, atau mengubah metabolisme dengan cara membuatnya sulit untuk mengambil langkah-langkah sehat. Dengan kondisi ini, bisa jadi kamu mengompensasi kurangnya energi dengan kafein, makanan atau minuman manis, atau karbohidrat simpleks. Tubuh yang kurang berenegi juga bisa kamu jadikan alasan untuk malas bergerak, apalagi berolahraga.

Makan larut malam

Meski butuh penelitian mengenai kaitan antara jam makan dan penurunan atau peningkatan berat badan, tapi banyak ahli yang setuju bahwa makan larut malam tidak dianjurkan. Michael Roizen, MD, kepala petugas kesehatan dari Wellness Institute di Klinik Cleveland, AS, mengatakan, makan saat nonton TV larut malam bisa mengakibatkan kamu makan terlalu banyak.

“Data menunjukkan bahwa jika kamu makan saat waktu beristirahat di malam hari, meski jumlah kalori yang dimakan sama seperti porsi makan saat sarapan, tapi makan larut malam membuatmu cenderung mengalami kenaikan berat badan,” kata Michael.

Menurut studi tahun 2017 di “Journal of Nutrition”, orang-orang yang makan besar pada malam hari memiliki indeks massa tubuh lebih besar dibandingkan dengan orang-orang yang fokus makan besar pada pagi atau siang hari.

Selain lima hal di atas, ada alasan non diet lainnya yang mungkin menjadi penyebab berat badan kamu melonjak. Misalnya konsumsi obat-obatan tertentu, menderita plantar fasciitis, menderita sindrom Cushing, memiliki masalah pencernaan tertentu, atau sesederhana pertambahan usia. Jika kamu kesulitan untuk mengendalikan berat badan, lebih baik berkonsultasi dengan dokter spesialis gizi agar bisa diketahui penyebabnya serta menentukan program diet yang tepat.

Kamu juga bisa konsultasi seputar program diet yang tepat sesuai kondisi tubuhmu atau kondisi medis lainnya lewat fitur tanya dokter online di KlikDokter. Yuk, mulai sekarang #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter untuk mengikuti informasi seputar kesehatan terkini.

[RN/ RVS]

Menurunkan Berat BadanPola MakanBerat BadanDietKenaikan Berat Badan

Konsultasi Dokter Terkait