Saraf

Tak Ingin Kena Stroke, Jauhi Makanan Instan!

Bobby Agung Prasetyo, 07 Jan 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Stroke bisa dipicu oleh banyak hal, salah satunya adalah konsumsi makanan instan. Mengapa bisa demikian?

Tak Ingin Kena Stroke, Jauhi Makanan Instan!

Stroke adalah serangan otak yang bisa terjadi akibat sumbatan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga terjadi pendarahan di dalam otak. Kondisi tersebut menyebabkan kerusakan sel otak, sehingga secara perlahan fungsinya hilang. Tahukah Anda, bahwa salah satu penyebab penyakit berbahaya ini bisa dipicu oleh kebiasaan mengonsumsi makanan instan?

Gaya hidup kekinian yang juga turut mempromosikan sejumlah makanan instan tentunya menjadi salah satu pemicu seputar kaitan konsumsi makanan instan dan penyakit stroke.

Bicara soal stroke, dr. Astrid Wulan Kusumoastuti dari KlikDokter menjelaskan bahwa masa golden period serangan stroke adalah tiga jam awal saat gejala muncul. Penderita masih sangat mungkin untuk terhindar dari stroke pada masa tersebut, bila langsung ditangani dengan benar.

Nah, agar Anda dapat lebih waspada, kenali gejala stroke sebagai berikut:

  • Kehilangan rasa pada lengan, tungkai atau salah satu sisi tubuh
  • Kelemahan atau kelumpuhan lengan, tungkai atau salah satu sisi tubuh
  • Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
  • Penglihatan ganda
  • Pusing
  • Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
  • Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
  • Pergerakan yang tidak biasa
  • Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
  • Ketidakseimbangan dan terjatuh
  • Pingsan

Oleh sebab itulah stroke menjadi salah satu kegawatdaruratan yang harus segera dikenali dan ditangani, salah satunya dengan cara mengontrol asupan yang masuk ke dalam tubuh.

Kaitan stroke dan makanan instan

Berdasarkan pemaparan dr. Sara Elise Wijono dari KlikDokter, konsumsi makanan instan seperti mi dan sejenisnya, sering dikaitkan dengan peningkatan faktor risiko sindrom kardiometabolik. Mengapa bisa begitu?

Faktanya, sindrom kardiometabolik meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung dan kondisi lainnya, seperti diabetes dan stroke. Pengaruhnya antara lain angka trigliserida, tekanan darah, dan gula darah yang lebih tinggi karena terlalu sering mengonsumsi makanan instan.

“Peneliti menemukan bahwa mengonsumsi makanan instan (terutama mi instan) sebanyak dua kali atau lebih dalam seminggu berhubungan dengan sindrom kardiometabolik. Jadi, frekuensi ini bisa dijadikan patokan sebagai batasan dalam mengonsumsi makanan instan,” ujar dr. Sara.

Semuanya berawal dari hipertensi, kondisi dimana tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg atau tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg. Misalnya tekanan darah Anda mencapai 200, maka bukan tak mungkin kalau Anda terkena serangan stroke.

Salah satu penyebab terkuat atas kondisi di atas, berdasarkan penjelasan dr. Sara, adalah konsumsi makanan instan yang tinggi lemak serta garam, namun rendah akan protein, kalsium, fosfor, zat besi, kalium, vitamin A, B3, dan C. Inilah yang menjadi dasar atas risiko penyakit stroke tersebut.

“Sering kali makanan instan tidak mengandung nilai gizi yang seimbang. Pada mi instan misalnya, diketahui bahwa produk ini tinggi karbohidrat dan lemak, tapi rendah protein, serat, dan vitamin. Padahal, pola makan yang sangat dianjurkan adalah konsumsi makanan yang bergizi seimbang,” kata dr. Sara, melanjutkan penjelasan.

Menghentikan kebiasaan konsumsi makanan instan

Berdasarkan data yang diolah World Instant Noodles Association, makanan instan terpopuler di Indonesia adalah mi instan. Bahkan, konsumsi mi instan oleh masyarakat Tanah Air mencapai urutan terbanyak kedua di dunia.

Murah, mudah disiapkan, lezat, dan mengenyangkan mungkin adalah beberapa faktor yang membuat makanan instan ini sangat populer di negara Indonesia. Kendati begitu, ragam makanan instan lainnya juga berisiko tinggi menyebabkan stroke.

Mulai dari sekarang, sebaiknya kurangi atau bahkan hentikan kebiasaan konsumsi makanan instan, baik dalam bentuk olahan maupun kaleng.

“Meski makanan instan menawarkan kepraktisan dan harganya cenderung terjangkau, tapi makanan tersebut mengandung berbagai zat yang bisa merugikan kesehatan, termasuk risiko sindrom kardiometabolik seperti stroke,” tutur dr. Sara.

Untuk menyiasatinya, jika ingin makan mi, Anda dapat mengonsumsi mi shirataki yang jelas lebih sehat karena menggunakan bahan dasar jamur. Dan tentunya, mi ini lebih alami.

Makanan instan mungkin nikmat dan praktis. Belum lagi, harganya yang ramah di kantong. Tapi, bila Anda menginginkan kualitas hidup yang lebih baik, tinggalkan makanan instan dari sekarang, ganti dengan konsumsi makanan bergizi seimbang serta rutin berolahraga agar terhindar dari stroke dan penyakit lainnya.

[NP/ RVS]

Mi InstanOtakMakanan InstanDiabetesSindrom KardiometabolikStrokeHipertensiPenyakit Jantung

Konsultasi Dokter Terkait