HomePsikologiKesehatan MentalAngka Bunuh Diri di Kalangan Remaja Jepang Terus Meningkat
Kesehatan Mental

Angka Bunuh Diri di Kalangan Remaja Jepang Terus Meningkat

dr. Nitish Basant Adnani BMedSc MSc, 19 Des 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Selama 30 tahun terakhir, angka bunuh diri di kalangan remaja Jepang semakin menanjak. Apa penyebabnya?

Angka Bunuh Diri di Kalangan Remaja Jepang Terus Meningkat

Sejak lama, masalah bunuh diri pada remaja dianggap tabu untuk dibicarakan. Padahal, di Jepang saja, angka bunuh diri di kalangan remaja mencapai nilai tertinggi pada tahun 2016 dan 2017 selama 30 tahun terakhir. Ini mencakup anak-anak dari berbagai kelompok usia, dari usia sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.

Tindakan bunuh diri umumnya merupakan suatu hal yang dapat dilakukan oleh orang dengan depresi yang berkepanjangan. Di kalangan remaja, penyebab depresi dapat bervariasi, dari perundungan (bullying), masalah keluarga, dan stres psikologis. Selain itu, depresi pada remaja juga dapat diakibatkan oleh masalah di sekolah maupun masalah percintaan.

Oleh sebab itu, para remaja membutuhkan dukungan yang kuat dari keluarga, teman, guru, dan lingkungan di sekitarnya guna belajar mengatasi berbagai masalah-masalah yang dialami.

Bunuh diri pada remaja adalah masalah genting

Menurut Noriaki Kitazaki, perwakilan dari Kementerian Pendidikan Jepang, angka bunuh diri pada remaja di negara tersebut yang semakin meningkat merupakan suatu masalah penting yang harus diatasi. Kitazaki juga  menyampaikan bahwa sebagian besar merupakan pelajar sekolah menengah atas.

Dari data yang didokumentasikan oleh pemerintah, angka bunuh diri pada remaja meningkat pesat pada bulan September setiap tahunnya. Di Jepang, September merupakan bulan dimulainya tahun ajaran baru di sekolah-sekolah.

Nanae Munemasa, salah satu remaja yang sempat diwawancara oleh CNN.com, memberitahukan bahwa liburan musim panas di pertengahan tahun sering kali merupakan suatu pelarian bagi anak dan remaja yang mengalami perundungan. Saat liburan berakhir dan sekolah kembali dimulai pada tahun ajaran baru, mereka menjadi cemas karena mengantisipasi akan mengalami perundungan lagi.

Munemasa menambahkan bahwa ia sempat mempertimbangkan untuk merenggut nyawanya sendiri akibat menjadi korban perundungan, sebelum akhirnya menceritakan pengalamannya kepada publik dan mulai membantu anak dan remaja yang mengalami hal yang sama dengannya.

Pemerintah Jepang turun tangan

Pada tahun 2016, pemerintah Jepang mengumumkan rencananya untuk menurunkan angka bunuh diri di negaranya sebanyak 30% di tahun 2026, terutama di kalangan remaja.

Beberapa tindakan yang telah dilakukan adalah menyediakan layanan konseling dengan tenaga terlatih di setiap sekolah dasar dan sekolah menengah di Jepang, dan mengembangkan telepon helpline 24 jam untuk membantu orang-orang yang memiliki keinginan bunuh diri.

Perwakilan dari Kementerian Pendidikan Jepang lain, Koju Matsubayashi, juga menambahkan bahwa pada kenyataannya, ratusan anak dan remaja di Jepang memilih untuk bunuh diri setiap tahun. Ia menginformasikan bahwa sangat penting untuk mengarahkan anak dan remaja tersebut untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan, karena apabila mereka merasa semakin terpuruk, hal ini akan menjadi lebih sulit lagi.

Selain itu, penelitian yang ada juga menunjukkan bahwa tindakan bunuh diri di suatu komunitas dapat meningkatkan angka bunuh diri di kalangan orang-orang lain yang berada di komunitas tersebut.

Salah satu hal yang dapat diterapkan untuk menurunkan angka bunuh diri di kalangan remaja adalah meningkatkan dukungan moral kepada mereka, baik dari lingkungan terdekat maupun sekitar, agar mereka mencapai perkembangan emosional yang baik. Pembicaraan yang empati dan terbuka mengenai kesehatan mental juga seharusnya dirangkul oleh masyarakat, agar angka bunuh diri pada remaja tidak makin meningkat.

[RS/ RVS]

BullyingStresRemajaBunuh DiriperundunganDepresikesehatan mentalJepang

Konsultasi Dokter Terkait