Tips Parenting

Anak Sering Berkata Kasar, Ini Solusinya

dr. Atika, 18 Des 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Ketika anak berkata kasar, orang tua pasti kaget! Kalau itu terjadi, jangan langsung memarahi anak. Ini solusinya.

Anak Sering Berkata Kasar, Ini Solusinya

Di tengah siang hari yang tenang, ketika sedang bermain dengan balita Anda, tiba-tiba anak berkata, “Iih, Mama enggak bisa pakai mainan aku, Mama bego!” Apa yang kira-kira ada di dalam pikiran Anda? Apakah Anda akan seketika emosi dan berbalik mengomeli anak? Hati-hati dengan respons Anda. Kesalahan dalam bereaksi justru dapat membuat anak meneruskan kebiasaan buruknya. Beberapa hal dapat dilakukan orang tua agar kebiasaan anak sering berkata kasar berhenti.

Orang tua pasti akan sangat terkejut ketika anak balitanya tiba-tiba bisa menyebutkan kata-kata yang tidak pantas. Banyak pertanyaan berkecamuk dalam kepala orang tua, mungkin sembari kesal dan marah karena anak berbahasa tidak pantas. Memahami hal ini secara tenang dan mendalam akan membuat orang tua dapat menyiapkan respons yang tepat.

Cari tahu dulu, dari mana anak memperoleh kata kasar

Ketika anak semakin besar, misalnya 4 tahun ke atas, kemungkinan besar anak sudah menghadapi lingkungan yang lebih luas. Anak sudah mulai berbaur dengan teman-teman sebayanya, saling berkomunikasi, dan bermain bersama. Bukan tidak mungkin anak terpapar kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan dari lingkungan bermain ini.

Ditambah lagi fakta bahwa kemampuan berbahasa anak berusia 3 tahun ke atas semakin pesat. Bagaikan spons, anak balita dapat langsung meniru apa yang baru saja didengarnya. Hal ini disebabkan anak sedang aktif bereksplorasi, termasuk dalam kemampuan menyebutkan berbagai kata-kata baru. Karena itu, ketika ada bahasa yang baru didengarnya dari lingkungan, sekalipun dirinya tidak mengerti sepenuhnya, anak bisa saja langsung mengulangi kata-kata tersebut.

Selain lingkungan pertemanan, tontonan anak menjadi salah satu sumber datangnya kata-kata kasar. Orang tua memang harus sangat memilah tontonan yang layak diberikan pada anak. Tidak semua acara televisi atau YouTube ditujukan untuk anak berusia di bawah 5 tahun. Bisa saja, tayangan ini mengandung umpatan, cacian, makian, dan kata-kata tidak pantas lainnya.

Anda juga harus benar-benar memperhatikan tontonan dan lingkungan di mana anak banyak menghabiskan waktunya. Sedikit upaya ekstra untuk mensterilkan keduanya dan memberikan pengawasan pada anak akan memberikan kebaikan untuk keluarga Anda sendiri.

Setelah Anda memperoleh keyakinan akan sumber kata-kata tidak pantas yang disebutkan anak, ada baiknya Anda membatasi bahkan menghilangkan keterpaparan anak terhadap tontonan atau lingkungan tersebut.

Bagaimana bersikap ketika mendengar anak berkata kasar?

Sangat mungkin bila Anda merasa terkejut dan marah saat anak menyebutkan kata-kata yang tidak menjadi budaya dalam keluarga Anda. Pertama, pahamilah bahwa anak usia balita umumnya meniru bunyi suatu kata tanpa dirinya mengerti apa artinya.

Sekalipun anak tidak paham benar apa maksud dari perkataannya, bila anak merasa kata-kata tersebut asing dan menarik, bisa saja dirinya tertarik untuk menyebutkannya. Dengan memahami bahwa anak tidak benar-benar memaksudkan kata kasarnya pada Anda, bisa membuat Anda berpikir lebih jernih dalam mengatur sikap dan emosi.

Bila Anda menumpahkan emosi dan menunjukkan amarah, hal ini justru berakibat buruk untuk masa yang akan datang. Anak akan meniru cara menyampaikan emosi yang tidak tepat, yaitu lewat marah tanpa terkendali. Selain itu, anak kemungkinan besar akan mengulang kata-kata kasar yang sama, ketika dirinya merasa butuh diperhatikan. Jangan salah, anak bisa menarik perhatian dengan cara yang membuat orang tua kesal ketika dirinya merasa membutuhkan atensi.

Termasuk pula, orang tua jangan  menampakkan kegelian dan tertawa ketika mendengar anak tidak sengaja meniru kata-kata umpatan. Sebab, terkadang bisa jadi orang tua merasa geli karena anak kecil menyebutkan kata-kata orang dewasa. Kesalahan berespons seperti ini juga dapat membuat anak terdorong untuk mengulanginya di kemudian hari, karena merasa dapat menarik perhatian orang tua.

Setelah mengatur emosi, Anda bisa mulai menyampaikan pesan yang dibutuhkan. Misalnya, katakan pada anak dengan tenang bahwa kata-kata yang baru disebutkannya bisa membuat Anda sedih. Atau, sampaikan bahwa kata-kata kasar bisa menyakiti hati orang lain dan membuat orang lain tidak suka. Anda juga bisa menanamkan pada anak untuk lain kali memilih kata-kata yang membuat orang lain senang.

Anak balita umumnya tidak perlu dijelaskan arti umpatan, makian, atau cacian yang didengarnya secara harafiah. Anda cukup menyebutkan perasaan yang timbul ketika mendengar kata tersebut, karena umumnya balita mampu menangkap pesan bahwa hal itu tidak diharapkan darinya.

Solusi apa agar anak tidak mengulangi berkata kasar?

Selain mengawasi dan mendampingi anak bereksplorasi di lingkungan, maupun menyaring tontonannya, Anda juga harus memberikan contoh cara berbicara yang baik. Orang tua tetap menjadi role model utama tempat anak mengadopsi berbagai cara berperilaku dan tata krama.

Ketika situasi mendukung, misalnya saat anak tidak sedang rewel atau kesal, teruslah mengingatkan bahwa kata-kata kasar yang disebutkannya tidak pantas untuk diucapkan. Namun, ketika anak terus saja mengulang kata yang sama untuk mencari perhatian, Anda bisa membuat kesepakatan yang lebih tegas. Misalnya, berikan konsekuensi seperti larangan memainkan mainan favoritnya ketika anak mengulangi kata-kata kasar tersebut. Tidak lupa, berikan pujian dan apresiasi ketika anak mampu menahan dirinya untuk tidak mengulangi kata yang tidak pantas. 

Kemampuan anak usia prasekolah yang semakin berkembang menjadi salah satu faktor munculnya kata-kata di luar kebiasaan keluarga. Jangan panik karena Anda pasti dapat mengatasi hal tersebut. Dengan manajemen emosi dan sikap yang tepat, serta konsisten untuk mengingatkan dan memberikan contoh yang baik, kebiasaan anak sering berkata kasar akan hilang dengan sendirinya.

[HNS/ RVS]

Balitapola asuhAnakAnak Berkata Kasar

Konsultasi Dokter Terkait