Sehat dan Bugar

Hati-hati Berolahraga di Lingkungan Berpolusi

Krisna Octavianus Dwiputra, 18 Nov 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Ada beberapa alasan bagi Anda untuk tidak berolahraga di lingkungan yang berpolusi. Ketahui penyebabnya secara lengkap di sini.

Hati-hati Berolahraga di Lingkungan Berpolusi

Olahraga adalah salah satu aktivitas yang wajib dilakukan untuk mendapatkan tubuh yang bugar. Namun, olahraga sebaiknya tak dilakukan sembarangan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, termasuk kondisi udara. Anda harus berhati-hati saat berolahraga di lingkungan yang berpolusi.

Ada sebuah penelitian di Inggris yang mencoba melihat manfaat berjalan kaki pada kelompok usia di atas 60 tahun. Kemudian, para peneliti membandingkan dampaknya terhadap kesehatan pada mereka yang berjalan kaki di jalanan perkotaan dengan udara tercemar, dan pada mereka yang berjalan kaki di taman yang relatif tak berpolusi.

Hasilnya, mereka yang berjalan-jalan di taman dengan pepohonan rindang menerima banyak manfaat dari kesehatan. Sebaliknya, mereka yang berjalan kaki di jalanan berpolusi, justru tak mendapat manfaat kesehatan dari aktivitas fisiknya tersebut.

Temuan ini baru saja dipublikasikan dalam jurnal medis “The Lancet”. Dituliskan bahwa paparan jangka pendek terhadap polusi bisa menghambat jantung, paru, dan pembuluh darah untuk bisa berfungsi secara optimal.

"Ketika Anda berjalan, saluran udara Anda terbuka dan pembuluh darah Anda membesar, dan efek ini dapat berlangsung selama beberapa hari. Ketika Anda melakukan ini di tempat yang yang berpolusi, efek ini jauh lebih kecil, sehingga Anda kehilangan manfaat dari berolahraga," ujar Prof. Fan Chung, ahli pengobatan pernapasan di Imperial College London, Inggris, yang memimpin penelitian tersebut.

"Jika Anda berolahraga di daerah yang tercemar, Anda bernapas lebih banyak. Ini artinya Anda menghirup banyak partikel dan gas yang kemudian masuk ke paru-paru Anda," ungkapnya.

Lebih baik berolahraga di taman

Prof. Chung dan tim penelitinya mulai mencari tahu dampak polusi pada orang-orang dengan penyakit jantung dan paru-paru. Dalam penelitian ini, Prof. Chung fokus kepada orang-orang yang berusia di atas 60 tahun.

Prof. Chung beserta rekannya meneliti 119 orang dan membagi mereka menjadi tiga kelompok, yakni orang-orang sehat, orang dengan riwayat penyakit jantung, dan orang dengan penyakit paru obstruktif kronis.

Para peserta secara acak ditugaskan untuk berjalan selama 2 jam di Oxford Street (sebuah jalan utama dan distrik perbelanjaan di kota London) dan ruang terbuka Hyde Park. Jarak antara pusat kota dengan Hyde Park hanya 1,8 km jauhnya. Beberapa pekan kemudian, mereka berjalan kaki di lokasi berbeda.

Oxford Street dipilih karena itu merupakan jalan paling tercemar di London akibat seringnya bus dan taksi seliweran, yang biasanya menggunakan bahan bakar diesel. Secara keseluruhan, London menjadi salah satu kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia. Sedangkan, Hyde Park dipilih karena itu adalah taman dengan pepohonan rindang seluas 350 hektar.

Untuk semua peserta, berjalan di Hyde Park menyebabkan peningkatan kapasitas dan fungsi paru-paru serta mengurangi kekakuan arteri, yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular hingga 26 jam sesudahnya.

Namun, pada orang-orang berjalan di sepanjang Oxford Street, para peneliti menemukan peningkatan kecil dalam kapasitas paru-paru dan peningkatan kekakuan arteri. Itu dapat dikaitkan dengan paparan karbon hitam dan partikel ultrafine dari knalpot diesel.

"Di tempat yang tercemar, efek (positif) jauh lebih kecil," kata Prof. Chung.

Manfaat olahraga lebih kuat daripada efek polusi udara

Berkebalikan dengan hasil penelitian di atas, Centre for Diet and Activity Research justru menemukan fakta berbeda. Mereka menemukan bahwa manfaat berjalan kaki dan bersepeda lebih besar daripada efek negatif polusi udara.

"Hasil (penelitian) kami menunjukkan bahwa di London, manfaat kesehatan dari berjalan secara aktif setiap hari selalu lebih besar daripada risiko dari polusi," ujar salah satu peneliti, Marko Tainio, kepada CNN.

Marko dan tim menyarankan agar setiap orang tetap melakukan aktivitas olahraga, meski dilakukan di lingkungan berpolusi. Menurutnya, bagaimanapun, manfaat dari aktivitas fisik jauh lebih besar daripada bahaya yang disebabkan oleh polusi udara, kecuali untuk konsentrasi polusi udara yang paling ekstrem. "Penting bagi orang-orang untuk terus berolahraga," ujarnya.

Sekarang, pilihan ada di tangan Anda. Mau berolahraga di jalanan berpolusi—mungkin karena tak ada pilihan—atau mencari lingkungan yang kondisi udaranya lebih aman seperti taman atau pusat kebugaran indoor. Satu hal yang pasti, jangan melewatkan kesempatan untuk berolahraga selagi Anda bisa karena aktivitas ini terbukti bisa berdampak bagi pada kesehatan tubuh secara keseluruhan!

[RN/ RVS]

Polusi UdaraOlahragaParu-paruLingkungan Berpolusi

Konsultasi Dokter Terkait