HomeGaya hidupDiet dan NutrisiSuka Makan Es Batu, Bahayakah?
Diet dan Nutrisi

Suka Makan Es Batu, Bahayakah?

dr. Nitish Basant Adnani BMedSc MSc, 13 Nov 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Kebiasaan makan es batu kerap dilakukan beberapa orang. Apakah kebiasaan ini perlu diwaspadai?

Suka Makan Es Batu, Bahayakah?

Di hari yang terik pada musim kemarau, tentu tidak ada yang lebih menyegarkan dibandingkan mengonsumsi sesuatu yang dingin. Butiran es batu yang terdapat pada minuman Anda dapat dengan cepat melepas dahaga Anda. Namun, bagaimana dengan kebiasaan mengunyah es batu langsung dari lemari es? Adakah dampaknya pada kesehatan?

Kebiasaan Mengunyah Es Batu

Mengonsumsi es batu sesekali mungkin tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun, bila sering dilakukan berulang, dapat menjadi tanda adanya kondisi kesehatan tertentu. Kebiasaan mengonsumsi es secara kompulsif juga dikenal dengan istilah pagofagia.

Jika seseorang sering memiliki keinginan untuk mengonsumsi es batu dapat menjadi tanda bahwa ia mengalami defisiensi nutrisi tertentu atau gangguan makan. Kondisi ini juga dapat membahayakan kualitas hidupnya.

Mengunyah es batu dapat menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan gigi. Misalnya, hilangnya lapisan enamel dan kerusakan gigi secara umum.

Lalu, kondisi apakah yang dapat membuat seseorang memiliki keinginan untuk mengunyah es batu? Beberapa kondisi kesehatan dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami hal ini, seperti anemia defisiensi besi dan pica.

Sering Kunyah Es Batu, Tanda Anemia?

Mengonsumsi es batu secara kompulsif sering dikaitkan dengan salah satu tipe anemia, yakni anemia defisiensi besi. Anemia terjadi apabila darah tidak mengandung hemoglobin dalam jumlah yang cukup. Hemoglobin adalah komponen darah yang menghantarkan oksigen ke seluruh tubuh. Tanpa oksigen, seseorang dapat merasa mudah lelah dan sesak napas.

Individu dengan anemia defisiensi besi tidak memiliki zat besi dalam jumlah yang cukup di aliran darahnya. Zat besi merupakan salah satu elemen yang diperlukan untuk membangun sel darah merah yang sehat. Tanpanya, sel darah merah tidak dapat mengantarkan oksigen ke berbagai organ tubuh.

Salah satu penelitian mengemukakan bahwa mengonsumsi es dapat memicu efek pada individu dengan anemia defisiensi besi yang menghantarkan lebih banyak darah ke otak. Semakin tinggi aliran darah ke otak berarti semakin banyak oksigen yang didapatkan. Itu karena otak merupakan salah satu organ yang dapat mengalami kekurangan oksigen pada anemia defisiensi besi. Peningkatan oksigen itu dapat menyebabkan peningkatan kejelasan pikiran dan kewaspadaan.

Mengonsumsi Secara Kompulsif

Selain itu, juga terdapat salah satu gangguan makan yang dikenal sebagai pica. Pica merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengonsumsi satu atau lebih hal yang bukan makanan secara kompulsif. Misalnya, es, tanah liat, abu, atau kotoran.

Pagofagia merupakan salah satu tipe dari pica. Individu yang mengalami pica tidak terdorong untuk mengonsumsi es karena adanya kekurangan zat gizi seperti pada anemia defisiensi besi. Namun, kondisi ini merupakan suatu gangguan kesehatan mental. Pica sering kali terjadi bersamaan dengan kondisi kesehatan mental lainnya.

Penanganan untuk kebiasaan ini bergantung pada faktor penyebab yang mendasarinya. Misalnya, pada anemia defisiensi besi, dapat dilakukan pemeriksaan darah untuk memastikan adanya kondisi tersebut. Penanganannya dapat berupa pemberian suplementasi zat besi. Pada pica, penanganan dapat berupa terapi dengan kombinasi obat-obatan antiansietas maupun antidepresi apabila dinilai dibutuhkan.

Gemar mengonsumsi minuman es batu sesekali bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan. Namun, bila seseorang memiliki dorongan yang kuat untuk terus-menerus mengonsumsi es batu selama lebih dari satu bulan, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Selanjutnya dokter dapat mengevaluasi lebih lanjut untuk menentukan adanya gangguan kesehatan serta memberikan penanganan yang tepat.

[HNS/ RVS]

es batumakan es batuPicaEfek Makan Es BatuPagofagiaAnemia

Konsultasi Dokter Terkait