Kesehatan Umum

Gunung Soputan Meletus, Waspada Dampak Abu Vulkanik

Krisna Octavianus Dwiputra, 04 Okt 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Gunung Soputan meletus dan memuntahkan abu vulkanik. Bagi warga yang berada di sekitar gunung tersebut, waspadai dampak abu vulkanik.

Gunung Soputan Meletus, Waspada Dampak Abu Vulkanik

Gunung Soputan di Sulawesi Utara, tepatnya di Minahasa Tenggara, mengalami erupsi pada Rabu (3/10) pukul 08.47 WITA. Hujan abu vulkanik akibat muntahan Gunung Soputan mencapai 4.000 meter itu terpantau di seismogram dan berlangsung selama enam menit. Akibat erupsi tersebut, warga sekitar harus waspada dengan dampak menyemburnya abu vulkanik dari Gunung Soputan.

Seperti diberitakan Liputan6.com, hujan abu vulkanik diperkirakan jatuh di daerah barat laut Gunung Soputan. Dampaknya tak hanya dirasakan warga di Minahasa, tapi juga warga kota Manado.

Saat ini, status Gunung Soputan berada pada Level III atau Siaga. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengimbau masyarakat yang berada di radius 4 km tidak melakukan aktivitas luar ruangan. Sementara, warga yang berada di 6,5 km barat daya Gunung Soputan harus melakukan hal yang sama karena di sana adalah daerah bukaan kawah dan untuk menghindari potensi ancaman guguran lava maupun awan panas.

Meski begitu, abu vulkanik akibat letusan Gunung Soputan tidak menghambat penerbangan. Pesawat dari bandara Sam Ratulangi di Kota Manado tetap beroperasi dengan normal. Akan tetapi, tetap ada ancaman yang perlu diwaspadai oleh masyarakat sekitar Gunung Soputan. Ancaman tersebut adalah abu vulkanik yang bisa menyebabkan beragam gangguan kesehatan.

Warga perlu waspada 4 penyakit ini

Abu vulkanik yang bersifat panas sangat berbahaya jika dihirup. Potensinya cukup berbahaya bagi tubuh seseorang. Berikut 4 penyakit yang bisa muncul akibat abu vulkanik menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong dan dr. Theresia Rini Yunita dari KlikDokter:

  1. Trauma inhalasi

Abu vulkanik umumnya masih berada dalam suhu yang panas. Saat terhirup, abu panas tersebut dapat menyebabkan saluran pernapasan membengkak (edema) hingga tersumbat. Kondisi ini disebut dengan trauma inhalasi.

Bila hal tersebut terjadi dan tidak segera diatasi, penderitanya akan merasa sesak napas, batuk, terdengar mengi, hingga gagal napas.

  1. Gangguan saluran pernapasan atas

Udara yang tercemar karena abu vulkanik sangat berbahaya karena menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan atas, meliputi hidung, tenggorokan, hingga trakea. Gejalanya bervariasi, mulai dari iritasi hidung, batuk, nyeri tenggorokan, hingga suara serak. Dalam kasus ini, bayi dan anak-anak paling rentan terkena gangguan pernapasan tersebut.

  1. Gangguan paru-paru kronik

Untuk kasus jangka panjang, komponen mineral dalam abu vulkanik yang terhirup bisa tetap ada di jaringan paru-paru dan merusak sel paru (pneumosit). Dalam bahasa medis ini disebut sebagai silikosis.

Silikosis termasuk dalam kelompok penyakit pneumonitis, yang disebabkan oleh adanya partikel dalam paru. Partikel itu akan menyebabkan jaringan paru rusak dan terbentuk jaringan parut, yang membuat kemampuan paru untuk mengembang terganggu. Alhasil, penderitanya akan mengalami kesulitan bernapas.

  1. Kambuhnya alergi dan asma

Bagi mereka yang punya riwayat penyakit asma atau mengalami alergi tertentu, menghirup abu vulkanik dapat menyebabkan gejala alergi. Akibatnya asma kambuh lebih sering. Saat kambuh, yang terjadi adalah rasa sesak napas, dada terasa berat, suara napas terdengar mengi, dan batuk.

  1. Iritasi mata

Di dalam debu vulkanik ada partikel-partikel kecil yang jika mengenai mata dapat menyebabkan iritasi. Gejalanya ditandai dengan mata merah, gatal, dan kadang disertai nyeri. Tak hanya itu, ditakutkan bahwa partikel ini dapat merusak kornea dan menyebabkan kebutaan permanen.

  1. Iritasi pada kulit 

Paparan abu vulkanik tentunya dapat menyebabkan iritasi pada kulit berupa ruam kemerahan dan gatal. Ini paling rentan terjadi karena kontaminasi abu vulkanik pada air yang digunakan untuk mandi dan berbagai aktivitas warga dan itu jelas dapat menyebabkan kulit iritasi.

Mencegah dampak buruk

Pencegahan perlu dilakukan agar tak terkena dampak buruk. Berikut beberapa saran dari dr. Sepriani Timurtini Limbong bagi Anda warga sekitar Gunung Soputan:

  • Hindari keluar rumah bila tidak ada keperluan yang mendesak.
  • Tutup pintu dan seluruh jendela rumah. Hal ini dapat memperkecil masuknya abu vulkanik ke dalam rumah.
  • Apabila terpaksa harus keluar rumah atau berpindah tempat, gunakan alat pelindung, seperti topi, helm, masker, dan pakaian tertutup.
  • Sebelum makan, selalu cuci semua bahan makanan. Hal ini bertujuan agar seluruh bahan makanan benar-benar bersih dari abu vulkanik yang mungkin menempel.
  • Bagi pengidap asma atau alergi, siapkan obat di tempat yang mudah dijangkau. Jika sewaktu-waktu kondisi alergi atau asma kambuh, obat tersebut bisa segera Anda konsumsi.
  • Bila Anda atau anggota keluarga mengalami gejala, seperti batuk tidak berhenti, sesak napas, nyeri dada atau suara mengi, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan.

Dampak abu vulkanik sangat berbahaya bagi kesehatan Anda yang berada di sekitarnya. Saat ini, kondisi dan aktivitas Gunung Soputan terus dipantau.Demi keamanan dan keselamatan, masyarakat diminta tenang dan mengikuti semua petunjuk yang diberikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

[RVS]

ErupsiAbu VulkanikGunung MeletuskulitMataMinahasaGunung SoputanpernapasanManado

Konsultasi Dokter Terkait