Kehamilan

Dampak Buruk Guncangan Gempa pada Ibu Hamil

Ayu Maharani, 02 Okt 2018

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Dibandingkan lainnya, ibu hamil berisiko lebih tinggi untuk terkena dampak buruk dari guncangan gempa bumi. Ini fakta medisnya.

Dampak Buruk Guncangan Gempa pada Ibu Hamil

Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang dapat membuat nyawa terancam, apalagi bila terjadi dalam skala yang besar. Siapa pun bisa berada pada kondisi itu, termasuk ibu hamil.

Dibandingkan orang lain, ibu hamil mungkin akan lebih kesulitan jika berhadapan langsung dengan situasi gempa bumi. Bayangkan, sambil membawa nyawa seseorang lagi di dalam tubuhnya, sang ibu wajib siaga dan tahan banting menyelusuri medan sulit demi bisa berlindung di pengungsian.

Mungkin, sebagian orang yang sedang menuju pengungsian akan memberikan pertolongan pada ibu hamil tersebut. Akan tetapi, hal itu tak serta-merta membuat ibu hamil terhindar dari berbagai dampak buruk bagi diri dan kandungannya.

Efek gempa bumi pada ibu hamil

Berdasarkan penjelasan dr. Sara Elise Wijono dari KlikDokter, gempa bumi dapat memicu tingginya hormon kortisol pada ibu yang berdampak juga pada peningkatan kadar hormon kortison di cairan amniotik atau ketubannya.

“Semakin tinggi level hormon tersebut di dalam air ketuban, semakin pendek pula usia kehamilannya. Hormon tersebut juga akan meningkat pada orang-orang yang tidak sedang mengandung,” jelas dr. Sara.

Di sisi lain, dr. Dyan Mega Inderawati dari KlikDokter mengatakan bahwa ibu hamil trimester pertama adalah yang paling rentan menerima dampak buruk gempa bumi. Pada ibu hamil di trimester kedua dan ketiga, umumnya tidak ada gangguan yang signifikan terhadap kandungannya. Kalaupun ada, ibu hamil trimester dua dan tiga hanya mengalami gangguan emosional moderat.

“Ibu hamil trimester pertama yang berhadapan langsung dengan gempa bumi sangat berisiko terkena gangguan emosional yang luar biasa. Stres dan trauma yang menyebabkan adanya pelepasan hormon kortikotropin atau hormon stres berpotensi memicu gangguan kehamilan,” ungkap dr. Ega.

Gangguan itu, lanjut dr. Ega, bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur dan menimbulkan masalah perkembangan pada bayi. Dampak lainnya, si anak akan terlahir dengan berat badan yang rendah.

Tak hanya sampai di situ, bayi yang terlahir prematur juga berisiko lebih tinggi untuk mengalami stunting atau tumbuh kerdil. Mereka pun sangat rentan mengalami cerebral palsy alias gangguan pada otak, yang akan menyebabkan kesulitan mencerna informasi sehingga dapat mengganggu proses bejalar hingga dewasa.

Mencegah kelahiran prematur akibat gempa bumi

Mencegah bayi lahir prematur bisa dilakukan dengan mengatasi stres yang Anda alami setelah gempa bumi. Bila di dalam fasilitas pengungsian terdapat tenaga kesehatan atau psikolog yang bisa menolong Anda untuk meredakan tekanan mental, manfaatkanlah. Selain itu, segera cek kondisi kandungan Anda setelah melewati masa-masa sulit tersebut.

Mendeteksi kondisi kandungan sedini mungkin bisa meningkatkan kesempatan jabang bayi untuk terlahir secara normal dan sehat. Di samping itu, Anda juga sebaiknya mengenali gejala-gejala persalinan dini seperti adanya bercak darah, kontraksi hebat, dan ketuban pecah. Jika sudah begitu, langsung saja konsultasikan ke dokter agar Anda bisa segera diobati sehingga kehamilan bisa dipertahankan hingga waktu persalinan normal tiba.

Memang sulit menghalau semua dampak buruk yang bisa ditimbulkan gempa bumi atau bencana alam lainnya. Namun, bukan berarti Anda pasrah dan menyerah pada keadaan.

Bagi ibu hamil yang kebetulan berhadapan dengan gempa bumi atau bencana alam jenis lain, jangan paksakan diri Anda untuk “berjuang” menghadapi setiap tekanan seorang diri. Cobalah untuk berbagi dengan orang yang Anda percaya dan bisa memotivasi, agar tekanan yang dirasakan bisa hilang sepenuhnya sehingga kelahiran prematur dapat dihindari.

[NB/ RVS]

KehamilanGempakelahiran PrematurIbu Hamil

Konsultasi Dokter Terkait