HomeInfo SehatKesehatan LansiaBenarkah Depresi pada Lansia Rentan Picu Alzheimer?
Kesehatan Lansia

Benarkah Depresi pada Lansia Rentan Picu Alzheimer?

Ayu Maharani, 07 Sep 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Ada banyak pemicu Alzheimer pada lansia. Lalu, benarkah depresi salah satu penyebabnya dan bagaimana kedua hal tersebut bisa berkaitan?

Benarkah Depresi pada Lansia Rentan Picu Alzheimer?

Depresi dan Alzheimer, meskipun memiliki perbedaan definisi, namun keduanya memiliki sejumlah gejala yang mirip. Mengutip pernyataan dari dr. Nadia Octavia dari KlikDokter, depresi merupakan kelainan suasana hati yang bisa mengakibatkan penderitanya sedih dan kehilangan minat secara terus-menerut. Sedanhkan Alzheimer, menurut dr. Dyah Novita Anggaraini dari KlikDokter, merupakan kumpulan gejala akibat kematian sel-sel saraf otak (apoptosis) secara bersamaan sehingga otak mengerut dan mengecil. Kondisi tersebut rentan menyerang lansia.

Meski demikian, gejala dari keduanya terbilang mirip. Misalnya saja, kehilangan minat terhadap suatu hal yang dulu digemari, dan menarik diri dari lingkungan sosial. Selain itu penderita mengalami gangguan ingatan, tak bisa berkonsentrasi, terlalu banyak tidur atau sebaliknya, insomnia parah, dan tidak merasa berharga.

Mengacu pada Mayo Clinic, dengan banyaknya persamaan gejala krusial tersebut, terkadang sulit  untuk mendeteksi apakah orang itu terkena Alzheimer atau depresi. Untuk itu perlu pemeriksaan dokter secara saksama.

Hubungan antara depresi dan Alzheimer

Kondisi sehari-hari yang dialami lansia rentan memicu depresi. Kondisi depresi inilah yang selanjutnya juga bisa memicu Alzheimer.

Depresi yang dialami lansia dapat memperburuk kemampuan kognitifnya. Selain itu juga bisa mengakibatkan penurunan kemampuan orang tersebut dalam menjalani hidup sehari-hari. Akibatnya, ketergantungannya terhadap orang lain juga semakin besar. Semakin tinggi risiko seseorang terkena Alzheimer, semakin banyak pula hal sederhana yang tak mampu dilakukan sendiri,

Orang yang belum terkena Alzheimer sebenarnya juga berpotensi depresi, apalagi jika orang tersebut mengalami Alzheimer. Dalam kondisi tersebut, tidak sedikit  kemampuan dan pengetahuannya menjadi hilang.

Kondisi ini rentan membuat seseorang mengalami krisis kepercayaan diri sehingga enggan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Ditambah lagi dengan menjauhnya para kerabat karena tidak mau direpotkan, semakin membuat penderita Alzheimer merasa tidak berharga dan akhirnya kehilangan minat untuk tetap hidup.

Apa yang bisa Anda lakukan?

Dalam merayakan Bulan Alzheimer Dunia pada September kali ini, ada baiknya Anda memahami lebih jauh lagi tentang penyakit yang banyak dijumpai pada lansia ini. Dengan memahami gejala, penyebab dan penanganannya, Anda bisa membantu mereka.

Sebenarnya tidak ada bantuan yang kecil untuk menolong para lansia yang mengalami depresi karena Alzheimer, atau sebaliknya. Luangkan waktu secara rutin untuk mengawasi dan memperhatikan kondisinya. Selain itu, Anda bisa membawa lansia secara rutin ke dokter untuk berkonsultasi.

Dikutip dari Mayo Clinic apabila lansia  mengalami depresi, umumnya dokter akan meresepkan obat antidepresan. Namun perlu diingat, terapi dengan obat antidepresan ini hanya akan meredakan depresinya, bukan sekaligus Alzheimer yang dialami.

Tak hanya itu, Anda juga bisa mendukung penderita Alzheimer yang terkena depresi untuk memberanikan diri mengikuti kegiatan konseling. Ini semua bisa Anda lakukan untuk membantu para lansia menemukan kembali kepercayaan diri dan semangatnya dalam menjalani hidup.

[RVS]

StresLansiaBulan Azheimer SeduniaDepresiAlzheimer

Konsultasi Dokter Terkait