Kesehatan Mental

Kenali MMPI dalam Tes Kesehatan Capes dan Cawapres

Krisna Octavianus Dwiputra, 14 Agt 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Salah satu komponen dalam tes kesehatan yang dilakukan terhadap Capres dan Cawapres, beberapa waktu lalu adalah MMPI. Mari kenali tes MMPI.

Kenali MMPI dalam Tes Kesehatan Capes dan Cawapres

Bakal calon presiden (capres) dan bakal calon wakil presiden (cawapres) yang sudah resmi mendapaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus menjalani tes kesehatan. Salah satu tahapan dalam tes kesehatan adalah MMPI atau (Minnesota Multiphasic Personality Inventory).  

Pasangan Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin terlebih dahulu melakukannya pada Minggu (12/8). Menyusul kemudian pada Senin (13/8) pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno melakukan tes kesehatan.

Tes kesehatan tersebut harus dijalani oleh kedua pasangan calon (paslon) merujuk pada peraturan KPU yang tertuang dalam SK KPU No. 1005/PL.02.2-Kpt/06KPU/VIII/2018. Peraturan tersebut menyatakan bahwa tiap bakal capres dan cawapres wajib menjalani pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh di rumah sakit yang telah ditunjuk oleh KPU. Dalam hal ini, KPU menunjuk Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) sebagai penyelenggara tes kesehatan tersebut.

Tujuan dari diberlakukannya tes kesehatan ini untuk mengetahui kondisi kedua pasangan calon. Pada tes kesehatan kali ini, sebenarnya serupa dengan kesehatan umum yang lazim dilakukan atau biasa disebut medical check-up. Akan tetapi, beberapa tes dilakukan secara mendalam sehingga membutuhkan waktu sampai 8 jam.

Hasil tes kesehatan nantinya akan digunakan untuk memastikan setiap pasangan calon sehat secara jasmani dan terbebas dari gangguan mental. Ini juga untuk menilai kesiapan kedua pasangan calon dari masa kampanye sampai nanti menjalani pemerintahan jika terpilih.

Apa itu tes MMPI?

Salah satu dari 16 jenis pemeriksaan untuk tes kesehatan kedua pasangan capres dan cawapres adalah MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory). Komponen tes MMPI menjadi salah satu tes yang menyita waktu cukup lama yakni 90 menit.

Minnesota Multiphasic Personality Inventory adalah cara penilaian klinis untuk memeriksa kesehatan mental, yang paling banyak digunakan oleh profesional. MMPI awalnya dikembangkan pada akhir 1930-an oleh psikolog Starke R. Hathaway dan psikiater J.C. McKinley di University of Minnesota. MMPI terdiri dari 567 pertanyaan dan membutuhkan waktu sekitar 60 hingga 90 menit untuk menyelesaikannya.

Sekarang ini, MMPI adalah instrumen pengujian klinis yang sering digunakan dan merupakan salah satu tes psikologi yang cukup eksis. Meski MMPI bukanlah tes yang sempurna, tetapi tetap menjadi alat yang berharga dalam diagnosis dan pengobatan penyakit mental.

Selain itu, MMPI telah digunakan di bidang lain di luar psikologi klinis. MMPI juga sering digunakan dalam kasus hukum, termasuk perselisihan pidana. MMPI juga telah digunakan sebagai instrumen penyaringan untuk profesi tertentu, terutama pekerjaan dengan risiko tinggi. Tes ini juga digunakan untuk mengevaluasi efektivitas program pengobatan, termasuk program penyalahgunaan zat.

Revisi terhadap MMPI

Dalam perkembangannya, tes MMPI mengalami beberapa revisi. Pada tahun-tahun setelah tes pertama kali diterbitkan, dokter dan peneliti mulai mempertanyakan keakuratan MMPI. Kritik itu membahas soal kelompok sampel asli yang tidak memadai. Sementara yang lain berpendapat bahwa hasil menunjukkan kemungkinan bias tes dan  mengandung pertanyaan seksis dan rasial.

Menanggapi isu-isu ini, MMPI kemudian mengalami revisi pada akhir 1980-an. Banyak pertanyaan dihapus atau ditulis ulang. Sementara itu, sejumlah pertanyaan baru ditambahkan.

Dalam tes yang direvisi lalu dimasukkan skala validitas baru. Karena MMPI adalah hak cipta oleh University of Minnesota, dokter atau peneliti yang ingin menggunakannya harus membayar dalam mengelola dan memanfaatkan tes tersebut.

Edisi revisi dari tes ini dirilis pada tahun 1989. Sementara tes ini direvisi lagi pada 2001, MMPI masih digunakan saat ini dan merupakan tes penilaian klinis yang paling sering digunakan.

Tes ini kemudian mendapat pembaruan lagi pada 2003 dan 2008. Edisi terbaru dari tes ini dikenal sebagai MMPI-2-RF. Tidak sebanyak MMPI, tes MMPI-2-RF memiliki 338 pertanyaan dan memiliki waktu tes selama 30 sampai 50 menit.

MMPI harus dikelola oleh seorang profesional, sebaiknya seorang psikolog klinis atau psikiater yang telah menerima pelatihan khusus dalam penggunaan MMPI. Tes ini harus berkolaborasi dengan alat penilaian lainnya, dan diagnosis tidak boleh hanya dilakukan pada hasil tes.

MMPI dapat diberikan secara individu atau dalam kelompok. Tes ini dirancang bagi orang dewasa berusia 18 tahun ke atas. Skor hasil tes MMPI bisa ditulis tangan atau dengan computer. Hasil dari tes tersebut selanjutnya harus ditafsirkan oleh seorang profesional kesehatan mental yang berkompeten.

Kenali 10 Skala Klinis MMPI

MMPI memiliki 10 skala klinis yang digunakan untuk menunjukkan kondisi psikologis yang berbeda. Akan tetapi, itu bukan ukuran murni karena banyak kondisi dimana gejalanya tumpang tindih.

Di bawah ini adalah sekilas mengenai skala MMPI:

Skala 1 – Hypochondriasis

Skala ini dirancang untuk menilai kekhawatiran neurotik terhadap fungsi tubuh. 32 item pada skala ini mengukur adanya ketakutan seseorang mengenai penyakit yang dialami dan kesehatan fisiknya. Skala ini awalnya untuk mengidentifikasi pasien dengan gejala hipokondria, yang mengalami ketakutan berlebihan terhadap gangguan kesehatan tubuh.

Skala 2 – Deppression

Skala ini awalnya dirancang untuk mengidentifikasi depresi, ditandai dengan kurangnya rasa percaya diri dan harapan di masa depan, dan ketidakpuasan terhadap hidupnya. Skor yang sangat tinggi mengindikasikan seseorang mengalami depresi. Sementara skor sedang mengungkapkan ketidakpuasan umum terhadap kehidupan seseorang.

Skala 3 – Hysteria

Skala ketiga ini mulanya dirancang untuk mengidentifikasi mereka yang menunjukkan histeria dalam situasi stres. Mereka yang berpendidikan tinggi dan kelas sosial tinggi cenderung mendapat skor lebih tinggi dalam skala ini. Perempuan juga cenderung mendapat skor lebih tinggi daripada laki-laki dalam skala ini.

Skala 4 - Psychopathic Deviate

Awalnya dikembangkan untuk mengidentifikasi pasien psikopat. Skala ini mengukur penyimpangan sosial, kurangnya penerimaan terhadap aturan yang dibuat oleh otoritas tertentu, dan amoralitas. Skala ini dapat dianggap sebagai ukuran ketidaktaatan. Seseorang yang cenderung memberontak mendapat skor lebih tinggi. Sedangkan mereka yang mendapat skor rendah dinilai lebih bisa menerima peraturan. Pencetak skor tinggi biasanya didiagnosis mengalami gangguan kepribadian.

Skala 5 – Masculinity/ Feminity

Skala ini dirancang oleh penulis asli untuk mengidentifikasi kecenderungan homoseksual, tetapi ditemukan sebagian besar tidak efektif. Skor tinggi pada skala ini terkait dengan faktor-faktor seperti kecerdasan, status sosial ekonomi, dan pendidikan. Perempuan cenderung mendapat skor rendah dalam skala ini.

Selanjutnya

Skala 6 – Paranoia

Skala ini awalnya dikembangkan untuk mengidentifikasi pasien dengan gejala paranoid seperti kecurigaan, perasaan dianiaya, konsep diri yang terlalu tinggi, sensitivitas berlebihan, dan sikap kaku. Mereka yang mendapat skor tinggi dalam skala ini cenderung memiliki gejala paranoid.

Skala 7 – Psychasthenia

Label diagnostik ini tidak lagi digunakan saat ini. Gejala yang digambarkan pada skala ini lebih mencerminkan gangguan obsesif-kompulsif. Skala ini pada mulanya digunakan untuk mengukur keraguan berlebihan, dorongan paksaan, obsesi, dan ketakutan yang tidak masuk akal.

Skala 8 – Schizophrenia

Pada awalnya skala ini dikembangkan untuk mengidentifikasi pasien skizofrenia. Berbagai kondisi tercermin dari skala ini, seperti proses pikiran dan persepsi yang aneh, keterasingan sosial, buruknya hubungan keluarga, kesulitan konsentrasi, pertanyaan yang mengganggu harga diri dan identitas diri, serta kesulitan seksual. Skala ini dianggap sulit ditafsirkan.

Skala 9 – Hypomania

Skala ini dikembangkan untuk mengidentifikasi karakteristik hypomania seperti meningkatnya mood, kecepatan aktivitas bicara dan gerak, perasaan mudah terganggu, dan periode depresi singkat.

Skala 0 – Social Introversion

Skala ini dikembangkan belakangan dibanding sembilan skala lainnya. Skala ini dirancang untuk menilai kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari kontak dan tanggung jawab sosial.

MMPI menjadi salah satu komponen penting dalam tes capres dan cawapres yang akan berlaga di Pilpres 2019 mendatang. Lewat beragam pemeriksaan dalam tes kesehatan tersebut seorang pemimpin negara diharapkan memiliki ketahanan fisik dan mental yang baik.

Nantinya, hasil tes kesehatan menyeluruh tersebut akan diberikan kepada KPU paling lambat dua hari setelah penilaian selesai. KPU akan menentukan apakah paslon tersebut layak atau tidak berlaga dalam kontestasi Pilpres 2019. Dengan menggunakan instrumen MMPI tersebut, diharapkan lolos pasangan calon presiden dan wakil presiden yang memiliki mental dan budi pekerti yang luhur, selain sehat secara fisik.

[RVS]

CapresCawapresStrespresidenTes KesehatanPilpres 2019MMPIDepresi

Konsultasi Dokter Terkait