Berita Kesehatan

Blood Moon Muncul Akhir Pekan Ini, Apa Dampak untuk Kesehatan?

Rieke Saras, 24 Jul 2018

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Fenomena blood moon akan berlangsung akhir pekan ini. Adakah efeknya untuk kesehatan?

Blood Moon Muncul Akhir Pekan Ini, Apa Dampak untuk Kesehatan?

Fenomena alam blood moon (gerhana bulan total) akan berlangsung akhir pekan ini, tepatnya pada Sabtu dini hari, 28 Juli, waktu Indonesia. Langit akan dihiasi dengan bulan merah oranye selama 103 menit. Lamanya durasi gerhana membuat blood moon disebut sebagai gerhana bulan total terlama abad ini.  Benarkah gerhana bulan ini berpengaruh pada kesehatan?

Menurut akun Twitter Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), blood moon bisa terlihat di seluruh penjuru Indonesia. Anda bisa menikmati fenomena langka ini dari awal gerhana sebagian, awal gerhana total, akhir gerhana total, sampai akhir gerhana sebagian.

Anda tidak memerlukan peralatan spesial atau kacamata khusus untuk melihatnya dengan aman. Cukup dengan pergi keluar dan menyaksikannya dengan mata telanjang. Bisa juga lewat teleskop atau binokuler.

Dijelaskan juga oleh BMKG bahwa lamanya durasi blood moon disebabkan oleh tiga hal. Pertama adalah karena saat puncak gerhana terjadi, posisi pusat piringan bulan dekat sekali dengan pusat umbra bumi. Kedua, gerhana bulan total terjadi pada saat bulan di sekitar titik terjauhnya dari bumi. Dan ketiga, pada bulan Juli bumi sedang berada di sekitar titik terjauhnya dari matahari aphelion.

Dampak blood moon

Dilansir Express UK, meski sedikit sekali penjelasan resmi yang memadai, beberapa orang percaya bahwa tarikan grativasi – salah satunya seperti yang terjadi saat blood moon – dapat memiliki efek tersendiri untuk otak manusia. Percaya tidak percaya, para pekerja medis dan polisi mengatakan bahwa waktu tersibuk mereka datang saat sedang bulan pernama dan gerhana bulan.

Dr. Karl Kruszelnicki, seorang ahli sains, mengatakan, “Sebuah survei di Amerika Serikat menemukan bahwa sekitar 40 persen dari populasi umum, dan 80 persen ahli kesehatan mental, percaya bahwa fase bulan dapat memengaruhi perilaku manusia.”

Pada saat bulan purnama atau gerhana bulan total, seorang polisi Therese March juga mengaku sering mendapati kejadian yang tidak umum. Banyak sekali orang melakukan hal-hal ajaib dan bodoh yang tidak seperti biasanya, ujarnya.

Namun, profesor astronomi Alan Duffy mengatakan itu hanya mengada-ngada. Menurutnya kejadian atau perilaku aneh tak hanya banyak terjadi pada bulan purnama, tapi saat malam-malam biasa juga.

Sementara itu, ahli biologi Christian Cajochen menemukan dalam penelitiannya bahwa orang cenderung sulit tidur saat bulan purnama. Ketika terjadi bulan purnama, orang butuh waktu rata-rata lima menit lebih lama untuk tidur. Dan kadar melatonin terlihat menurun. Melatonin adalah hormon yang mengatur siklus jam tidur dan bangun.

“Saya terkejut ketika melihat bahwa kadar melatonin saat malam hari juga terpengaruh oleh fase bulan,” katanya, seperti dikutip dari NBC News.

Walau hasil penelitian menunjukkan demikian, Cajochen tetap tidak yakin mengapa orang tidak bisa tidur saat bulan purnama. Dia berspekulasi bahwa tidur terganggu karena orang melihat lebih banyak cahaya, seperti yang diketahui cahaya akan membuat Anda lebih terjaga.

Anda pastinya sudah tak sabar untuk menyaksikan blood moon, atau gerhana bulan total, kan? Meski bukti medis tentang efek fase bulan terhadap kesehatan masih samar-samar, tak ada salahnya untuk lebih berjaga-jaga. Jika Anda merasa stres, misalnya, lakukanlah berbagai cara untuk menghibur pikiran seperti berbicara dengan orang terdekat, menyetel musik, atau meditasi. Atau bila Anda sulit tidur, kondisikan kamar tidur agar Anda bisa lebih cepat terlelap. Selamat menyaksikan blood moon akhir pekan ini!

[RVS]

KesehatanGerhana BulanBlood MoonGerhana Bulan TotalInsomnia

Konsultasi Dokter Terkait