HomeIbu Dan anakKesehatan AnakHipertensi Juga Bisa Menyerang Anak, Ini Sebabnya
Kesehatan Anak

Hipertensi Juga Bisa Menyerang Anak, Ini Sebabnya

dr. Dyah Novita Anggraini, 13 Jul 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Tahukah Anda bahwa hipertensi juga bisa menyerang anak-anak? Ketahui gejala dan penyebabnya sebelum terlambat.d

Hipertensi Juga Bisa Menyerang Anak, Ini Sebabnya

Hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi keluhan yang kerap hadir tanpa disadari. Penyakit ini identik dengan usia yang lebih tua, meski kenyataannya juga dapat terjadi pada anak-anak.

Ya, anak juga bisa mengalami hipertensi. Menurut keterangan Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), kejadian hipertensi pada anak berkisar antara 1–2% dari total populasi anak di Indonesia. Terkait hal itu, beberapa penelitian membuktikan bahwa hipertensi pada orang dewasa mungkin sudah berlangsung sejak penderita masih berusia anak-anak.

Dampak Buruk Hipertensi pada Anak

Seorang anak dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik atau diastolik yang ia miliki lebih dari 95 persentil. Hal ini diukur berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan, dengan pemeriksaan sebanyak tiga kali di saat yang berbeda.

Seperti pada orang dewasa, hipertensi pada anak juga dapat menimbulkan dampak buruk. Mulai dari gangguan tumbuh kembang, hingga peningkatan risiko penyakit jantung dan stroke di kemudian hari.

Penyebab Hipertensi Pada Anak

Hipertensi pada anak dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

● Hipertensi primer atau esensial

Ini adalah apabila penyebab hipertensi tidak dapat dijelaskan. Biasanya, hipertensi primer berhubungan dengan berhubungan dengan riwayat keluarga, asupan makanan yang tidak terjaga, dan anak yang mengalami obesitas. Angka kejadian tersering hipertensi primer menjelang anak memasuki usia remaja adalah sekitar 85–95%.

Hipertensi kategori ini disebabkan oleh adanya penyakit lain yang mendasari, seperti peradangan pada ginjal, penyempitan pembuluh darah ginjal, kelainan kongenital saluran kemih, batu ginjal, atau infeksi ginjal kronik. Kejadian hipertensi sekunder sering terjadi pada rentang usia 12–15 tahun, dengan prevalensi sebesar 60–70%.

Adapun faktor yang turut berperan meningkatkan risiko hipertensi pada anak, di antaranya:

  • Anak kurang melakukan aktivitas fisik.
  • Terlalu sering mengonsumsi makanan yang tinggi kalori dan garam.
  • Waktu tidur yang tidak tercukupi.
  • Memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) melebihi batas wajar. Kondisi ini juga dikenal sebagai kelebihan berat badan atau obesitas.

Gejala hipertensi pada anak

Hipertensi pada anak tergolong sulit dideteksi, apalagi bila derajat penyakit masih ringan. Akan tetapi, pada kasus hipertensi derajat sedang, gejala yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:

  • Sakit kepala
  • Nyeri perut berulang
  • Pembengkakan di area tangan dan kaki
  • Mual dan muntah
  • Keringat berlebihan
  • Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.

Sedangkan pada bayi baru lahir, gejala hipertensi yang dapat muncul meliputi gejala sesak napas, wajah pucat serta muntah dan kejang.

Jika anak Anda mengalami beberapa gejala di atas, segera periksakan tekanan darahnya di klinik kesehatan. Hal ini bertujuan agar hipertensi bisa dideteksi sedini mungkin, sehingga dampak buruk penyakit bisa dicegah sedemikian rupa.

Orang tua tetap dianjurkan untuk memeriksakan pemeriksaan tekanan darah anak sebanyak satu kali dalam setahun, jika anak mengalami gejala seperti: usianya sudah menginjak 3 tahun, mengalami obesitas, lahir secara prematur, berat badan lahir kurang dari 2500 gram, atau pernah mengalami perawatan intensif.

Jangan biarkan hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merenggut masa depan si Kecil. Waspadalah terhadap gejala yang merujuk pada penyakit tersebut. Selain itu, ajarkan anak untuk senantiasa menerapkan gaya hidup sehat, berolahraga secara rutin dan teratur, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, serta cukup istirahat.

[NB/ RVS]

darah tinggiAnakHipertensi

Konsultasi Dokter Terkait