Pencernaan

Bedanya Sakit Perut karena Radang Pencernaan dengan Keracunan

dr. Alberta Jesslyn Gunardi. BMedSc Hons, 25 Mar 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sakit perut bisa disebabkan akibat radang pencernaan dan juga keracunan, lho. Untuk membedakan penyebab sakit perut yang pasti, simak perbedaannya di sini.

Bedanya Sakit Perut karena Radang Pencernaan dengan Keracunan

Sakit perut merupakan salah satu keluhan kesehatan yang paling umum. Akan tetapi, tidak banyak orang bisa langsung mengetahui apa penyebab perut terasa sakit. 

Bahkan, sebagian besar orang sulit untuk membedakan antara sakit perut akibat radang pencernaan dan sakit perut karena keracunan. Untuk mengetahui perbedaan keduanya, mari simak penjelasan berikut ini. 

Bedanya Sakit Perut Akibat Radang dan Karena Keracunan 

Radang pencernaan (flu perut) di dalam bahasa medis disebut gastroenteritis. Kondisi ini merupakan peradangan di perut dan usus yang menimbulkan rasa tidak nyaman hingga muntah. 

Nah, keracunan makanan juga dapat menyebabkan gejala mirip seperti radang pencernaan, yakni sama-sama sakit perut. Hal inilah yang membuat banyak orang sering salah mendiagnosisnya. 

Untuk membedakan keduanya, Anda harus mengetahui tak hanya gejalanya saja, tetapi ketahui apa penyebab dan berapa lama masa inkubasinya. Berikut perbedaan hal yang harus Anda ketahui:

  1. Penyebab Sakit Perut Karena Radang dan Keracunan Berbeda

Radang pencernaan atau gastroenteritis adalah kondisi yang disebabkan oleh infeksi virus norovirus dan rotavirus. Masa inkubasi virus di dalam perut sekitar 24-48 jam setelah terpapar, setelah itu tubuh baru akan menimbulkan gejala. 

Sedangkan, penyebab sakit perut akibat keracunan jelas didasari oleh makanan yang Anda konsumsi. Pada makanan bisa terdapat bakteri, virus, atau parasit yang menginfeksi perut. 

Masa inkubasi bakteri, virus, dan parasit tergolong cepat, berkisar antara 2-6 jam setelah mengonsumsi makanan yang kurang bersih. Sehabis itu, barulah timbul gejala tidak nyaman di perut. Keracunan makanan juga bisa disebabkan akibat makanan telah terkontaminasi atau dimasak kurang matang. 

Artikel lainnya: Makan Produk Probiotik untuk Usir Sakit Perut, Efektifkah?

  1. Beda Penularan Penyakit

Penyebab sakit perut karena gastroenteritis bisa didapat saat Anda kontak dengan orang yang terinfeksi. Saat Anda mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi virus, Anda juga bisa terkena radang pencernaan.

Sedangkan sakit perut akibat keracunan makanan, umumnya didapat karena Anda makan makanan yang terdapat bakteri, virus atau parasit.

 

  1. Gejala yang Dialami Berbeda, Tidak Hanya Sakit Perut

Gejala sakit perut akibat radang pencernaan biasanya berupa diare atau sembelit (konstipasi). Terkadang, Anda juga dapat mengalami demam, muntah, mual, sakit perut, otot kaku, dan penurunan berat badan. 

Biasanya gejala berlangsung sehari hingga dua hari. Namun, kondisi tersebut kadang juga dapat bertahan sampai sepuluh hari. Jika gejalanya tidak sembuh-sembuh dalam waktu lama, segera periksakan diri ke dokter.

Keracunan makanan umumnya menimbulkan gejala diare saja, mirip dengan gejala radang pencernaan, kan? Akan tetapi, ada juga orang yang mengalami kram perut, demam, lemas, tidak enak badan, nyeri otot, sakit kepala, berkeringat, mata bengkak, sulit bernapas, dan haus saat keracunan makanan. 

Umumnya gejala akibat keracunan makanan ini tidak bertahan lebih dari dua hari. Perlu diketahui juga bahwa keracunan makanan bisa terjadi oleh siapa saja. Akan tetapi, yang paling sering terkena adalah bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia. 

Artikel lainnya: Sakit Perut Setelah Minum Susu, Apa yang Salah?

  1. Cara Mencegahnya Berbeda

Sakit perut karena radang pencernaan umumnya dapat dicegah dengan mencuci tangan. Mencuci tangan wajib dilakukan ketika sakit atau saat berada di dekat orang yang sakit. Selain itu, Anda juga bisa melakukan vaksin rotavirus yang dapat dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu. 

Untuk mencegah keracunan makanan, Anda dapat menghindari dengan menyiapkan makanan secara bersih, memasak daging dengan matang, membuang makanan yang sudah basi, dan sebagainya.

 

  1. Beda Pengobatan 

Tujuan pengobatan antara radang pencernaan dan keracunan makanan berbeda. Tidak ada penanganan medis khusus untuk gastroenteritis, namun intinya dokter melakukan pengobatan yang bertujuan untuk menghindari dehidrasi.

Jadi, Anda harus waspada dengan tanda-tanda dehidrasi, dan pastikan untuk minum air cukup. Apabila muncul tanda dehidrasi, seperti pusing dan warna urine kuning pekat misalnya, segera ke dokter.

Pada kondisi sakit perut akibat keracunan makanan, pengobatannya akan difokuskan untuk membunuh bakteri. Artinya Anda butuh obat antibiotik.

Keracunan makanan yang bersifat ringan bisa diatasi di rumah, yakni dengan istirahat cukup dan obat penurun demam. Segera periksa ke dokter jika keracunan makanan sampai menyebabkan hal berikut ini:

  • Ada darah atau nanah di feses
  • Mengalami diare lebih dari lima hari pada orang dewasa atau lebih dari dua hari pada bayi dan anak-anak
  • Demam di atas 38 derajat Celsius
  • Ada tanda dan gejala dehidrasi 
  • Ada tanda dan gejala botulisme

Kesimpulannya, penyebab serta gejala dari keracunan dan radang pencernaan hampir sama. Keduanya juga sama-sama dapat memicu sakit perut. Tapi ingatlah perbedaan jelas ini, keracunan makanan biasanya langsung menimbulkan gejala setelah paparan. Gejala keracunan makanan juga bisa lebih parah dan durasinya lebih pendek dibanding gejala radang pencernaan.

Keracunan makanan umumnya memerlukan penanganan medis langsung. Jika Anda tidak yakin apa yang menjadi penyebab sakit perut, segera cek langsung ke dokter supaya aman. Pemeriksaan yang tepat dan penanganan yang tepat oleh dokter akan mencegah sakit perut yang Anda alami semakin memburuk.

Kini, Anda sudah tahu kan perbedaan penyebab, gejala, serta pengobatan antara keracunan makan dan radang pencernaan? Apabila mau tahu konsultasi ke dokter tentang keduanya, langsung ajukan pertanyaan lewat fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter

(OVI/ RH)

SembelitDiareDemamSakit PerutGastroenteritis (Muntaber)

Konsultasi Dokter Terkait